Tertekan Sejak Pembukaan, Bursa Tokyo Ditutup Koreksi 0,75%
18 June 2018 13:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Tokyo pada perdagangan hari ini ditutup terkoreksi karena kekhawatiran terhadap perang dagang Amerika Serikat-China meningkat. Selain itu, investor juga sedang memperhitungkan dampak dari bencana gempa bumi.
Indeks Nikkei 225 turun 0,75% ke level 22.680,33 dan indeks Topix turun 0,98% ke level 1.771,43.
Perang dagang tampaknya akan menjadi sentimen utama yang akan mempengaruhi investor di kawasan Asia pada perdagangan hari ini. Pekan lalu Pemerintahan Presiden Donald Trump menetapkan tarif 25% terhadap 818 produk China yang nilainya mencapai US$ 34 miliar. Dimana kemungkinan akan bertambah 284 produk lagi senilai US$ 16 miliar yang saat ini sedang dikaji.
Sebagai respons balasan, China menetapkan tarif 25% juga terhadap produk AS, mulai dari kedelai, otomotif dan sejumlah barang lainnya yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 34 miliar. Semua tarif tersebut akan mulai berlaku efektif pada 6 Juli.
Kalangan pelaku pasar menilai dampak lansung terhadap penerapan tarif tersebut sebenarnya sangat terbatas bagi ekonomi AS. Apalagi tingkat pengangguran negara tersebut cenderung turun dan berada pada posisi terendah sejak tahun 2000 dan tekanan inflasi juga terbatas.
Banyak kalangan menilai ini merupakan taktik negosiasi dari AS agar mendapatkan respons yang cepat dari Pemerintahan Beijing.
(hps/hps)
Indeks Nikkei 225 turun 0,75% ke level 22.680,33 dan indeks Topix turun 0,98% ke level 1.771,43.
Perang dagang tampaknya akan menjadi sentimen utama yang akan mempengaruhi investor di kawasan Asia pada perdagangan hari ini. Pekan lalu Pemerintahan Presiden Donald Trump menetapkan tarif 25% terhadap 818 produk China yang nilainya mencapai US$ 34 miliar. Dimana kemungkinan akan bertambah 284 produk lagi senilai US$ 16 miliar yang saat ini sedang dikaji.
Sebagai respons balasan, China menetapkan tarif 25% juga terhadap produk AS, mulai dari kedelai, otomotif dan sejumlah barang lainnya yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 34 miliar. Semua tarif tersebut akan mulai berlaku efektif pada 6 Juli.
Kalangan pelaku pasar menilai dampak lansung terhadap penerapan tarif tersebut sebenarnya sangat terbatas bagi ekonomi AS. Apalagi tingkat pengangguran negara tersebut cenderung turun dan berada pada posisi terendah sejak tahun 2000 dan tekanan inflasi juga terbatas.
Banyak kalangan menilai ini merupakan taktik negosiasi dari AS agar mendapatkan respons yang cepat dari Pemerintahan Beijing.
Artikel Selanjutnya
Waduh! Bursa Saham Jepang 'Down' Akibat Gangguan Teknis
(hps/hps)