BI Siap Naikkan Bunga, Pelemahan Rupiah Terdalam di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 June 2018 16:46
BI Siap Naikkan Bunga, Pelemahan Rupiah Terdalam di Asia
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada hari pertama perdagangan setelah libur Idul Fitri. Pelemahan rupiah bahkan cukup dalam, lebih dari 1%. 

Pada Kamis (21/6/2018), US$ 1 pada penutupan pasar spot dibanderol Rp 14.098. Rupiah melemah 1,24%. 

Saat pembukaan pasar, dolar AS masih berada di bawah Rp 14.000. Namun seiring perjalanan pasar, greenback terus menguat. Posisi terkuat dolar AS hari ini adalah Rp 14.106. 

Reuters

Tidak hanya rupiah, dolar AS pun digdaya di hadapan mata uang utama Asia. Namun dengan depresiasi 1,24%, rupiah jadi mata uang dengan depresiasi paling tajam di kawasan. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 16:13 WIB, menurut data Reuters: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang110,40-0,25
Yuan China6,50+0,48
Won Korea Selatan1.112,37+0,31
Dolar Taiwan30,39+0,69
Rupee India68,20+0,22
Dolar Singapura1,36+0,36
Ringgit Malaysia4,01+0,24
Baht Thailand32,97+0,49
Peso Filipina53,47+0,36
 
Dolar AS memang belum mau berhenti menguat. Terhadap mata uang utama, dolar AS juga menguat hingga 0,46%. Dollar Index, yang mengukur posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama, mencapai posisi tertinggi sejak Juli 2017. 

Reuters

Apresiasi dolar yang berlangsung sejak pertengahan pekan lalu sulit dihentikan karena saat ini The Federal Reserve/The Fed seakan menjadi satu-satunya bank sentral negara maju yang berani memperketat kebijakan moneter. Pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga acuan menjadi 1,75-2%. 

Kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali sepanjang 2018 pun semakin terbuka. Ini karena median dot plot (proyeksi suku bunga) pada akhir tahun ini berada di 2,25-2,5%.  

Sementara European Central Bank (ECB) masih malu-malu bicara kenaikan suku bunga. ECB memang memutuskan untuk mengurangi dosis stimulus fiskal mulai September, dan kemudian mengakhirinya pada Desember. Namun untuk kenaikan suku bunga acuan, setidaknya baru dilakukan pada musim panas 2019. 

Dalam forum ekonomi di Sintra (Portugal), Presiden ECB Mario Draghi mengatakan bank sentral masih akan sabar dalam hal menaikkan suku bunga. Sebagai informasi, saat ini suku bunga refinancing masih bertahan di 0%, sementara lending facility dan deposit facility masing-masing 0,25% dan 0,4%. 

"Kami akan tetap sabar untuk menentukan waktu kapan menaikkan suku bunga. Kemudian, penyesuaian kebijakan moneter setelah itu juga akan dilakukan secara gradual," kata Draghi dalam forum ECB di Sintra, dikutip dari Reuters.  

Sementara Bank of England (BoE) hari ini melakukan pertemuan untuk memutuskan suku bunga acuan. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan BoE masih akan menahan suku bunga acuan pada pertemuan tersebut. 

The Fed pun melaju di depan dan ini berita bagus bagi greenback. Kenaikan suku bunga, apalagi secara agresif, adalah obat kuat mujarab untuk mendongrak nilai mata uang. 


Dari dalam negeri, sebenarnya Bank Indonesia (BI) juga memberi kode siap menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate.  Namun kurang dihiraukan oleh pasar. 

"Bank Indonesia senantiasa berkomitmen dan fokus pada kebijakan jangka pendek dalam memperkuat stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah. Untuk itu, BI siap menempuh kebijakan lanjutan yang pre-emptivefront loading, dan ahead the curve dalam menghadapi perkembangan baru arah kebijakan the Fed dan ECB pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) 27-28 Juni 2018 yang akan datang," sebut pernyataan BI beberapa hari lalu. 

Perry Warjiyo, Gubernur BI, mengatakan kebijakan tersebut dapat berupa kenaikan suku bunga acuan, yang disertai dengan relaksasi kebijakan LTV untuk mendorong sektor perumahan. Selain itu, kebijakan intervensi ganda, likuiditas longgar, dan komunikasi yang intensif tetap dilanjutkan.  

Wacana kenaikan suku bunga ternyata kalah saing dengan sentimen dari luar negeri, yaitu keperkasaan dolar AS. Padahal, semestinya hawa kenaikan suku bunga bisa positif bagi rupiah.

Kenaikan suku bunga membuat berinvestasi di Indonesia semakin menguntungkan karena memberikan imbalan yang lebih. Ini bisa menjadi pemanis (sweetener) bagi investor asing untuk masuk ke Indonesia, sehingga pada akhirnya aliran modal ini bisa membuat nilai tukar rupiah lebih stabil. 

Namun ini tidak terjadi, karena penguatan dolar AS begitu kuat dan tidak terbendung. Malah investor asing hari ini keluar dari pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, nilai jual bersih investor asing mencapai Rp 833,78 miliar. 

Sementara di pasar obligasi, arus modal keluar terlihat dari kenaikan imbal hasil. Pada pukul 16:31 WIB, imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun berada di 7,445%. Naik dibandingkan penutupan kemarin yaitu 7,31%. 

Kenaikan imbal hasil adalah pertanda harga obligasi sedang turun. Saat harga turun, artinya ada indikasi terjadi tekanan jual.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular