Perang Dagang dan Banjir Impor Bikin Rupiah Lesu Lawan Yen

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 June 2018 11:48
Nilai tukar rupiah melemah cukup dalam terhadap yen Jepang.
Foto: REUTERS/Thomas White
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah cukup dalam terhadap yen Jepang. Di tengah perang dagang yang kembali berkecamuk, status yen Jepang sebagai aset aman (safe haven) membuat mata uang ini menjadi buruan. 

Pada Senin (25/6/2018) pukul 11:30 WIB, JPY 1 ditransaksikan Rp 129,04. Rupiah melemah sampai 0,86% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. 

Reuters

Berikut perkembangan kurs yen di sejumlah bank nasional: 

BankHarga BeliHarga Jual
Bank BNIRp 126,54Rp 130,29
Bank BRIRp 126,86Rp 128,55
Bank BCARp 125,19Rp 131,78
Bank MandiriRp 125,91Rp 130,79
 
Perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dengan negara-negara lain semakin bergelora. Setelah Uni Eropa akan menerapkan bea masuk kepada produk-produk Amerika Serikat (AS), Presiden Donald Trump siap melancarkan serangan balasan. 

"Jika bea masuk dan penghalang perdagangan di Uni Eropa tidak dicabut, maka kami akan mengenakan bea masuk 20% kepada mobil-mobil mereka. Bangun pabrik di sini!" tegas Trump melalui kicauan di Twitter. 

Namun Benua Biru tidak gentar. Uni Eropa juga siap membalas pantun AS. 

"Kalau AS akan mengenakan bea masuk, maka kami tidak punya pilihan. Kami siap bertindak," tegas Jyrki Katainen, Wakil Presiden Komisi Uni Eropa, seperti dikutip dari Reuters.  

"Kami tidak ingin berdebat di depan publik lewat Twitter. Seharusnya kita semua tidak membuat eskalasi isu ini semakin tinggi," sindirnya lagi. 

Tidak hanya dengan Uni Eropa, perkembangan AS vs China pun kian runyam. Wall Street Journal melaporkan Kementerian Keuangan AS tengah menyusun regulasi untuk membatasi aktivitas perusahaan China di Negeri Paman Sam. Perusahaan yang punya kepemilikan minimal 25% oleh pihak China akan dilarang untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi strategis di AS. 

Langkah ini dilakukan untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual AS. Tidak hanya itu Dewan Keamanan Nasional AS dan Kementerian Perdagangan AS juga tengah merancang peraturan untuk mengontrol ekspor AS ke China untuk menghindari produk-produk berteknologi strategis dikirim ke Negeri Tirai Bambu. 

Perkembangan ini membuat pelaku pasar lagi-lagi tidak nyaman. Perang dagang kini sudah merambat ke perang investasi, dan dampaknya bisa mengorbankan pertumbuhan ekonomi dunia. 
 

Saat situasi tidak tenang, pelaku pasar pun cenderung bermain aman dan tidak ingin ambil risiko. Aset-aset safe haven pun menjadi buruan, termasuk yen Jepang. Terhadap dolar AS, yen bahkan menguat sampai 0,44%.

Sementara dari dalam negeri, data perdagangan internasional juga menjadi pemberat rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2018 defisit cukup dalam yaitu US$ 1,52 miliar.

Ekspor tumbuh cukup baik yaitu 12,47% year-on-year (YoY). Namun impor tumbuh jauh lebih cepat yaitu 28,12% YoY. Banjir impor ini membuat defisit neraca perdagangan lumayan besar.

Data ini memunculkan anggapan bahwa aliran devisa dari perdagangan sedang seret. Pasar pun kemudian menghukum dengan melepas aset-aset berbasis rupiah.

Akibatnya, rupiah terdepresiasi terhadap berbagai mata uang. Di hadapan yen pun rupiah menjadi semakin tidak berdaya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Lawan Yen, Rupiah Melemah 0,25% ke Rp 126,91/JPY

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular