Cadangan AS Turun, Harga Minyak Naik Tipis

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
06 June 2018 09:57
Light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) melonjak 1,19%, sementara brent yang menjadi acuan di Eropa naik tipis 0,12%, pada perdagangan Selasa.
Foto: REUTERS/Andrew Cullen
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini Rabu (06/06/2018), harga minyak jenis brent bergerak naik sebesar 0,04% ke US$75,41/barel, sementara light sweet juga menguat sebesar 0,29% ke US$65,71/barel, hingga pukul 08.30 WIB.

Harga minyak masih cenderung stabil, pasca kemarin mampu ditutup menguat. Light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) melonjak 1,19%, sementara brent yang menjadi acuan di Eropa naik tipis 0,12%, pada perdagangan hari Selasa (05/06/2108).

Penguatan harga sang emas hitam kemarin diwarnai oleh harga minyak AS yang sempat anjlok hingga menyentuh level terendahnya dalam 2 bulan terakhir, tepatnya di level US$64,29/barel pada pukul 18.45 WIB.

Penyebabnya adalah sumber dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang menyatakan bahwa AS secara tidak resmi meminta Arab Saudi dan beberapa anggota OPEC lainnya untuk meningkatkan produksi minyak mentah, meskipun tidak disebutkan dalam jumlah spesifik, seperti dikutip dari CNBC International.

Harga Minyak Terselamatkan Turunnya Cadangan Minyak Mentah ASFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung


Meski demikian, light sweet kemudian terselamatkan oleh menurunnya cadangan minyak mentah AS sebesar 2 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 1 Juni 2018, berdasarkan data dari American Petroleum Institute (API), tadi pagi pukul 03.30 WIB. Penurunan tersebut lebih besar dari konsensus pasar sebesar 1,8 juta barel.

Penurunan ini menjadi yang kedua kalinya secara berturut-turut, setelah pada sepekan hingga tanggal 25 Mei 2018, cadangan minyak mentah AS juga tercatat berkurang sebesar 3,6 juta barel. Sebagai informasi, data resmi dari US Energy Information Administration akan dirilis pada malam hari ini pukul 21.30 WIB.

Di sisi lain, penguatan harga minyak pada hari ini masih terbatas oleh investor yang masih harap-harap cemas menanti kepastian rencana OPEC (dipimpin oleh Saudi) dan produsen non-OPEC (dipimpin oleh Rusia) untuk mengurangi dosis pemangkasan produksi yang dilakukan sejak 2017. Rencana itu disusun untuk mengompensasi penurunan pasokan minyak dari Venezuela dan Iran.

Kemarin, Menteri Energi Rusia Alexander Novak kembali memberikan sinyal bahwa kesepakatan pengurangan produksi minyak perlu dilonggarkan. Novak menegaskan bahwa permintaan minyak saat ini perlu menjadi acuan untuk OPEC dan produsen non-OPEC dalam menyesuaikan volume pemangkasan minyak.

Sebelumnya, Rusia dikabarkan sudah ambil kuda-kuda untuk menaikkan produksi. Bila tidak ada keputusan lebih lanjut dari OPEC terkait pemangkasan produksi tersebut, maka Negeri Beruang Merah akan kembali menambah pasokan mereka dalam beberapa bulan ke depan.

"Potensi (produksi minyak) kami berkurang 300.000 barel/hari karena pengurangan produksi sukarela yang merupakan bagian kesepakatan dengan OPEC. Dalam beberapa bulan, kami bisa saja mengambalikan potensi tersebut," ungkap Pavel Sorokin, Wakil Menteri Energi Rusia, dalam wawancara dengan Reuters.

Keputusan final rencana peningkatan produksi minyak Saudi dan Rusia, yang dikabarkan mencapai 1 juta barel per hari (bph), nampaknya baru akan muncul pada pertemuan rutin OPEC pada 22-23 Juni 2018 mendatang di ibu kota Austria.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Shell Cetak Laba Rp 175 Triliun, Naik Hampir 3 Kali Lipat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular