Isu Perang Dagang & Suku Bunga Bawa Bursa Saham Asia Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 June 2018 16:49
Sempat dibuka bervariasi pada pagi hari tadi, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona merah.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat dibuka bervariasi pada pagi hari tadi, mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona merah: indeks Shanghai melemah 1,38%, indeks Hang Seng melemah 1,35%, indeks Strait Times melemah 0,48%, dan indeks Kospi melemah 1,1%.

Kembali tegangnya hubungan antara AS dengan China membuat investor melepas kepemilikannya atas saham-saham di Benua Kuning. Media milik pemerintah China The Global Times melaporkan pada hari ini bahwa jika Presiden AS Donald Trump tetap memperparah tensi dengan China di bidang perdagangan, China dapat membalasnya dengan menargetkan perusahaan-perusahaan anggota indeks Dow Jones, seperti dikutip dari CNBC International.

"Jika Trump terus memanaskan tensi (di bidang) perdagangan dengan China, kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa China akan menyerang balik dengan mengadopsi pendekatan garis keras menargetkan persusahaan-perusahaan anggota indeks Dow Jones," tulis The Global Times.

Sebagai catatan, indeks Dow Jones merupakan salah satu indeks saham utama di AS yang beranggotakan 30 saham perusahaan-perusahaan terbuka besar yang bermarkas di AS. Biasanya, perusahaan-perusahaan yang masuk dalam indeks bergengsi ini merupakan pemimpin di industri yang digelutinya.

Setiap pergerakan indeks Dow Jones akan memberikan pengaruh bagi bursa saham lainnya di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia. Beberapa anggota dari indeks Dow Jones adalah Boeing, Apple, dan Nike. Kini, kontrak futures indeks Dow Jones mengindikasikan penurunan sebesar 89 poin pada saat pembukaan.

Kemudian, semakin nyatanya kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Federal Reserve ikut membebani langkah bursa saham di kawasan Asia. Persepsi ini timbul menyusul pernyataan dari Gubernur The Fed Jerome Powell.

Berbicara dalam forum ekonomi European Central Bank (ECB) di Sintra, Portugal, Powell kembali menegaskan komitmen bank sentral untuk menaikkan suku bunga secara gradual.

"Dengan ekonomi AS yang semakin kuat, maka kemungkinan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap tetap kuat, meski pasar tenaga kerja belum sepenuhnya pulih," kata Powell, dikutip dari Reuters.

Masalahnya, dengan kondisi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, kenaikan suku bunga acuan yang kelewat agresif bisa menjadi bumerang bagi ekonomi AS. Mengingat posisi AS sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia, perlambatan ekonomi AS tentu bukan kabar baik bagi bursa saham global.
(ank/hps) Next Article Hasil Negosiasi AS-China Dinanti, Bursa Saham Asia Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular