
Internasional
Ekspor Jepang Naik 8,1%, Surplus dengan AS Terendah dari 2013
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
18 June 2018 10:31

Tokyo, CNBC Indonesia - Ekspor Jepang Mei naik dengan laju tercepat dalam empat bulan berkat kenaikan penjualan mobil, suku cadang dan peralatan semiconduktor. Kenaikan ini menjadi tanda menguatnya permintaan global.
Ekspor Mei secara tahunan (year-on-year) tumbuh 8,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih dari median estimasi 7,5% yang diprediksi para ekonom melalui polling Reuters. Pada April, ekspor tumbuh yoy sebesar 7,8%.
Kemungkinan ekspor akan terus tumbuh berkat kenaikan permintaan untuk peralatan manufaktur, mobil dan suku cadang. Namun, surplus perdagangan Jepang dengan Amerika Serikat (AS) membuatnya menjadi target potensial untuk kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump.
Sementara itu, impor dari AS tumbuh 19,9% yoy karena bertambahnya pengiriman pesawat dan batu bara dari Negeri Paman Sam.
Oleh karena itu, surplus perdagangan Jepang terhadap AS pun anjlok 17,3% yoy menjadi 340,7 miliar yen (Rp 43,5 triliun) yang merupalan surplus terendah sejak Januari 2013.
Penurunan surplus dagang dengan AS kemungkinan tidak meloloskan Jepang dari kritik Gedung Putih seraya pemerintah Trump meningkatkan tarif guna mengurangi defisit dagang AS dan melawan apa yang mereka sebut sebagai kebijakan dagang yang tidak adil.
Trump menerapkan tarif tinggi terhadap produk impor China senilai US$50 miliar (Rp 705,6 triliun). Kementerian Perdagangan China pun mengatakan akan meresponnya dengan tarif "berskala dan berkekuatan sama", sehingga memicu ketakutan tentang meletusnya perang dagang.
Sebelumnya, Trump sudah menerapkan tarif impor untuk baja dan aluminium yang berdampak ke perusahaan-perusahaan Jepang. Dia juga mengkritisi Jepang karena tingkat impor kendaraan Amerika yang rendah.
"Ekspor akan terus membaik, tetapi saya sedikit khawatir tentang laju pertumbuhannya," kata Shuji Tonouchi selaku Ekonom Pasar Senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.
"Cekcok antara AS dan China terkait kebijakan dagang dapat berdampak ke Jepang. Ini adalah faktor risiko untuk Jepang dan perdagangan global."
Dalam hal volume, yang mengesampingkan dampak pergerakan nilai tukar, ekspor Jepang tumbuh 4,2% yoy di bulan Mei dibandingkan kenaikan 4,6% yoy di bulan sebelumnya.
Secara keseluruhan, impor Jepang naik 14% sampai bulan Mei, lebih tinggi dibandingkan estimasi nilai tengah dengan kenaikan 8,2%, karena kenaikan harga minyak.
Keseimbangan dagang defisit 578,3 miliar yen, lebih tinggi dibanding estimasi nilai tengah dengan defisit 235 miliar yen.
(hps) Next Article Perang Dagang & Perlambatan Ekonomi Pukul Ekspor Jepang
Ekspor Mei secara tahunan (year-on-year) tumbuh 8,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih dari median estimasi 7,5% yang diprediksi para ekonom melalui polling Reuters. Pada April, ekspor tumbuh yoy sebesar 7,8%.
Kemungkinan ekspor akan terus tumbuh berkat kenaikan permintaan untuk peralatan manufaktur, mobil dan suku cadang. Namun, surplus perdagangan Jepang dengan Amerika Serikat (AS) membuatnya menjadi target potensial untuk kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump.
Ekspor Jepang ke AS naik 5,8% yoy pada Mei, meningkat dari 4,3% dibanding April karena pengiriman komponen mobil yang lebih tinggi, dilansir dari Reuters.
Sementara itu, impor dari AS tumbuh 19,9% yoy karena bertambahnya pengiriman pesawat dan batu bara dari Negeri Paman Sam.
Oleh karena itu, surplus perdagangan Jepang terhadap AS pun anjlok 17,3% yoy menjadi 340,7 miliar yen (Rp 43,5 triliun) yang merupalan surplus terendah sejak Januari 2013.
Penurunan surplus dagang dengan AS kemungkinan tidak meloloskan Jepang dari kritik Gedung Putih seraya pemerintah Trump meningkatkan tarif guna mengurangi defisit dagang AS dan melawan apa yang mereka sebut sebagai kebijakan dagang yang tidak adil.
Trump menerapkan tarif tinggi terhadap produk impor China senilai US$50 miliar (Rp 705,6 triliun). Kementerian Perdagangan China pun mengatakan akan meresponnya dengan tarif "berskala dan berkekuatan sama", sehingga memicu ketakutan tentang meletusnya perang dagang.
Sebelumnya, Trump sudah menerapkan tarif impor untuk baja dan aluminium yang berdampak ke perusahaan-perusahaan Jepang. Dia juga mengkritisi Jepang karena tingkat impor kendaraan Amerika yang rendah.
"Ekspor akan terus membaik, tetapi saya sedikit khawatir tentang laju pertumbuhannya," kata Shuji Tonouchi selaku Ekonom Pasar Senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.
"Cekcok antara AS dan China terkait kebijakan dagang dapat berdampak ke Jepang. Ini adalah faktor risiko untuk Jepang dan perdagangan global."
Dalam hal volume, yang mengesampingkan dampak pergerakan nilai tukar, ekspor Jepang tumbuh 4,2% yoy di bulan Mei dibandingkan kenaikan 4,6% yoy di bulan sebelumnya.
Secara keseluruhan, impor Jepang naik 14% sampai bulan Mei, lebih tinggi dibandingkan estimasi nilai tengah dengan kenaikan 8,2%, karena kenaikan harga minyak.
Keseimbangan dagang defisit 578,3 miliar yen, lebih tinggi dibanding estimasi nilai tengah dengan defisit 235 miliar yen.
(hps) Next Article Perang Dagang & Perlambatan Ekonomi Pukul Ekspor Jepang
Most Popular