
Kembali Dihajar Luar-Dalam, IHSG Anjlok 1,83%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 June 2018 16:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,83% pada perdagangan pertama selepas libur lebaran ke level 5.884,04. Pelemahan IHSG terjadi kala mayoritas bursa saham kawasan Asia ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei menguat 1,24%, indeks Shanghai menguat 0,31%, indeks Hang Seng menguat 0,77%, indeks Strait Times menguat 0,43%, indeks Kospi menguat 1,02%, dan indeks SET (Thailand) menguat 0,82%.
Sentimen eksternal dan domestik sama-sama berkontribusi membawa IHSG ke zona merah. Dari sisi eksternal, sentimen negatif datang dari potensi kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve yang sebanyak 4 kali (lebih agresif dari rencana awal sebanyak 3 kali) dan memanasnya hubungan AS dengan China di bidang perdagangan.
Kedua sentimen negatif tersebut datang kala perdagangan IHSG sedang diliburkan dalam rangka hari raya Idulfitri. Ketika perdagangan dilanjutkan pada hari ini, barulah investor diberi kesempatan untuk mencerna hal-hal tersebut.
Dari sisi domestik, potensi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) telah mendorong investor melepas saham-saham perbankan, utamanya yang masuk dalam kategori BUKU IV: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 5,73%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 3,37%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 3,6%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melemah 6,52%.
Akibat kejatuhan saham-saham bank BUKU IV, indeks sektor jasa keuangan anjlok hingga 3,54%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG.
Pasca menaikkan suku bunga acuan sebesar 50bps pada tahun ini, Bank Indonesia (BI) kembali mengindikasikan normalisasi lanjutan.
"Bank Indonesia senantiasa berkomitmen dan fokus pada kebijakan jangka pendek BI dalam memperkuat stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah. Untuk itu, BI siap menempuh kebijakan lanjutan yang pre-emptive, front loading, dan ahead the curve dalam menghadapi perkembangan baru arah kebijakan the Fed dan ECB pada RDG 27-28 Juni 2018 yang akan datang," demikian siaran pers BI yang disampaikan Selasa (19/6/2018).
Dalam keterangan pers tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan kebijakan lanjutan tersebut dapat berupa kenaikan suku bunga.
"Kenaikan suku bunga yang disertai dengan relaksasi kebijakan LTV untuk mendorong sektor perumahan. Selain itu, kebijakan intervensi ganda, likuiditas longgar, dan komunikasi yang intensif tetap dilanjutkan," ungkap Perry.
Ketika suku bunga acuan dinaikkan, bank akan dipaksa untuk menaikkan suku bunga deposito dan kredit. Masalahnya, dengan kondisi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, kenaikan suku bunga kredit akan membuat masyarakat dan pelaku usaha berpikir dua kali dalam menarik pinjaman. Pada akhirnya, profitabilitas dari bank-bank menjadi taruhannya.
Dalam kondisi suku bunga acuan yang lebih rendah saja, BI mencatat penyaluran kredit hanya tumbuh sebesar 8,94% YoY per akhir Mei, jauh lebih rendah dari capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 9,5% YoY serta jauh di bawah target dua-digit yang mereka canangkan.
Aksi jual atas saham-saham bank BUKU IV banyak dilakukan oleh investor asing. Dari deretan 4 besar saham yang paling banyak dilepas investor asing pada hari ini, semuanya merupakan saham-saham bank BUKU IV: BBRI dilepas Rp 473,7 miliar, BBCA dilepas Rp 301 miliar, BMRI dilepas Rp 143,9 miliar, dan BBNI dilepas Rp 242,2 miliar.
Secara keseluruhan di seluruh pasar, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 2,04 triliun.
Aksi jual investor asing nampak juga dipicu oleh ketakutan atas pelemahan nilai tukar rupiah. Walaupun perdagangan rupiah belum dibuka pada hari ini, ada ekspektasi bahwa besok (21/6/2018) rupiah akan diperdagangkan melemah, mengingat dolar AS berada dalam posisi yang begitu perkasa sepanjang libur lebaran.
(ank/hps) Next Article Investor Asing Kabur Rp 843 Miliar, IHSG Turun 1,13%
Sentimen eksternal dan domestik sama-sama berkontribusi membawa IHSG ke zona merah. Dari sisi eksternal, sentimen negatif datang dari potensi kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve yang sebanyak 4 kali (lebih agresif dari rencana awal sebanyak 3 kali) dan memanasnya hubungan AS dengan China di bidang perdagangan.
Kedua sentimen negatif tersebut datang kala perdagangan IHSG sedang diliburkan dalam rangka hari raya Idulfitri. Ketika perdagangan dilanjutkan pada hari ini, barulah investor diberi kesempatan untuk mencerna hal-hal tersebut.
Akibat kejatuhan saham-saham bank BUKU IV, indeks sektor jasa keuangan anjlok hingga 3,54%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG.
Pasca menaikkan suku bunga acuan sebesar 50bps pada tahun ini, Bank Indonesia (BI) kembali mengindikasikan normalisasi lanjutan.
"Bank Indonesia senantiasa berkomitmen dan fokus pada kebijakan jangka pendek BI dalam memperkuat stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah. Untuk itu, BI siap menempuh kebijakan lanjutan yang pre-emptive, front loading, dan ahead the curve dalam menghadapi perkembangan baru arah kebijakan the Fed dan ECB pada RDG 27-28 Juni 2018 yang akan datang," demikian siaran pers BI yang disampaikan Selasa (19/6/2018).
Dalam keterangan pers tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan kebijakan lanjutan tersebut dapat berupa kenaikan suku bunga.
"Kenaikan suku bunga yang disertai dengan relaksasi kebijakan LTV untuk mendorong sektor perumahan. Selain itu, kebijakan intervensi ganda, likuiditas longgar, dan komunikasi yang intensif tetap dilanjutkan," ungkap Perry.
Ketika suku bunga acuan dinaikkan, bank akan dipaksa untuk menaikkan suku bunga deposito dan kredit. Masalahnya, dengan kondisi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, kenaikan suku bunga kredit akan membuat masyarakat dan pelaku usaha berpikir dua kali dalam menarik pinjaman. Pada akhirnya, profitabilitas dari bank-bank menjadi taruhannya.
Dalam kondisi suku bunga acuan yang lebih rendah saja, BI mencatat penyaluran kredit hanya tumbuh sebesar 8,94% YoY per akhir Mei, jauh lebih rendah dari capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 9,5% YoY serta jauh di bawah target dua-digit yang mereka canangkan.
Aksi jual atas saham-saham bank BUKU IV banyak dilakukan oleh investor asing. Dari deretan 4 besar saham yang paling banyak dilepas investor asing pada hari ini, semuanya merupakan saham-saham bank BUKU IV: BBRI dilepas Rp 473,7 miliar, BBCA dilepas Rp 301 miliar, BMRI dilepas Rp 143,9 miliar, dan BBNI dilepas Rp 242,2 miliar.
Secara keseluruhan di seluruh pasar, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 2,04 triliun.
Aksi jual investor asing nampak juga dipicu oleh ketakutan atas pelemahan nilai tukar rupiah. Walaupun perdagangan rupiah belum dibuka pada hari ini, ada ekspektasi bahwa besok (21/6/2018) rupiah akan diperdagangkan melemah, mengingat dolar AS berada dalam posisi yang begitu perkasa sepanjang libur lebaran.
(ank/hps) Next Article Investor Asing Kabur Rp 843 Miliar, IHSG Turun 1,13%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular