BI: Seandainya Melemah, Rupiah Tak Akan 'Overshoot'
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
18 June 2018 15:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) akan melakukan berbagai antisipasi menjaga nilai tukar rupiah agar tak terlempar jauh dari fundamental ekonomi yang sebenarnya. Apa saja yang dilakukan BI?
"Yang penting terhadap rupiah adalah menjaga nilai tukar tetap stabil atau seandainya melemah akan terjadi secara wajar, tidak overshooting," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo kepada CNBC Indonesia, Senin (18/6/2018).
Dody menjelaskan, langkah pertama yang akan dilakukan bank sentral adalah dengan tetap menjaga kepercayaan pelaku pasar, bahwa nilai tukar rupiah jauh lebih stabil pasca kenaikan suku bunga acuan BI akhir bulan lalu.
BI, sambung dia, pun akan terus melakukan komunikasi secara transparan dengan para pelaku ekonomi sebagai upaya menumbuhkan optimisme terhadap prospek perekonomian domestik.
"BI akan terus melakukan dengan pelaku ekonomi untuk transparansi kondisi ekonomi domestik, outlook, dan risiko serta respon kebijakan yang tengah dan akan dilakukan," jelasnya.
Selain itu, BI menegaskan akan terus melakukan kalibrasi perkembangan perekonomian global serta dampaknya terhadap perekonomian domestik. Bahkan jika diperlukan, BI akan kembali melakukan penyesuaian suku bunga.
"Sebagaimana dalam statement Bubernur BI [Perry Warjiyo], BI akan terus melakukan kalibrasi perkembangan di eksternal dan dampaknya ke domestik," katanya.
"Serta jika diperlukan, membuka ruang untuk penyesuaian berikutnya atas suku bunga," sambung Dody.
Sebagai informasi, sejumlah ekonom memperkirakan nilai tukar rupiah usai libur Lebaran berada di atas Rp 14.000/US$, lantaran tertekan dari adanya potensi kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve menjadi 3 - 4 kali tahun ini.
Pada hari ini pukul 10:30 WIB, Dollar Index - yang mengukur posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama - menguat 0,07%. Dollar Index menguat tajam sejak 13 Juni 2018, dan belum terhenti sampai saat ini.
BI sendiri tak memungkiri, penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang negara lain tak terkecuali Indonesia masih akan terus berlangsung hingga akhir 2018. Namun, hal ini ditegaskan sudah masuk dalam kalkulasi BI.
(dru) Next Article Total Quantitative Easing BI Capai Rp 845 Triliun
"Yang penting terhadap rupiah adalah menjaga nilai tukar tetap stabil atau seandainya melemah akan terjadi secara wajar, tidak overshooting," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo kepada CNBC Indonesia, Senin (18/6/2018).
Dody menjelaskan, langkah pertama yang akan dilakukan bank sentral adalah dengan tetap menjaga kepercayaan pelaku pasar, bahwa nilai tukar rupiah jauh lebih stabil pasca kenaikan suku bunga acuan BI akhir bulan lalu.
"BI akan terus melakukan dengan pelaku ekonomi untuk transparansi kondisi ekonomi domestik, outlook, dan risiko serta respon kebijakan yang tengah dan akan dilakukan," jelasnya.
"Sebagaimana dalam statement Bubernur BI [Perry Warjiyo], BI akan terus melakukan kalibrasi perkembangan di eksternal dan dampaknya ke domestik," katanya.
"Serta jika diperlukan, membuka ruang untuk penyesuaian berikutnya atas suku bunga," sambung Dody.
Sebagai informasi, sejumlah ekonom memperkirakan nilai tukar rupiah usai libur Lebaran berada di atas Rp 14.000/US$, lantaran tertekan dari adanya potensi kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve menjadi 3 - 4 kali tahun ini.
Pada hari ini pukul 10:30 WIB, Dollar Index - yang mengukur posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama - menguat 0,07%. Dollar Index menguat tajam sejak 13 Juni 2018, dan belum terhenti sampai saat ini.
BI sendiri tak memungkiri, penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang negara lain tak terkecuali Indonesia masih akan terus berlangsung hingga akhir 2018. Namun, hal ini ditegaskan sudah masuk dalam kalkulasi BI.
(dru) Next Article Total Quantitative Easing BI Capai Rp 845 Triliun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular