
Euro Menguat 0,95%, Rupiah Terlemah Sejak 28 Mei
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 June 2018 14:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap euro melemah cukup dalam. Terhadap mata uang Benua Biru, rupiah melemah nyaris 1%.
Pada Selasa (26/6/2018) pukul 14:08 WIB, EUR 1 dibanderol Rp 16.550. Rupiah melemah 0,95% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. Ini merupakan titik terlemah rupiah sejak 28 Mei.
Berikut perkembangan kurs euro di sejumlah bank nasional:
Sebenarnya euro sedang tertekan. Terhadap dolar Amerika Serikat (AS), euro melemah 0,05%. Pelemahan euro datang akibat rilis data dari Association for Finansial Markets in Europe (AFME) yang menyebutkan transaksi di pasar obligasi turun cukup drastis.
AFME menyebutkan pada kuartal I-2018 volume transaksi obligasi di Eropa turun 17,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di Jerman, perekonomian terkuat Uni Eropa, transaksi di pasar obligasi turun 2015%. Sementara di perekonomian nomor dua Eropa, Prancis, transaksi anjlok sampai 33%.
Ini membuktikan investor cenderung menjauhi Eropa. Pasalnya, situasi di Eropa memang diliputi ketidakpastian.
Situasi politik di Spanyol sempat memanas kala Catalunya melakukan referendum untuk memisahkan diri. Kemudian politik di Italia juga sempat kisruh karena pemilu pada Maret lalu tidak menghasilkan kubu mayoritas di parlemen.
Belum lagi hubungan dagang Uni Eropa dengan AS yang panas-dingin. Sekarang hubungan keduanya sedang panas, dan melibatkan berbalas bea masuk.
Dinamika Eropa yang kurang kondusif membuat investor kurang berminat untuk masuk. Data AFME mengonfirmasi hal ini, dan euro pun kembali dihukum oleh pasar.
Namun terhadap rupiah, euro masih mampu menguat cukup signifikan. Sentimen domestik Indonesia ternyata lebih membuat investor menghindari rupiah ketimbang euro.
Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis dana neraca perdagangan Mei 2018 yang defisit US$ 1,52 miliar. Ini membuat investor bertanya-tanya mengenai nasib transaksi berjalan (current account) pada kuartal II-2018.
Sebab, pada April 2018 pun neraca perdagangan membukukan defisit yang lebar yakni US$ 1,63 miliar. Kemungkinan transaksi berjalan pada kuartal II-2018 akan mengalami defisit yang lebih besar dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal I-2018, defisit transaksi berjalan adalah 2,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Pembacaan ini membuat rupiah seakan kekurangan fondasi untuk menguat karena minimnya sokongan devisa dari sektor perdagangan. Apalagi aliran dana di pasar keuangan pun relatif seret. Pada pukul 14:30 WIB, investor asing membukukan jual bersih Rp 284,26 miliar di pasar saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Melemah 0,03%, Rupiah Belum Mampu Taklukkan Euro
Pada Selasa (26/6/2018) pukul 14:08 WIB, EUR 1 dibanderol Rp 16.550. Rupiah melemah 0,95% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. Ini merupakan titik terlemah rupiah sejak 28 Mei.
![]() |
Berikut perkembangan kurs euro di sejumlah bank nasional:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank BNI | Rp 16.358 | Rp 16.774 |
Bank BRI | Rp 16.500,23 | Rp 16.714,91 |
Bank BCA | Rp 16.344 | Rp 16.773 |
Bank Mandiri | Rp 16.188 | Rp 16.604 |
Sebenarnya euro sedang tertekan. Terhadap dolar Amerika Serikat (AS), euro melemah 0,05%. Pelemahan euro datang akibat rilis data dari Association for Finansial Markets in Europe (AFME) yang menyebutkan transaksi di pasar obligasi turun cukup drastis.
AFME menyebutkan pada kuartal I-2018 volume transaksi obligasi di Eropa turun 17,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di Jerman, perekonomian terkuat Uni Eropa, transaksi di pasar obligasi turun 2015%. Sementara di perekonomian nomor dua Eropa, Prancis, transaksi anjlok sampai 33%.
Ini membuktikan investor cenderung menjauhi Eropa. Pasalnya, situasi di Eropa memang diliputi ketidakpastian.
Situasi politik di Spanyol sempat memanas kala Catalunya melakukan referendum untuk memisahkan diri. Kemudian politik di Italia juga sempat kisruh karena pemilu pada Maret lalu tidak menghasilkan kubu mayoritas di parlemen.
Belum lagi hubungan dagang Uni Eropa dengan AS yang panas-dingin. Sekarang hubungan keduanya sedang panas, dan melibatkan berbalas bea masuk.
Dinamika Eropa yang kurang kondusif membuat investor kurang berminat untuk masuk. Data AFME mengonfirmasi hal ini, dan euro pun kembali dihukum oleh pasar.
Namun terhadap rupiah, euro masih mampu menguat cukup signifikan. Sentimen domestik Indonesia ternyata lebih membuat investor menghindari rupiah ketimbang euro.
Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis dana neraca perdagangan Mei 2018 yang defisit US$ 1,52 miliar. Ini membuat investor bertanya-tanya mengenai nasib transaksi berjalan (current account) pada kuartal II-2018.
Sebab, pada April 2018 pun neraca perdagangan membukukan defisit yang lebar yakni US$ 1,63 miliar. Kemungkinan transaksi berjalan pada kuartal II-2018 akan mengalami defisit yang lebih besar dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal I-2018, defisit transaksi berjalan adalah 2,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Pembacaan ini membuat rupiah seakan kekurangan fondasi untuk menguat karena minimnya sokongan devisa dari sektor perdagangan. Apalagi aliran dana di pasar keuangan pun relatif seret. Pada pukul 14:30 WIB, investor asing membukukan jual bersih Rp 284,26 miliar di pasar saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Melemah 0,03%, Rupiah Belum Mampu Taklukkan Euro
Most Popular