
Data Inflasi di Bawah Konsensus, Penguatan IHSG Tertahan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 June 2018 16:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,52% ke level 6.014,82 pada perdagangan pertama di pekan ini. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham utama Kawasan regional yang juga ditransaksikan di zona hijau.
Indeks Nikkei menguat 1,37%, indeks Shanghai menguat 0,52%, indeks Hang Seng menguat 1,66%, indeks Strait Times menguat 1,07%, dan indeks Kospi menguat 0,36%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 10,7 triliun dengan volume sebanyak 11,2 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 435.512 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+4,61%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+3,41%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,62%), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (+14,2%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,99%).
Namun, penguatan IHSG hari ini patut diwaspadai oleh investor. Sempat mencapai titik tertingginya di level 6.032,99 (+0,83% dibandingkan penutupan hari Kamis, 31/5/2018), IHSG berangsur-angsur menipiskan penguatan yang sudah diraih.
Penyebabnya adalah rilis data inflasi yang tak mampu memenuhi ekspektasi. Sepanjang bulan Mei, Badan Pusat Statistik (BPS) merekam inflasi sebesar 0,21% MoM, sementara inflasi secara YoY diumumkan di level 3,23%.
Capaian ini lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Median dari proyeksi ekonom memperkirakan inflasi bulan Mei akan berada di level 0,26% MoM/3,3% YoY.
Memang, dalam kondisi normal inflasi yang rendah akan memberikan suntikan energi bagi bursa saham. Namun, kini yang diharapkan investor adalah angka inflasi yang tinggi, khususnya jika disebabkan oleh dorongan permintaan yang kuat.
Rendahnya angka inflasi bulan Mei menunjukkan belum pulihnya konsumsi masyarakat Indonesia, terlepas dari adanya kehadiran bulan Ramadan. Biasanya, konsumsi masyrakat terkerek pada periode ini sehingga inflasi pun menanjak naik signifikan.
Sebelum data inflasi diumumkan, indeks saham sektor barang konsumsi berada di level 2467.18 (-0,2% dibandingkan penutupan hari Kamis, 31/5/2018). Pada akhir perdagangan, nilainya turun ke level 2.441,37 (-1,25%), menjadikannya sektor dengan kontribusi negatif terbesar bagi IHSG. Padahal jika ada kejutan dari rilis data inflasi, harga saham-saham barang konsumsi bisa melesat naik, lantaran ada persepsi mengenai membaiknya konsumsi masyarakat Indonesia.
Bahkan, data inflasi yang cenderung lemah berhasil memaksa investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 152,35 miliar. Padahal, sampai akhir sesi 1 investor asing masih membukukan beli bersih sekitar Rp 100 miliar.
Dari deretan 10 besar saham yang dilepas investor asing, 2 diantaranya merupakan saham-saham dari emiten yang bergerak di sektor barang konsumsi dan memiliki kapitalisasi pasar jumbo, yakni PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (dilepas Rp 27,5 miliar) dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 24,3 miliar).
Penguatan rupiah sebesar 0,17% di pasar spot ke level Rp 13.867/dolar AS tak berhasil membuat investor asing masuk ke bursa saham dalam negeri. Padahal ketika rupiah menguat, investasi dalam aset-aset berdenominasi rupiah menjadi menarik lantaran ada potensi keuntungan kurs yang bisa diraup.
Penguatan rupiah hari ini dipicu oleh kondusifnya sentimen eksternal. Pasca terancam menghadapi pemilu dadakan (snap election), Italia kini telah resmi memiliki pemerintahan baru. Menjelang akhir pekan pekan kemarin, dua partai populis di Italia yakni League dan Five Star Movement telah diberi lampu hijau oleh Presiden Sergio Mattarella untuk membentuk pemerintahan, dengan Giuseppe Conte ditempatkan sebagai Perdana Menteri.
Sebelumnya, rencana mereka untuk berkoalisi gagal setelah Mattarella menolak nominasi Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi. Mattarella menolak nominasi Savona karena sempat mengancam akan membawa Italia keluar dari Uni Eropa.
Kini, kedua partai tersebut mengusung Giovanni Tria sebagai Menteri Ekonomi yang baru. Pria berusia 69 tahun tersebut merupakan seorang profesor di bidang ekonomi yang dikenal sering menyuarakan kritiknya terhadap tata kelola ekonomi di wilayah Uni Eropa. Perbedannya, Tria belum pernah menyuarakan keluarnya Italia dari blok ekonomi pengadopsi mata uang Euro.
Kepastian yang kini tercipta dari Negeri Pizza membuat investor kembali bernafsu memburu aset-aset berisiko seperti saham.
Kemudian, rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un nampak akan benar-benar terealisasi. Pada hari Jumat kemarin (1/6/2018), Trump bertemu dengan pejabat tinggi asal Korea Utara Kim Yong Chol di Gedung Putih.
Pasca pertemuan tersebut, Donald Trump mengungkapkan bahwa ia berencana untuk bertemu dengan Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang untuk mendiskusikan pemusnahan senjata nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara dan perdamaian antar kedua negara.
"Pertemuan yang baik, ini merupakan awal yang sangat bagus. Kami tidak akan menandatangani sesuatu pada 12 Juni, tetapi kami akan memulai sebuah proses. Saya katakan kepada mereka 'santai saja, kita bisa lakukan ini dengan cepat atau lambat'," papar Trump, yang menyebut Kim Yong Chol dengan sebutan orang terkuat nomor dua di Korea Utara.
Sebelumnya, rencana ini sempat dibatalkan secara sepihak oleh Trump lantaran pernyataan-pernyataan bernada permusuhan yang dilontarkan oleh Kim Jong Un.
(hps) Next Article Inflasi di Bawah Ekspektasi, Saham Barang Konsumsi Tertekan
Indeks Nikkei menguat 1,37%, indeks Shanghai menguat 0,52%, indeks Hang Seng menguat 1,66%, indeks Strait Times menguat 1,07%, dan indeks Kospi menguat 0,36%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 10,7 triliun dengan volume sebanyak 11,2 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 435.512 kali.
Namun, penguatan IHSG hari ini patut diwaspadai oleh investor. Sempat mencapai titik tertingginya di level 6.032,99 (+0,83% dibandingkan penutupan hari Kamis, 31/5/2018), IHSG berangsur-angsur menipiskan penguatan yang sudah diraih.
Penyebabnya adalah rilis data inflasi yang tak mampu memenuhi ekspektasi. Sepanjang bulan Mei, Badan Pusat Statistik (BPS) merekam inflasi sebesar 0,21% MoM, sementara inflasi secara YoY diumumkan di level 3,23%.
Capaian ini lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Median dari proyeksi ekonom memperkirakan inflasi bulan Mei akan berada di level 0,26% MoM/3,3% YoY.
Memang, dalam kondisi normal inflasi yang rendah akan memberikan suntikan energi bagi bursa saham. Namun, kini yang diharapkan investor adalah angka inflasi yang tinggi, khususnya jika disebabkan oleh dorongan permintaan yang kuat.
Rendahnya angka inflasi bulan Mei menunjukkan belum pulihnya konsumsi masyarakat Indonesia, terlepas dari adanya kehadiran bulan Ramadan. Biasanya, konsumsi masyrakat terkerek pada periode ini sehingga inflasi pun menanjak naik signifikan.
Sebelum data inflasi diumumkan, indeks saham sektor barang konsumsi berada di level 2467.18 (-0,2% dibandingkan penutupan hari Kamis, 31/5/2018). Pada akhir perdagangan, nilainya turun ke level 2.441,37 (-1,25%), menjadikannya sektor dengan kontribusi negatif terbesar bagi IHSG. Padahal jika ada kejutan dari rilis data inflasi, harga saham-saham barang konsumsi bisa melesat naik, lantaran ada persepsi mengenai membaiknya konsumsi masyarakat Indonesia.
Bahkan, data inflasi yang cenderung lemah berhasil memaksa investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 152,35 miliar. Padahal, sampai akhir sesi 1 investor asing masih membukukan beli bersih sekitar Rp 100 miliar.
Dari deretan 10 besar saham yang dilepas investor asing, 2 diantaranya merupakan saham-saham dari emiten yang bergerak di sektor barang konsumsi dan memiliki kapitalisasi pasar jumbo, yakni PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (dilepas Rp 27,5 miliar) dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 24,3 miliar).
Penguatan rupiah sebesar 0,17% di pasar spot ke level Rp 13.867/dolar AS tak berhasil membuat investor asing masuk ke bursa saham dalam negeri. Padahal ketika rupiah menguat, investasi dalam aset-aset berdenominasi rupiah menjadi menarik lantaran ada potensi keuntungan kurs yang bisa diraup.
Penguatan rupiah hari ini dipicu oleh kondusifnya sentimen eksternal. Pasca terancam menghadapi pemilu dadakan (snap election), Italia kini telah resmi memiliki pemerintahan baru. Menjelang akhir pekan pekan kemarin, dua partai populis di Italia yakni League dan Five Star Movement telah diberi lampu hijau oleh Presiden Sergio Mattarella untuk membentuk pemerintahan, dengan Giuseppe Conte ditempatkan sebagai Perdana Menteri.
Sebelumnya, rencana mereka untuk berkoalisi gagal setelah Mattarella menolak nominasi Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi. Mattarella menolak nominasi Savona karena sempat mengancam akan membawa Italia keluar dari Uni Eropa.
Kini, kedua partai tersebut mengusung Giovanni Tria sebagai Menteri Ekonomi yang baru. Pria berusia 69 tahun tersebut merupakan seorang profesor di bidang ekonomi yang dikenal sering menyuarakan kritiknya terhadap tata kelola ekonomi di wilayah Uni Eropa. Perbedannya, Tria belum pernah menyuarakan keluarnya Italia dari blok ekonomi pengadopsi mata uang Euro.
Kepastian yang kini tercipta dari Negeri Pizza membuat investor kembali bernafsu memburu aset-aset berisiko seperti saham.
Kemudian, rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un nampak akan benar-benar terealisasi. Pada hari Jumat kemarin (1/6/2018), Trump bertemu dengan pejabat tinggi asal Korea Utara Kim Yong Chol di Gedung Putih.
Pasca pertemuan tersebut, Donald Trump mengungkapkan bahwa ia berencana untuk bertemu dengan Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang untuk mendiskusikan pemusnahan senjata nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara dan perdamaian antar kedua negara.
"Pertemuan yang baik, ini merupakan awal yang sangat bagus. Kami tidak akan menandatangani sesuatu pada 12 Juni, tetapi kami akan memulai sebuah proses. Saya katakan kepada mereka 'santai saja, kita bisa lakukan ini dengan cepat atau lambat'," papar Trump, yang menyebut Kim Yong Chol dengan sebutan orang terkuat nomor dua di Korea Utara.
Sebelumnya, rencana ini sempat dibatalkan secara sepihak oleh Trump lantaran pernyataan-pernyataan bernada permusuhan yang dilontarkan oleh Kim Jong Un.
(hps) Next Article Inflasi di Bawah Ekspektasi, Saham Barang Konsumsi Tertekan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular