Investor Asing Kabur Rp 919 M, IHSG Anjlok 2,53%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 June 2018 12:13
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,53% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.842,16.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,53% sampai dengan akhir sesi 1 ke level 5.842,16. Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) yang cukup besar.

IHSG lantas menjadi bursa saham dengan performa terburuk di kawasan Asia hingga siang hari ini: indeks Nikkei menguat 0,49%, indeks Hang Seng menguat 0,41%, indeks Strait Times menguat 0,3%, indeks Kospi menguat 1,11%, indeks SET (Thailand) menguat 0,67%, indeks KLCI (Malaysia) menguat 0,15%, dan indeks Shanghai melemah 0,59%.

Sentimen eksternal dan domestik sama-sama berkontribusi membawa IHSG ke zona merah. Dari sisi eksternal, sentimen negatif datang dari potensi kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve yang sebanyak 4 kali (lebih agresif dari rencana awal sebanyak 3 kali) dan panasnya hubungan AS dengan China di bidang perdagangan.

Dari sisi domestik, potensi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) terbukti sukses membuat IHSG kocar-kacir.

Dari 5 besar saham dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG, 4 diantaranya merupakan saham bank BUKU IV yakni PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-4,61%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-5,73%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-4,68%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-5,9%).

Pasca menaikkan suku bunga acuan sebesar 50bps pada tahun ini, Bank Indonesia (BI) kembali mengindikasikan normalisasi lanjutan.

"Bank Indonesia senantiasa berkomitmen dan fokus pada kebijakan jangka pendek BI dalam memperkuat stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah. Untuk itu, BI siap menempuh kebijakan lanjutan yang pre-emptive, front loading, dan ahead the curve dalam menghadapi perkembangan baru arah kebijakan the Fed dan ECB pada RDG 27-28 Juni 2018 yang akan datang," demikian siaran pers BI yang disampaikan Selasa (19/6/2018).

Dalam keterangan pers tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan kebijakan lanjutan tersebut dapat berupa kenaikan suku bunga.

"Kenaikan suku bunga yang disertai dengan relaksasi kebijakan LTV untuk mendorong sektor perumahan. Selain itu, kebijakan intervensi ganda, likuiditas longgar, dan komunikasi yang intensif tetap dilanjutkan," ungkap Perry.

Masalahnya, ekonomi Indonesia saat ini tengah berjalan lambat, bahkan nampak mustahil untuk menyentuh target pemerintah di level 5,4%. Pada bulan Mei kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2018 di level 5,06% YoY, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,18% YoY.

Kenaikan suku bunga acuan lantas berpotensi menekan kinerja keuangan emiten-emiten perbankan. Ketika suku bunga acuan dinaikkan, bank akan dipaksa untuk menaikkan suku bunga deposito dan kredit. Masalahnya, dengan kondisi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, kenaikan suku bunga kredit akan membuat masyarakat dan pelaku usaha berpikir dua kali dalam menarik pinjaman. Pada akhirnya, profitabilitas dari bank-bank menjadi taruhannya.

Dalam kondisi suku bunga acuan yang lebih rendah saja, BI mencatat penyaluran kredit hanya tumbuh sebesar 8,94% YoY per akhir Mei, jauh lebih rendah dari capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 9,5% YoY serta jauh di bawah target dua-digit yang mereka canangkan.

Aksi jual atas saham-saham bank BUKU IV banyak dilakukan oleh investor asing: BBCA dilepas Rp 129,5 miliar, BBRI dilepas Rp 207,9 miliar, BMRI dilepas Rp 73,4 miliar, dan BBNI dilepas Rp 114,7 miliar.

Secara keseluruhan di seluruh pasar, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 919 miliar.

Walaupun perdagangan rupiah belum dibuka pada hari ini, investor nampak sudah melakukan price-in atas potensi pelemahan rupiah besok (21/6/2018), mengingat dolar AS berada dalam posisi yang begitu perkasa sepanjang libur lebaran.
(ank/hps) Next Article Investor Asing Kabur Rp 843 Miliar, IHSG Turun 1,13%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular