Hasil Negosiasi AS-China Dinanti, Bursa Saham Asia Melemah

Anthony Kevin & Roy Franedya, CNBC Indonesia
04 May 2018 09:10
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka melemah pada hari ini.
Foto: REUTERS/Toru Hanai
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka melemah pada hari ini. Indeks Kospi dibuka melemah 0,03% ke level 2.486,47, indeks Strait Times dibuka melemah 0,03% ke level 3.574,54, indeks Shanghai dibuka melemah 0,25% ke level 3.093,12. Sementara itu, indeks Hang Seng masih mampu dibuka menguat walaupun tipis saja, yaitu senilai 0,01% ke level 30.316,98. Sebagai catatan, bursa saham Jepang diliburkan seiring dengan perayaan Greenery Day.

Hasil pertemuan AS-China masih ditunggu oleh investor. Kemarin (3/5/2018), delegasi AS yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Steve Mnuchin bertemu dengan pejabat pemerintahan China guna membahas isu perdagangan. Pertemuan tersebut rencananya akan berlangsung sampai dengan hari ini. Mnuchin mengungkapkan bahwa kedua pihak telah melakukan perbincangan yang sangat baik, sementara ekonom Gedung Putih mendeskripksikan pertemuan hari pertama cukup positif.

Namun, terdapat pesimisme bahwa pertemuan tersebut akan membuahkan hasil yang manis. Hasil yang kemungkinan besar akan muncul dari diskusi tersebut adalah kesepakatan untuk terus berunding. Para pakar perdagangan mengatakan hal itu dipicu oleh sikap Presiden AS Donald Trump yang tetap kukuh pada ancamannya untuk menerapkan tarif hukuman terhadap barang-barang impor asal China.

Terobosan kesepakatan yang akan secara fundamental mengubah kebijakan ekonomi China dipandang tidak mungkin terjadi, meskipun sepaket kebijakan jangka pendek China bisa menunda keputusan bea impor AS, Reuters melaporkan.

Sebelum pertemuan dimulai, China memang sudah menunjukkan sikap yang keras terhadap AS. Mengutip Bloomberg, seorang pejabat senior dari pemerintahan China mengatakan bahwa Negeri Panda tersebut tak akan mengalah kepada AS. China disebutnya tak akan menerima berbagai kondisi yang disyaratkan oleh AS guna memulai negosiasi, seperti memaksa China untuk mengabaikan program manufaktur jangka panjang ataupun menipiskan surplus neraca perdagangan hingga US$ 100 miliar.

Situasi malah bertambah kompleks tadi malam. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa defisit perdagangan AS dengan China naik 16% YoY sepanjang kuartal 1 menjadi US$ 91,1 miliar. Laporan berbeda menunjukkan bahwa China telah membatalkan pembelian kedelai dari AS.

Kabar tersebut tentu bukan berita baik bagi negosiasi yang kini sedang berlangsung.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(ank) Next Article Bursa Kawasan Asia Kompak Hijau, Tapi Menguat Terbatas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular