
Ditopang Sentimen Eksternal dan Internal, IHSG Menguat 0,78%
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 June 2018 12:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,78% ke level 6.030,2 pada akhir sesi 1. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham utama Kawasan regional yang juga ditransaksikan di zona hijau.
Indeks Nikkei menguat 1,33%, indeks Shanghai menguat 0,22%, indeks Hang Seng menguat 1,3%, indeks Strait Times menguat 0,9%, dan indeks Kospi menguat 0,21%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 5,2 triliun dengan volume sebanyak 5,5 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 240.404 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+3,9%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+3,41%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+2,27%), PT Astra International Tbk/ASII (+2,54%), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk/TKIM (+10,8%).
Penguatan IHSG banyak ditopang oleh sentimen eksternal. Pasca terancam menghadapi pemilu dadakan (snap election), Italia kini telah resmi memiliki pemerintahan baru. Menjelang akhir pekan pekan kemarin, dua partai populis di Italia yakni League dan Five Star Movement telah diberi lampu hijau oleh Presiden Sergio Mattarella untuk membentuk pemerintahan, dengan Giuseppe Conte ditempatkan sebagai Perdana Menteri.
Sebelumnya, rencana mereka untuk berkoalisi gagal setelah Mattarella menolak nominasi Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi. Mattarella menolak nominasi Savona karena sempat mengancam akan membawa Italia keluar dari Uni Eropa.
Kini, kedua partai tersebut mengusung Giovanni Tria sebagai Menteri Ekonomi yang baru. Pria berusia 69 tahun tersebut merupakan seorang profesor di bidang ekonomi yang dikenal sering menyuarakan kritiknya terhadap tata kelola ekonomi di wilayah Uni Eropa. Perbedaannya, Tria belum pernah menyuarakan keluarnya Italia dari blok ekonomi pengadopsi mata uang Euro.
Kepastian yang kini tercipta dari Negeri Pizza membuat investor kembali bernafsu memburu aset-aset berisiko seperti saham.
Kemudian, rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un nampak akan benar-benar terealisasi. Pada hari Jumat kemarin (1/6/2018), Trump bertemu dengan pejabat tinggi asal Korea Utara Kim Yong Chol di Gedung Putih.
Pasca pertemuan tersebut, Donald Trump mengungkapkan bahwa ia berencana untuk bertemu dengan Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang untuk mendiskusikan pemusnahan senjata nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara dan perdamaian antar kedua negara.
"Pertemuan yang baik, ini merupakan awal yang sangat bagus. Kami tidak akan menandatangani sesuatu pada 12 Juni, tetapi kami akan memulai sebuah proses. Saya katakan kepada mereka 'santai saja, kita bisa lakukan ini dengan cepat atau lambat'," papar Trump, yang menyebut Kim Yong Chol dengan sebutan orang terkuat nomor dua di Korea Utara.
Sebelumnya, rencana ini sempat dibatalkan secara sepihak oleh Trump lantaran pernyataan-pernyataan bernada permusuhan yang dilontarkan oleh Kim Jong Un.
Dari dalam negeri, kabar baik bagi pasar saham datang dari rilis data Nikkei Manufacturing PMI periode Mei yang sebesar 51,7, lebih tinggi dari capaian bulan April yang sebesar 51,6. Data ini menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di Indonesia: angka di atas 50 menandakan ekspansi di sektor manufaktur jika dbandingkan dengan periode sebelumnya.
Data ini menjadi penting mengingat sektor manufaktur merupakan sektor yang mempekerjakan banyak tenaga kerja (labor-intensive), sehingga perbaikan di sektor ini mengindikasikan perbaikan kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Namun, rilis data inflasi menjadi pemberat laju IHSG. Sepanjang bulan Mei, Badan Pusat Statistik (BPS) merekam inflasi sebesar 0,21% MoM, sementara inflasi secara YoY diumumkan di level 3,23%.
Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Median dari proyeksi ekonom memperkirakan inflasi Mei akan berada di level 0,26% MoM dan 3,3% YoY.
Akibatnya, indeks sektor barang konsumsi bergerak turun pasca rilis data inflasi diumumkan. Sebelum data inflasi diumumkan, indeks saham sektor barang konsumsi berada di level 2467.18 (-0,2% dibandingkan penutupan hari Kamis, 31/5/2018). Pada akhir sesi 1, angkanya sudah berada di level 2.467 (-0,22%), menjadikannya sektor dengan kontribusi negatif terbesar kedua bagi IHSG.
Padahal jika ada kejutan dari rilis data inflasi, harga saham-saham barang konsumsi bisa melesat naik, lantaran ada persepsi mengenai membaiknya konsumsi masyarakat Indonesia.
Next Article Ramai Sentimen Positif, IHSG Dibuka Naik 0,32%
Indeks Nikkei menguat 1,33%, indeks Shanghai menguat 0,22%, indeks Hang Seng menguat 1,3%, indeks Strait Times menguat 0,9%, dan indeks Kospi menguat 0,21%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 5,2 triliun dengan volume sebanyak 5,5 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 240.404 kali.
Penguatan IHSG banyak ditopang oleh sentimen eksternal. Pasca terancam menghadapi pemilu dadakan (snap election), Italia kini telah resmi memiliki pemerintahan baru. Menjelang akhir pekan pekan kemarin, dua partai populis di Italia yakni League dan Five Star Movement telah diberi lampu hijau oleh Presiden Sergio Mattarella untuk membentuk pemerintahan, dengan Giuseppe Conte ditempatkan sebagai Perdana Menteri.
Sebelumnya, rencana mereka untuk berkoalisi gagal setelah Mattarella menolak nominasi Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi. Mattarella menolak nominasi Savona karena sempat mengancam akan membawa Italia keluar dari Uni Eropa.
Kini, kedua partai tersebut mengusung Giovanni Tria sebagai Menteri Ekonomi yang baru. Pria berusia 69 tahun tersebut merupakan seorang profesor di bidang ekonomi yang dikenal sering menyuarakan kritiknya terhadap tata kelola ekonomi di wilayah Uni Eropa. Perbedaannya, Tria belum pernah menyuarakan keluarnya Italia dari blok ekonomi pengadopsi mata uang Euro.
Kepastian yang kini tercipta dari Negeri Pizza membuat investor kembali bernafsu memburu aset-aset berisiko seperti saham.
Kemudian, rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un nampak akan benar-benar terealisasi. Pada hari Jumat kemarin (1/6/2018), Trump bertemu dengan pejabat tinggi asal Korea Utara Kim Yong Chol di Gedung Putih.
Pasca pertemuan tersebut, Donald Trump mengungkapkan bahwa ia berencana untuk bertemu dengan Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang untuk mendiskusikan pemusnahan senjata nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara dan perdamaian antar kedua negara.
"Pertemuan yang baik, ini merupakan awal yang sangat bagus. Kami tidak akan menandatangani sesuatu pada 12 Juni, tetapi kami akan memulai sebuah proses. Saya katakan kepada mereka 'santai saja, kita bisa lakukan ini dengan cepat atau lambat'," papar Trump, yang menyebut Kim Yong Chol dengan sebutan orang terkuat nomor dua di Korea Utara.
Sebelumnya, rencana ini sempat dibatalkan secara sepihak oleh Trump lantaran pernyataan-pernyataan bernada permusuhan yang dilontarkan oleh Kim Jong Un.
Dari dalam negeri, kabar baik bagi pasar saham datang dari rilis data Nikkei Manufacturing PMI periode Mei yang sebesar 51,7, lebih tinggi dari capaian bulan April yang sebesar 51,6. Data ini menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di Indonesia: angka di atas 50 menandakan ekspansi di sektor manufaktur jika dbandingkan dengan periode sebelumnya.
Data ini menjadi penting mengingat sektor manufaktur merupakan sektor yang mempekerjakan banyak tenaga kerja (labor-intensive), sehingga perbaikan di sektor ini mengindikasikan perbaikan kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Namun, rilis data inflasi menjadi pemberat laju IHSG. Sepanjang bulan Mei, Badan Pusat Statistik (BPS) merekam inflasi sebesar 0,21% MoM, sementara inflasi secara YoY diumumkan di level 3,23%.
Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Median dari proyeksi ekonom memperkirakan inflasi Mei akan berada di level 0,26% MoM dan 3,3% YoY.
Akibatnya, indeks sektor barang konsumsi bergerak turun pasca rilis data inflasi diumumkan. Sebelum data inflasi diumumkan, indeks saham sektor barang konsumsi berada di level 2467.18 (-0,2% dibandingkan penutupan hari Kamis, 31/5/2018). Pada akhir sesi 1, angkanya sudah berada di level 2.467 (-0,22%), menjadikannya sektor dengan kontribusi negatif terbesar kedua bagi IHSG.
Padahal jika ada kejutan dari rilis data inflasi, harga saham-saham barang konsumsi bisa melesat naik, lantaran ada persepsi mengenai membaiknya konsumsi masyarakat Indonesia.
Next Article Ramai Sentimen Positif, IHSG Dibuka Naik 0,32%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular