Punya Target, Bank Ogah Korbankan Margin Bunga

Gita Rossiana, CNBC Indonesia
11 June 2018 14:18
Punya Target, Bank Ogah Korbankan Margin Bunga
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Perbankan diprediksi tidak akan mengorbankan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM). Saat ini NIM perbankan tertekan karena sudah menaikkan bunga deposito tetapi bunga kredit belum naik.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah menjelaskan, NIM perbankan memang akan terpengaruh apabila suku bunga deposito naik terlebih dahulu dibandingkan suku bunga kredit. "Kalau menggunakan analisa gampang, NIM akan kena kalau bank menaikkan suku bunga deposito terlebih dahulu suku bunga kredit," ujar dia di Jakarta, seperti dikutip pada Senin (11/6/2018).

Namun demikian, bank memiliki target NIM yang harus dicapai. Oleh karena itu, bank akan mempertimbangkan peningkatan suku bunga kredit untuk bisa menjaga NIM. "Kita lihat saja nanti bagaimana perilaku bank, kalau nanti permintaan kredit cukup kuat, perilaku bank akan menjaga NIM, pasti suku bunga kredit akan naik. Tetapi, kalau permintaan kredit tidak terlalu kuat, maka bank akan menaikkan sedikit NIM,"terang dia.
 
Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Suprajarto mengatakan, dengan adanya peningkatan suku bunga deposito, NIM perbankan memang cenderung turun. Namun BRI menjaga supaya penurunan tersebut tidak terlampau jauh dari target perseroan di angka 7%.
 
Kemudian, Direktur PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Iman Nugroho Soeko mengungkapkan, pihaknya juga akan menjaga NIM dalam target yang ditetapkan, yakni 4,5%. Sedangkan sampai Mei 2018, NIM BTN berada di angka 4,2%.

Lebih lanjut, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira mengungkapkan, perbankan masih mengharapkan NIM yang tinggi. Oleh karena itu, bank memilih menaikkan suku bunga kredit yang membebani nasabah, padahal tingkat inflasi masih rendah.

"Itu problemnya, NIM masih gemuk dan OJK tidak melakukan banyak hal untuk tekan NIM," ujar Bhima.

Bhima menilai, permasalahan tingginya suku bunga kredit ini merupakan masalah struktural. Kendati, di saat yang sama, tingkat inflasi sudah ditekan serendah mungkin, suku bunga kredit perbankan masih saja di atas 11%.

"Jadi kalau regulator mau selamatkan daya beli masyarakat ya efisienkan perbankannya. Bank yang berjumlah 117 bank juga jangan rebutan dana," terang dia.

Dengan belum selesainya permasalahan tersebut, Bhima menilai bank akan cepat mentransmisikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang sudah meningkat 25 bps sebanyak dua kali. "Lag-nya paling 1-3 bulan ke depan," kata dia.

Pasalnya, apabila bank tidak menaikkan suku bunga kredit dan biaya dana sudah meningkat 25 bps. Maka NIM perbankan akan terkena dampaknya apabila bunga kredit tidak segera dinaikkan.

"Bank kelihatannya tidak akan korbankan NIM. Mereka tetap jaga di atas 5%," papar dia.

Sementara berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NIM perbankan hingga Maret 2018 tercatat sebesar 5,07%, menurun dibandingkan Mareti 2017 yang sebesar 5,38%.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular