BI: Dolar Masih Akan Menguat Hingga Akhir 2018
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
18 June 2018 14:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengakui keperkasaan dolar AS masih akan terus berlanjut terhadap sejumlah mata uang negara-negara lain tak terkecuali Indonesia hingga akhir 2018.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan, hal tersebut tak lepas dari membaiknya kondisi perekonomian AS, termasuk potensi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) atau bunga acuan AS pada tahun ini.
"BI sudah kalkulasi kemungkinan dolar AS masih akan menguat terhadap mata uang negara lain hingga akhir 2018 karena membaiknya perekonomian AS," ungkap Dody kepada CNBC Indonesia, Senin (18/6/2018).
Pada hari ini pukul 10:30 WIB, Dollar Index - yang mengukur posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama - menguat 0,07%. Dollar Index menguat tajam sejak 13 Juni 2018, dan belum terhenti sampai saat ini.
Potensi kenaikan Fed Fund Rate dilihat dari dot plot yang semakin bergerak ke atas, menandakan peluang pengetatan kebijakan moneter ekstra menjadi alasan dolar Paman Sam terus bergerak perkasa.
Bahkan di hadapan sejumlah mata uang negara kawasan, dolar Paman Sam pun menunjukan keperkasannya. Sejumlah ekonom, memperkirakan dolar Paman Sam usai libur Lebaran berada di atas Rp 14.000/US$.
Namun, BI menegaskan, bahwa hal tersebut sudah masuk dalam penghitungan. Bank sentral menegaskan, akan terus menjaga nilai tukar rupiah tak terlempar jauh dari fundamentalnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengakui, pergerakan rupiah akan sangat bergantung pada dinamika ekonomi global dalam beberapa hari ke depan.
BI pun menegaskan akan terus mencermati kondisi perekonomian global. Apalagi dari sisi domestik, kebutuhan valuta asing di dalam negeri saat ini tidak sebesar periode Mei 2018 lalu.
"Kami mencermati pergerakan dolar secara global. Namun kalau dari sisi domestik, seharusnya kebutuhan valas seperti untuk repatriasi dan impor sudah tidak lagi terlalu besar seperti Mei lalu," kata Nanang.
"Sangat tergantung dari dinamika sampai hari Kamis [pada saat pembukaan pasar valas domestik]. Tapi BI akan siaga untuk jaga stabilitas," tambah dia.
(dru) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan, hal tersebut tak lepas dari membaiknya kondisi perekonomian AS, termasuk potensi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) atau bunga acuan AS pada tahun ini.
"BI sudah kalkulasi kemungkinan dolar AS masih akan menguat terhadap mata uang negara lain hingga akhir 2018 karena membaiknya perekonomian AS," ungkap Dody kepada CNBC Indonesia, Senin (18/6/2018).
Potensi kenaikan Fed Fund Rate dilihat dari dot plot yang semakin bergerak ke atas, menandakan peluang pengetatan kebijakan moneter ekstra menjadi alasan dolar Paman Sam terus bergerak perkasa.
Namun, BI menegaskan, bahwa hal tersebut sudah masuk dalam penghitungan. Bank sentral menegaskan, akan terus menjaga nilai tukar rupiah tak terlempar jauh dari fundamentalnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengakui, pergerakan rupiah akan sangat bergantung pada dinamika ekonomi global dalam beberapa hari ke depan.
BI pun menegaskan akan terus mencermati kondisi perekonomian global. Apalagi dari sisi domestik, kebutuhan valuta asing di dalam negeri saat ini tidak sebesar periode Mei 2018 lalu.
"Kami mencermati pergerakan dolar secara global. Namun kalau dari sisi domestik, seharusnya kebutuhan valas seperti untuk repatriasi dan impor sudah tidak lagi terlalu besar seperti Mei lalu," kata Nanang.
"Sangat tergantung dari dinamika sampai hari Kamis [pada saat pembukaan pasar valas domestik]. Tapi BI akan siaga untuk jaga stabilitas," tambah dia.
(dru) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular