
Pertamina-PTBA Segera Jalin Bisnis Gasifikasi Batu Bara
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
26 June 2018 15:32

Jakarta, CNBC Indonesia- Impor LPG yang semakin tinggi mendorong Pertamina menggunakan sumber energi lain yang bisa dimanfaatkan, salah satunya adalah penggunaan batu bara yang diubah menjadi Dimetil Eter (DME) dan diyakini bisa menghasilkan gas untuk menggantikan LPG.
Untuk pengembangan DME ini, rencananya Pertamina akan menggandeng PT Bukit Asam. Tbk (PTBA). "Kami sebagai offtaker, dalam waktu dekat akan disahkan," ujar Plt Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati di Washington, Senin waktu setempat (25/62018).
Meski belum mau merinci soal teknis kerja sama, Nicke hanya memastikan bahwa gas yang dihasilkan nantinya akan dibeli oleh Pertamina. Ini sesuai dengan dorongan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan yang memang sudah lama menekankan pentingnya menggunakan sumber alternatif energi, salah satunya adalah dengan pemanfaatan DME.
"Industri ini tidak kreatif, kalau mau bikin DME itu bisa ganti semua LPG. Tabung tidak perlu diganti," kata Jonan, di kesempatan yang sama.
Angka impor LPG memang semakin bertambah tiap tahun. Berdasar data Pertamina di 2018 ini diperkirakan penjualan LPG bisa mencapai 8,5 juta ton. Sementara hampir 70% dari LPG tersebut harus dipenuhi dari impor.
Sebelumnya, PTBA juga mengkaji penerbitan obligasi global dalam waktu dekat. Rencana penerbitan surat utang ini terkait dengan pengembangan hilirisasi batu bara menjadi gas.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan penerbitan surat utang ini terkait dengan rencana investasi untuk memproduksi Dimethyl Ether (DME) yang merupakan produk hasil hilirisasi batu bara. "Untuk kebutuhan DME saja itu perlu dana sampai US$ 10 miliar," kata Arviyan di Financial Hall, awal bulan lalu.
Namun Arviyan tidak menjelasakan secara rinci, besaran dana yang bisa dihimpun dari penerbitan surat utang ini. Ada dua cara penerbitan obligasi, yakni global bonds dalam dolar atau dalam rupiah yang di catatkan di bursa luar (komodo bonds). Untuk hilirisasi menjadi gas diperlukan dana tak kurang dari US$ 1,6 miliar. Sehingga untuk jenis turunan produk gas lainnya akan sangat besar.
(gus/gus) Next Article Mukjizat Biogas, Bisa Kurangi Impor LPG dan Emisi Karbon RI
Untuk pengembangan DME ini, rencananya Pertamina akan menggandeng PT Bukit Asam. Tbk (PTBA). "Kami sebagai offtaker, dalam waktu dekat akan disahkan," ujar Plt Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati di Washington, Senin waktu setempat (25/62018).
"Industri ini tidak kreatif, kalau mau bikin DME itu bisa ganti semua LPG. Tabung tidak perlu diganti," kata Jonan, di kesempatan yang sama.
Angka impor LPG memang semakin bertambah tiap tahun. Berdasar data Pertamina di 2018 ini diperkirakan penjualan LPG bisa mencapai 8,5 juta ton. Sementara hampir 70% dari LPG tersebut harus dipenuhi dari impor.
Sebelumnya, PTBA juga mengkaji penerbitan obligasi global dalam waktu dekat. Rencana penerbitan surat utang ini terkait dengan pengembangan hilirisasi batu bara menjadi gas.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan penerbitan surat utang ini terkait dengan rencana investasi untuk memproduksi Dimethyl Ether (DME) yang merupakan produk hasil hilirisasi batu bara. "Untuk kebutuhan DME saja itu perlu dana sampai US$ 10 miliar," kata Arviyan di Financial Hall, awal bulan lalu.
Namun Arviyan tidak menjelasakan secara rinci, besaran dana yang bisa dihimpun dari penerbitan surat utang ini. Ada dua cara penerbitan obligasi, yakni global bonds dalam dolar atau dalam rupiah yang di catatkan di bursa luar (komodo bonds). Untuk hilirisasi menjadi gas diperlukan dana tak kurang dari US$ 1,6 miliar. Sehingga untuk jenis turunan produk gas lainnya akan sangat besar.
(gus/gus) Next Article Mukjizat Biogas, Bisa Kurangi Impor LPG dan Emisi Karbon RI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular