
Ramalan Gubernur BI Soal Kondisi Rupiah dan Inflasi di 2018
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
04 June 2018 17:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat inflasi pada akhir 2018 akan berada di 3,6% (year on year). Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada range Rp 13.800-14.100/US$.
Hal ini disampaikan langsung oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, di Gedung DPR, Senin (4/6/2018).
"Inflasi kami perkirakan di 2018 berada di kisaran 3,5% plus minus 1%. Perkiraan inflasi akhir tahun 2018 berada di 3,6%," kata Perry.
"Sementara terakit nilai tukar dengan perimbangan rata-rata nilai tukar pada akhir Mei 2018, maka rata-rata pada 2018 berkisar Rp 13.800-Rp 14.100/US$," imbuh Perry.
Perry mengatakan ada kondisi ekonomi global yang membuat Indonesia masih tertekan. Untuk itu, diperlukan langkah strategis bersama pemerintah dalam mengantisipasi tekanan tersebut.
"Ada tiga hal yang akan dilakukan. Pertama pastikan kondisi ekonomi cukup baik. Kemudian kedua berani ambil respons untuk ambil sikap jaga stabilitas, ini perlu didahulukan. Bukan berarti pertumbuhan tidak penting, tapi kita harus cari celah untuk pertumbuhan," paparnya.
Kemudian yang ketiga, sambung Perry, perlu dilakukan komunikasi terus-menerus kepada pelaku ekonomi. "Maka kami sepakat dengan pemerintah untuk terus perkuat kordinasi dalam konteks inflasi, rupiah, dan CAD [current account deficit/defisit transaksi berjalan] yang aman," tutur Perry.
(dru/dru) Next Article BI Klaim Suku Bunga Perbankan Sudah Turun, Serius?
Hal ini disampaikan langsung oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, di Gedung DPR, Senin (4/6/2018).
"Inflasi kami perkirakan di 2018 berada di kisaran 3,5% plus minus 1%. Perkiraan inflasi akhir tahun 2018 berada di 3,6%," kata Perry.
Perry mengatakan ada kondisi ekonomi global yang membuat Indonesia masih tertekan. Untuk itu, diperlukan langkah strategis bersama pemerintah dalam mengantisipasi tekanan tersebut.
"Ada tiga hal yang akan dilakukan. Pertama pastikan kondisi ekonomi cukup baik. Kemudian kedua berani ambil respons untuk ambil sikap jaga stabilitas, ini perlu didahulukan. Bukan berarti pertumbuhan tidak penting, tapi kita harus cari celah untuk pertumbuhan," paparnya.
Kemudian yang ketiga, sambung Perry, perlu dilakukan komunikasi terus-menerus kepada pelaku ekonomi. "Maka kami sepakat dengan pemerintah untuk terus perkuat kordinasi dalam konteks inflasi, rupiah, dan CAD [current account deficit/defisit transaksi berjalan] yang aman," tutur Perry.
(dru/dru) Next Article BI Klaim Suku Bunga Perbankan Sudah Turun, Serius?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular