
Manajemen Bakrieland Curhat Soal Reverse Stock
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
22 June 2018 16:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) menuturkan latar belakang apa sebenarnya tujuan jangka panjang dari penggabungan saham (reverse stock) ditengah penolakan yang diterima para pemegang saham perseroan.
Direktur Utama dan CEO ELTY Ambono Janurianto menuturkan restrukturisasi utang yang akan dilakukan perseroan paska reverse stock yang dilakukan nantinya berkontribusi pada performa keuangan perseroan. Selain itu, dirinya lebih memilih opsi untuk melakukan reverse stock dibandingkan dengan menjual aset perseroan.
Reverse stock juga menjadi syarat utama perseroan jika ingin melakukan kembali aksi korporasi pendanaan kedepannya, hal tersebut didasari oleh harga saham ELTY yang tidak likuid saat ini di angka Rp 50/saham.
"Orang bilang reverse stock itu mempercantik harga saham, tapi kami melakukannya untuk mengoptimalisasi harga saham kedalam trading range yang baik. Kalau jual aset sama saja, utang lunas namun aset tidak ada akhirnya kami tidak bisa melakukan pengembangan dan tidak ada pertumbuhan kan," ujar Ambono di Hotel Aston Rasuna, Jumat (22/6/2018).
Saat ini, rasio utang (debt) per EBITDA ( Earning Before Interest, Taxes, Depreciation dan Amortization) perseroan memiliki rasio mencapai 1:14. Menurut manajemen reverse stock dapat mendorong restrukturisasi utang perseroan menjadi menurun hingga single digit dibandingkan dengan EBITDA.
Utang perseroan mencapai Rp 1,84 triliun dimana mayoritas berasal dari utang perbankan dan sisanya Rp 100 miliar merupakan utang perseroan dengan perusahaan manajemen investasi dan private equity PT Geo Link Indonesia dari total nilai pagu pinjaman sebesar Rp 500 miliar.
Sedangkan untuk aset tanah (land bank), perseroan menyatakan memiliki sekitar 1.500 hektar di wilayah Bogor hingga Sidoarjo yang akan digunakan perseroan untuk pengembangan bisnis utamanya yaitu sektor properti.
"Cost of debt terakhir kami diatas 12%, jika reverse stock maka kami akan merestrukturisasi bayar bunga dan pokok utang dan disisi lain kami meningkatkan performa dengan pembangunan pada aset yang telah ada," tambah Ambono.
Selaku pimpinan tertinggi pada perseroan, Ambono mengatakan penolakan rencana reverse stock dari pemegang saham perseroan menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya dan juga manajemen. Pihaknya saat ini terus berusaha untuk mengimbangi keinginan dari bond holder yaitu PT Geo Link Indonesia dan para pemegang saham untuk bisa sepakat dengan rencana tersebut.
Dirinya menambahkan, reverse stock menjadi satu-satunya pilihan bagi perseroan dan tetap akan dilanjutkan hingga persetujuan lewat kuorum pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) ketiga yang akan dilakukan perseroan.
"Awalnya saya tidak mau reverse stock tapi karena dead lock ya harus dilakukan. Reverse stock itu memang sakit diawalnya, namun belajar dari perusahaan lainnya seperti Citibank dulu yang reverse hingga 20 kali rasionya bisa menjamin pertumbuhan perusahaan," ujar Ambono.
Pendapatan Tumbuh 18%
Perseroan menargetkan pendapatan penghasilan usaha pada tahun ini tumbuh 18% hingga Rp 1,5 triliun dibandingkan dengan pendapatan pada tahun lalu sebesar Rp 1,23 triliun.
Pertumbuhan pendapatan tersebut didorong oleh pengembangan lanjutan proyek properti Kahuripan Nirwana Sidoarjo sektor 2 diatas tanag seluas 219 hektar. Saat ini properti di sektor satu sudah didirikan dan dilakukan penjualan di atas lahan sebesar 83 hektar dari total land bank 600 hektar.
"Proyeksi kami tahun ini tumbuh ditambah dengan pembangunan proyek di Sidoarjo, total pendapatan yang bisa kami ambil itu Rp 5 triliun hingga 7 tahun mendatang," ujar Ambono.
Selain itu, perseroan juga berencana untuk melakukan proyek utilisasi dan redevelopment Gedung Bakrie Tower 2 menjadi 29 lantai seluas 32.000 meter persegi.
Seluruh pendanaan dari pengembangan proyek utilisasi proyek tersebut berasal dari sumber pendanaan perseroan.
"Kalau kami targetkan pendapatan dari hasil penyewaan di Wisma Bakrie mencapai Rp 10 triliun selama 10 tahun. Biasanya dengan
Nirwana kahuripan dan bakrie. Nirwana nilai 5 tahun 2,6 triliun jumlah total sales nya. Kalau kahurioan 5,6 triliun 7 tahun satu triliun 10 tahun. Yang sekarang 7 lantai itu pendapatan hanya Rp 1,2 miliar dan diperkirakan pada 2021 saat Bakrie Tower 2 jadi pendapatan sewa sekitar Rp 10 miliar perbulannya," tambah Ambono.
(hps) Next Article Jelang Reverse Stock, Saham Bakrieland Ramai di Pasar Nego
Direktur Utama dan CEO ELTY Ambono Janurianto menuturkan restrukturisasi utang yang akan dilakukan perseroan paska reverse stock yang dilakukan nantinya berkontribusi pada performa keuangan perseroan. Selain itu, dirinya lebih memilih opsi untuk melakukan reverse stock dibandingkan dengan menjual aset perseroan.
Reverse stock juga menjadi syarat utama perseroan jika ingin melakukan kembali aksi korporasi pendanaan kedepannya, hal tersebut didasari oleh harga saham ELTY yang tidak likuid saat ini di angka Rp 50/saham.
Saat ini, rasio utang (debt) per EBITDA ( Earning Before Interest, Taxes, Depreciation dan Amortization) perseroan memiliki rasio mencapai 1:14. Menurut manajemen reverse stock dapat mendorong restrukturisasi utang perseroan menjadi menurun hingga single digit dibandingkan dengan EBITDA.
Utang perseroan mencapai Rp 1,84 triliun dimana mayoritas berasal dari utang perbankan dan sisanya Rp 100 miliar merupakan utang perseroan dengan perusahaan manajemen investasi dan private equity PT Geo Link Indonesia dari total nilai pagu pinjaman sebesar Rp 500 miliar.
Sedangkan untuk aset tanah (land bank), perseroan menyatakan memiliki sekitar 1.500 hektar di wilayah Bogor hingga Sidoarjo yang akan digunakan perseroan untuk pengembangan bisnis utamanya yaitu sektor properti.
"Cost of debt terakhir kami diatas 12%, jika reverse stock maka kami akan merestrukturisasi bayar bunga dan pokok utang dan disisi lain kami meningkatkan performa dengan pembangunan pada aset yang telah ada," tambah Ambono.
Selaku pimpinan tertinggi pada perseroan, Ambono mengatakan penolakan rencana reverse stock dari pemegang saham perseroan menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya dan juga manajemen. Pihaknya saat ini terus berusaha untuk mengimbangi keinginan dari bond holder yaitu PT Geo Link Indonesia dan para pemegang saham untuk bisa sepakat dengan rencana tersebut.
Dirinya menambahkan, reverse stock menjadi satu-satunya pilihan bagi perseroan dan tetap akan dilanjutkan hingga persetujuan lewat kuorum pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) ketiga yang akan dilakukan perseroan.
"Awalnya saya tidak mau reverse stock tapi karena dead lock ya harus dilakukan. Reverse stock itu memang sakit diawalnya, namun belajar dari perusahaan lainnya seperti Citibank dulu yang reverse hingga 20 kali rasionya bisa menjamin pertumbuhan perusahaan," ujar Ambono.
Pendapatan Tumbuh 18%
Perseroan menargetkan pendapatan penghasilan usaha pada tahun ini tumbuh 18% hingga Rp 1,5 triliun dibandingkan dengan pendapatan pada tahun lalu sebesar Rp 1,23 triliun.
Pertumbuhan pendapatan tersebut didorong oleh pengembangan lanjutan proyek properti Kahuripan Nirwana Sidoarjo sektor 2 diatas tanag seluas 219 hektar. Saat ini properti di sektor satu sudah didirikan dan dilakukan penjualan di atas lahan sebesar 83 hektar dari total land bank 600 hektar.
"Proyeksi kami tahun ini tumbuh ditambah dengan pembangunan proyek di Sidoarjo, total pendapatan yang bisa kami ambil itu Rp 5 triliun hingga 7 tahun mendatang," ujar Ambono.
Selain itu, perseroan juga berencana untuk melakukan proyek utilisasi dan redevelopment Gedung Bakrie Tower 2 menjadi 29 lantai seluas 32.000 meter persegi.
Seluruh pendanaan dari pengembangan proyek utilisasi proyek tersebut berasal dari sumber pendanaan perseroan.
"Kalau kami targetkan pendapatan dari hasil penyewaan di Wisma Bakrie mencapai Rp 10 triliun selama 10 tahun. Biasanya dengan
Nirwana kahuripan dan bakrie. Nirwana nilai 5 tahun 2,6 triliun jumlah total sales nya. Kalau kahurioan 5,6 triliun 7 tahun satu triliun 10 tahun. Yang sekarang 7 lantai itu pendapatan hanya Rp 1,2 miliar dan diperkirakan pada 2021 saat Bakrie Tower 2 jadi pendapatan sewa sekitar Rp 10 miliar perbulannya," tambah Ambono.
(hps) Next Article Jelang Reverse Stock, Saham Bakrieland Ramai di Pasar Nego
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular