Perang Dagang Makin Kisruh, Wall Street Terjun Bebas

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
26 June 2018 06:29
Indeks-indeks acuan Wall Street mencetak rekor kinerja terburuk pada hari Senin akibat kabar memanasnya perang dagang AS-China.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham Amerika Serikat (AS) mengawali pekan ini dengan kenyataan pahit. Para investor Wall Street mempersiapkan diri untuk menghadapi lebih banyak halangan perdagangan terhadap perusahaan China oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Dow Jones Industrial Average anjlok 328,09 poin atau 1,33% menjadi 24.252,8 dengan Boeing dan Intel menjadi beberapa saham dengan kinerja terburuk hari Senin (25/6/2018). Indeks beranggotakan 30 saham itu menutup perdagangan di bawah rata-rata pergerakan 200 harinya, yang merupakan sebuah level teknikal, untuk kali pertama sejak Juni 2016, CNBC International melaporkan.


S&P 500 turun tajam 1,4% menjadi 2.717,07, hari terburuknya sejak 6 April, akibat penurunan di sektor teknologi hingga 2,3%. Nasdaq Composite juga melemah 2,1% dan ditutup di level 7.532,01 akibat penurunan tajam Netflix sebesar 6,5%.

Saham Harley-Davidson terjun bebas sekitar 6% setelah perusahaan mengumumkan akan memindahkan produksi sepeda motor yang akan dikirim ke Eropa ke pabrik-pabrik lain di luar AS akibat rencana penerapan tarif balasan oleh Uni Eropa (UE). Perusahaan ini menjual hampir 40.000 sepeda motor ke UE, terbanyak kedua setelah AS.

Dow Jones mengalami rebound tipis jelang penutupan perdagangan setelah penasihat senior Trump, Peter Navarro, mengatakan kepada CNBC larangan investasi terhadap perusahaan China dan negara lainnya tidak akan segera diterapkan dan bahwa pasar saham bereaksi berlebihan.

Wall Street Journal melaporkan hari Minggu bahwa Trump berencana melarang beberapa perusahaan China berinvestasi di sektor teknologi AS. Surat kabar itu juga menulis pemerintah AS ingin menghalangi ekspor teknologi ke China. Kedua langkah itu diperkirakan akan diumumkan akhir pekan ini.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menyebut kabar itu "berita palsu" dalam sebuah cuitan di Twitter. Namun, ia juga mengatakan kebijakan itu akan berdampak tidak hanya kepada China, namun seluruh negara.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular