Harga Minyak Mentah Melempem Buntut Insiden Penembakan Trump

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
15 July 2024 11:50
Kapal tanker Capricorn Sun ditambatkan di pelabuhan Rostock Jerman, Jerman, 5 Agustus 2022. Menurut data pelacakan kapal Refinitiv, kapal tanker Capricorn Sun memuat minyak mentah Mars Sour di lepas pantai Louisiana di Amerika Serikat dan dibongkar di Rostock pada 3 Agustus 2022, saat kilang lokal menguji alternatif minyak Rusia. (REUTERS/Andreas Rinke/File Photo)
Foto: Kapal tanker Capricorn Sun ditambatkan di pelabuhan Rostock Jerman, Jerman, 5 Agustus 2022. (REUTERS/ANDREAS RINKE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak turun karena dolar menguat di tengah ketidakpastian politik di AS menyusul serangan terhadap calon presiden AS Donald Trump.

Berdasarkan data Refinitiv pada Senin (15/7/2024) harga minyak mentah Brent tercatat US$82,01 per barel, turun 0,26% dibandingkan posisi sebelumnya. Sementara minyak mentah acuan West Texas Intermediate (WTI) turun 0,19% ke US$84,84 per barel.

Dolar menguat dan obligasi berjangka AS tergelincir karena investor serangan terhadap Trump akan membuat kemenangannya dalam pemilihan presiden mendatang lebih mungkin terjadi. 

"(Dolar AS) diharapkan menjadi penerima manfaat dari upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden Trump karena meningkatkan peluang terpilihnya kembali," kata analis pasar IG Tony Sycamore.

Penguatan dolar cenderung menurunkan harga minyak karena pembeli yang menggunakan mata uang lain harus membayar lebih untuk minyak mentah dalam mata uang dolar.

Di Timur Tengah, perundingan untuk mengakhiri konflik Gaza antara Israel danHamas terhenti pada hari Sabtu setelah tiga hari, meskipun seorang pejabat Hamas mengatakan pada hari Minggu bahwa pihaknya belum menarik diri dari diskusi. Pada saat yang sama, serangan Israel yang menargetkan pemimpin militer kelompok tersebut menewaskan 90 orang pada hari Sabtu.

Ketidakpastian seputar situasi yang bergejolak ini telah membuat nilai geopolitik minyak tetap tinggi.

Sementara itu, impor minyak mentah China turun 2,3% pada semester pertama tahun ini menjadi 11,05 juta barel per hari di tengah melemahnya permintaan bahan bakar dan karena penyulingan independen mengurangi produksi karena lemahnya margin keuntungan.

Negara ini diperkirakan akan merilis data pada hari Senin yang menunjukkan bahwa perekonomiannya kemungkinan melambat pada kuartal kedua karena penurunan properti yang berkepanjangan dan ketidakamanan lapangan kerja membebani permintaan domestik, sehingga menjaga ekspektasi bahwa Beijing perlu mengeluarkan lebih banyak stimulus tetap hidup.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Melemah, Pasar Tunggu Perkembangan Perang Rusia-Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular