
Akhir Sesi I, IHSG Tak Mampu Bertahan di Zona Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 June 2018 12:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Sampai dengan akhir sesi I, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak kuasa bertahan di zona hijau. IHSG melemah 0,21% ke level 5.871,91.
Sebelumnya, IHSG sempat naik ke titik tertingginya di level 5.922,7, sebelum kemudian berangsur-angsur turun.
Faktor eksternal dan domestik memaksa IHSG mengakhiri sesi 1 di zona merah. Dari sisi eksternal, hubungan antara AS dan China di bidang perdagangan kian panas.
Media milik pemerintah China The Global Times melaporkan pada hari ini bahwa jika Presiden AS Donald Trump tetap memperparah tensi dengan China di bidang perdagangan, China dapat membalasnya dengan menargetkan perusahaan-perusahaan anggota indeks Dow Jones, seperti dikutip dari CNBC International.
"Jika Trump terus memanaskan tensi (di bidang) perdagangan dengan China, kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa China akan menyerang balik dengan mengadopsi pendekatan garis keras menargetkan persusahaan-perusahaan anggota Dow Jones," tulis The Global Times.
Sebagai catatan, indeks Dow Jones merupakan salah satu indeks saham utama di AS yang beranggotakan 30 saham perusahaan-perusahaan terbuka besar yang bermarkas di AS. Biasanya, perusahaan-perusahaan yang masuk dalam indeks bergengsi ini merupakan pemimpin di industri yang digelutinya.
Setiap pergerakan indeks Dow Jones akan memberikan pengaruh bagi bursa saham lainnya di seluruh penjuru dunia. Beberapa anggota dari indeks Dow Jones adalah Boeing, Apple, dan Nike.
Dari dalam negeri, potensi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) ikut menghambat langkah IHSG. Apalagi, kekhawatiran terkait kenaikan suku bunga acuan diutarakan langsung oleh Tito Sulistio selaku Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ia mengatakan kenaikan suku bunga acuan akan membuat pasar modal tidak kondusif. Jika kebijakan tersebut diambil oleh BI, maka akan memengaruhi appetite investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
"Memang sekarang bank sentral AS mau menaikkan lagi suku bunga, kalau bank sentral AS naik (suku bunga), (suku bunga) kita juga kemungkinan ikut naik. Kalau ditanya pendapat, sebagai orang pasar modal, terus terang saya tidak mau (bunga acuan) naik lagi. Saya bisa mengatakan, pasar modal nanti bisa tidak kondusif, karena musuh besar pasar modal adalah kenaikan suku bunga," ujar Tito saat ditemui CNBC Indonesia, di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (20/6).
Kemudian, rupiah melemah 1,24% di pasar spot sampai dengan siang hari ini ke level Rp 14.098/dolar AS. Dolar AS memang tengah dalam posisi yang perkasa; indeks dolar AS menguat hingga 0,21% ke level 95,253. Kuatnya dolar AS didorong oleh pernyataan Gubernur the Federal Reserve Jerome Powell.
Berbicara dalam forum ekonomi European Central Bank (ECB) di Sintra, Portugal, Powell kembali menegaskan komitmen bank sentral untuk menaikkan suku bunga secara gradual.
"Dengan ekonomi AS yang semakin kuat, maka kemungkinan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap tetap kuat, meski pasar tenaga kerja belum sepenuhnya pulih," kata Powell, dikutip dari Reuters.
Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 402,69 miliar.
(ank/hps) Next Article Tak Mampu Bendung Net Sell Asing, IHSG Jatuh 1,05%
Sebelumnya, IHSG sempat naik ke titik tertingginya di level 5.922,7, sebelum kemudian berangsur-angsur turun.
Faktor eksternal dan domestik memaksa IHSG mengakhiri sesi 1 di zona merah. Dari sisi eksternal, hubungan antara AS dan China di bidang perdagangan kian panas.
"Jika Trump terus memanaskan tensi (di bidang) perdagangan dengan China, kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa China akan menyerang balik dengan mengadopsi pendekatan garis keras menargetkan persusahaan-perusahaan anggota Dow Jones," tulis The Global Times.
Sebagai catatan, indeks Dow Jones merupakan salah satu indeks saham utama di AS yang beranggotakan 30 saham perusahaan-perusahaan terbuka besar yang bermarkas di AS. Biasanya, perusahaan-perusahaan yang masuk dalam indeks bergengsi ini merupakan pemimpin di industri yang digelutinya.
Setiap pergerakan indeks Dow Jones akan memberikan pengaruh bagi bursa saham lainnya di seluruh penjuru dunia. Beberapa anggota dari indeks Dow Jones adalah Boeing, Apple, dan Nike.
Dari dalam negeri, potensi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) ikut menghambat langkah IHSG. Apalagi, kekhawatiran terkait kenaikan suku bunga acuan diutarakan langsung oleh Tito Sulistio selaku Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ia mengatakan kenaikan suku bunga acuan akan membuat pasar modal tidak kondusif. Jika kebijakan tersebut diambil oleh BI, maka akan memengaruhi appetite investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
"Memang sekarang bank sentral AS mau menaikkan lagi suku bunga, kalau bank sentral AS naik (suku bunga), (suku bunga) kita juga kemungkinan ikut naik. Kalau ditanya pendapat, sebagai orang pasar modal, terus terang saya tidak mau (bunga acuan) naik lagi. Saya bisa mengatakan, pasar modal nanti bisa tidak kondusif, karena musuh besar pasar modal adalah kenaikan suku bunga," ujar Tito saat ditemui CNBC Indonesia, di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (20/6).
Kemudian, rupiah melemah 1,24% di pasar spot sampai dengan siang hari ini ke level Rp 14.098/dolar AS. Dolar AS memang tengah dalam posisi yang perkasa; indeks dolar AS menguat hingga 0,21% ke level 95,253. Kuatnya dolar AS didorong oleh pernyataan Gubernur the Federal Reserve Jerome Powell.
Berbicara dalam forum ekonomi European Central Bank (ECB) di Sintra, Portugal, Powell kembali menegaskan komitmen bank sentral untuk menaikkan suku bunga secara gradual.
"Dengan ekonomi AS yang semakin kuat, maka kemungkinan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap tetap kuat, meski pasar tenaga kerja belum sepenuhnya pulih," kata Powell, dikutip dari Reuters.
Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 402,69 miliar.
(ank/hps) Next Article Tak Mampu Bendung Net Sell Asing, IHSG Jatuh 1,05%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular