Analisis Teknikal

Uni Eropa Cabut Larangan Impor, Saham CPO Masih Tren Turun

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
19 June 2018 17:30
Sampai berita ini ditulis harga CPO masih tertekan lebih dari 2%.
Foto: Antara Foto/Akbar Tado/via REUTERS
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga CPO ditutup di level MYR 2.307/ton atau mengalami penurunan sebesar 1,1% di pasar Bursa Derivatif Malaysia pada hari senin (18/6/2018). Sampai berita ini ditulis harga CPO masih tertekan lebih dari 2%.

Melemahnya permintaan akan CPO menjadi penyebab jatuhnya harga CPO di pasar Bursa Derivatif Malaysia. Padahal sejak awal tahun, harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia sudah turun 8,50%.

Bagaimana dengan tren pergerakan sektor agriculture (AGRI) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan ini? mari kita simak ulasannya sebagai berikut:
CPOFoto: CNCB Indonesia/Yazid Muamar

Berdasarkan tren grafik harga CPO pada Bursa Derivatif Malaysia diperkirakan masih bearish pada beberapa hari kedepan, dilihat dari pergerakan harganya yang masih downtrend sejak awal tahun.

Mengacu pada beberapa indikator teknikal, indikator MACD bergerak dead cross dan menjauhi level overbought dan harga CPO bergerak ke bawah menjauhi garis rerata bergerak 20, 50 dan 100 hari (MA 20, MA 50 dan MA 100) menandakan harga CPO masih pada kondisi bearish.

Lalu bagaimana indeks saham agrikultur? Indeks sektor agriculture (AGRI) tercatat pada level 1.535 atau turun 1,07% menjelang libur Idul Fitri. Sejatinya grafik sektor AGRI bergerak downtrend dari harga tertingginya pada tahun ini di level 1.767 pada Maret 2018.

Penurunan ini seiring dengan pergerakan penurunan harga CPO di pasar Bursa Derivatif Malaysia. Nampaknya penurunan harga CPO di bursa malaysia tersebut akan menjadi sentimen negatif sektor AGRI di BEI pada Rabu (20/6/2018).

Adapun sentimen positif yang dapat mempengaruhi sektor agrikultur di BEI esok diantaranya adalah adanya pertemuan trilog antara Komisi Eropa, Parlemen Eropa dan Dewan Uni Eropa yang memutuskan untuk tidak melarang penggunaan biofuel berbasis minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dari Indonesia, minimal hingga 2030.

Selain itu, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar juga dapat menjadi sumber penguatan sektor AGRI, di mana biasanya sektor yang berorientasi ekspor akan menjadi pilihan rotasi sektor para Manajer Investasi.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular