
AS Lebih 'Halus' Pada China, Bursa Asia Dibuka Bervariasi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 June 2018 09:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia dibuka bervariasi pada perdagangan hari ini: indeks Strait Times naik 0,03%, indeks Hang Seng naik 0,26%, indeks Nikkei turun 0,09%, indeks Kospi turun 0,07%, dan indeks Shanghai turun 0,07%.
Meredanya ketakutan mengenai restriksi investasi China pada perusahaan teknologi asal AS telah menurunkan tekanan jual di bursa saham kawasan Asia. Presiden Donald Trump memberi sinyal bahwa dirinya akan mengambil langkah yang lebih halus untuk membatasi investasi China pada perusahaan AS yang memiliki teknologi yang sensitif.
Dalam administrasi pemerintahan Trump, terdapat perdebatan mengenai pendekatan yang harus digunakan guna membatasi investasi China. Menteri keuangan Steve Mnuchin menginginkan pendekatan yang lebih halus menggunakan the Committee on Foreign Investment in the U.S yang akan melakukan tinjauan mengenai akuisisi perusahaan asing terhadap perusahaan asal AS dengan dasar keamanan nasional.
Sementara itu, pihak lainnya menginginkan pendekatan yang lebih kasar yakni mendeklarasikan kondisi darurat ekonomi dan menerapkan International Emergency Economic Powers Act.
Terlepas dari sentimen positif yang ada, nampak bursa saham China tak bisa menjadikannya momentum untuk menguat. Masalah ketatnya likuiditas yang timbul sebagai hasil dari usaha pemerintah China untuk mengurangi tingkat utang sektor swasta ditambah dengan masalah perang dagang dengan AS yang tak kunjung usai membuat investor lebih memilih untuk melakukan aksi jual.
Usaha yang diambil bank sentral dengan menyuntikkan likuditas ke pasar dianggap masih kurang memadai. Pada hari Minggu (24/6/2018), The People's Bank of China (PBOC) memutuskan untuk memangkas rasio Giro Wajib Minimum (GWM) bagi bank-bank tertentu sebesar 50bps.
Dikutip dari Reuters, PBOC mengungkapkan bahwa pemotongan GWM tersebut akan berlaku mulai 5 Juli. Kebijakan ini akan menambah likuiditas di pasar senilai CNY 700 miliar atau setara dengan US $107,65 miliar dan dimaksudkan untuk meningkatkan laju debt-for-equity swaps dan penyaluran kredit bagi perusahaan-perusahaan kecil.
Sebagai catatan, debt-for-equity swaps merupakan sebuah metode restrukturisasi utang dimana pemberi pinjaman (bank) mengonversi utang dari kreditur yang bermasalah menjadi saham. Sebelumnya, hal ini tidak bisa dilakukan dengan cepat seiring dengan dana yang terbatas yang dimiliki oleh bank. Dengan adanya pelonggaran moneter, diharapkan semakin banyak restrukturisasi utang yang bisa dilakukan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Meredanya ketakutan mengenai restriksi investasi China pada perusahaan teknologi asal AS telah menurunkan tekanan jual di bursa saham kawasan Asia. Presiden Donald Trump memberi sinyal bahwa dirinya akan mengambil langkah yang lebih halus untuk membatasi investasi China pada perusahaan AS yang memiliki teknologi yang sensitif.
Dalam administrasi pemerintahan Trump, terdapat perdebatan mengenai pendekatan yang harus digunakan guna membatasi investasi China. Menteri keuangan Steve Mnuchin menginginkan pendekatan yang lebih halus menggunakan the Committee on Foreign Investment in the U.S yang akan melakukan tinjauan mengenai akuisisi perusahaan asing terhadap perusahaan asal AS dengan dasar keamanan nasional.
Terlepas dari sentimen positif yang ada, nampak bursa saham China tak bisa menjadikannya momentum untuk menguat. Masalah ketatnya likuiditas yang timbul sebagai hasil dari usaha pemerintah China untuk mengurangi tingkat utang sektor swasta ditambah dengan masalah perang dagang dengan AS yang tak kunjung usai membuat investor lebih memilih untuk melakukan aksi jual.
Usaha yang diambil bank sentral dengan menyuntikkan likuditas ke pasar dianggap masih kurang memadai. Pada hari Minggu (24/6/2018), The People's Bank of China (PBOC) memutuskan untuk memangkas rasio Giro Wajib Minimum (GWM) bagi bank-bank tertentu sebesar 50bps.
Dikutip dari Reuters, PBOC mengungkapkan bahwa pemotongan GWM tersebut akan berlaku mulai 5 Juli. Kebijakan ini akan menambah likuiditas di pasar senilai CNY 700 miliar atau setara dengan US $107,65 miliar dan dimaksudkan untuk meningkatkan laju debt-for-equity swaps dan penyaluran kredit bagi perusahaan-perusahaan kecil.
Sebagai catatan, debt-for-equity swaps merupakan sebuah metode restrukturisasi utang dimana pemberi pinjaman (bank) mengonversi utang dari kreditur yang bermasalah menjadi saham. Sebelumnya, hal ini tidak bisa dilakukan dengan cepat seiring dengan dana yang terbatas yang dimiliki oleh bank. Dengan adanya pelonggaran moneter, diharapkan semakin banyak restrukturisasi utang yang bisa dilakukan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular