Utang Menggunung, Rugi Bakrie Telecom Naik Jadi Rp 1,49 T

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
12 June 2018 17:47
Perseroan tak lagi bisa leluasa mengembangkan bisnis utamanya karena nilai utang yang menumpuk.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja PT Bakrie Telecom (BTEL), perusahaan telekomunikasi milik Grup Bakrie, semakin hari makin terpuruk. Perseroan tak lagi bisa leluasa mengembangkan bisnis utamanya karena nilai utang yang menumpuk.

Berdasarkan laporan keuangan 2017 perseroan yang baru saja dipublikasikan perseroan, perseroan masih membukukan rugi bersih sebesar Rp 1,49 triliun sepanjang 2017. Angka kerugian tersebut meningkat dibandingkan kerugian pada 2016 sebesar Rp 1,39 triliun.

Pendapatan usaha perseroan pada periode tersebut tercatat anjlok hingga 96,10% menjadi Rp 3,5 miliar dibandingkan dengan pendapatan usaha pada tahun sebelumnya sebesar Rp 89,84 miliar.

Beban operasional perseroan tercatat sebesar Rp 856,61 miliar atau turun 7,50% dari Rp 958,07 miliar. Beban usaha tertinggi berasal dari beban penyusutan sebesar Rp 813,91 miliar.

Selain itu, beban utang yang tinggi menjadi isu utama perseroan hingga saat ini. Tercatat seluruh utang perseroan pada akhir 2016 sebesar Rp 15,23 triliun yang terdiri dari wesel senior sebesar Rp 5,10 triliun hingga utang yang diselesaikan melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) sebesar Rp 7,15 triliun.


Sementara itu, hingga akhir 2017 utang usaha mata uang asing sebesar Rp 53,05 miliar, utang usaha denominasi rupiah dengan pihak berelasi sebesar Rp 336,65 miliar hingga wesel senior yang mencapai Rp 5,14 triliun dan utang yang diselesaikan dengan PKPU sebesar Rp 5,93 triliun.

Total liabilitas perseroan di sepanjang 2017 tercatat sebesar Rp 14,87 triliun atau turun 3,84% dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar Rp 15,46 triliun.

Sementara itu aset perseroan pada 2017 tercatat turun signifikan sebesar 54,26% menjadi Rp 718,02 miliar dibandingkan dengan aset perseroan pada 2016 sebesar Rp 718,02 miliar.

Sekedar mengingatkan, lini bisnis utama BTEL adalah penyediaan jasa telekomunikasi. Produk BTEL yang paling terkenal pada masanya adalah Esia.

Terhitung sejak 2016, ESIA sudah resmi menutup layanannya.

Hal ini sama dengan yang dialami pemain-pemain lain dalam bisnis layanan telekomunikasi berbasis CDMA seperti Flexi, StarOne, dan Hepi.
(hps) Next Article Pengiriman Batu Bara Melemah, RIGS Rugi Rp 179,55 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular