Anggaran THR Naik 55%, Saham Barang Konsumsi Bisa Dilirik
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 May 2018 15:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan Ramadan selalu indentik dengan meningkatnya konsumsi masyarakat. Biasanya, masyarakat Indonesia lebih royal berbelanja pada periode ini, lantaran ada Tunjangan Hari Raya (THR) yang mereka terima.
Pada tahun ini, pemerintah menganggarkan dana senilai Rp 35,76 triliun untuk membayar THR dan gaji ke-13 bagi PNS serta pensiunan. Nilai ini membengkak hingga 55,5% jika dibandingkan anggaran penyaluran THR dan gaji ke-13 PNS tahun lalu yang hanya sekitar Rp 23 triliun.
"Sesuai UU 17/2017 dianggarkan THR, pensiunan dan tunjangan ke-13 sebesar Rp 35,76 triliun," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Merdeka, Selasa (23/5/2018).
THR akan dibayarkan paling lambat awal bulan Juni, sementara gaji ke-13 akan disalurkan pada bulan Juli.
Besarnya anggaran tersebut tentu memberikan suntikan bagi daya beli bagi masyarakat serta berpotensi mendorong konsumsi mereka. Sebagai catatan, sepanjang tahun ini konsumsi masyrakat terbilang lesu. Padahal, konsumsi diharapkan menjadi motor yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 5,4%.
Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia, hanya mampu tumbuh 4,95% secara tahunan (year-on-year/ yoy), tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94%.
Implikasinya terlihat jelas di pasar modal: saham-saham sektor barang konsumsi dilepas oleh pelaku pasar. Sepanjang tahun ini, sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, Senin, 28/5/2018, indeks saham sektor barang konsumsi telah terkoreksi hingga 12,6%.
Lantas, mampukah penyaluran THR dan gaji ke-13 mendongkrak konsumsi masyarakat Indonesia?
Sepanjang Januari-Maret, dorongan berbelanja memang terasa kurang bagi masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari survei konsumen yang dirilis setiap bulannya oleh Bank Indonesia (BI).
Pada bulan Januari, porsi pendapatan yang disalurkan menjadi konsumsi tercatat hanya sebesar 64,4%, lebih rendah jika dibandingkan posisi Desember 2015 yang sebesar 65%. Memasuki bulan Februari dan Maret, nilainya kembali turun menjadi 63,9%.
Di sisi lain, porsi pendapatan yang ditabung meningkat, dari 20,6% pada Januari, menjadi 21,7% pada Februari, dan naik lagi menjadi 22,4% pada bulan Maret.
Namun, secercah harapan datang pada bulan April lalu. Kala itu, porsi pendapatan yang disalurkan menjadi konsumsi meroket menjadi 66%, di mana ini merupakan peningkatan pertama selama tahun 2018. Sementara itu, porsi pendapatan yang ditabung turun menjadi 20% saja.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sudah mulai menggeliat. Jaminan dari pemerintah untuk tak menaikkan lagi tarif listrik nampak sudah bisa memberikan dampak positif, yakni mendorong masyarakat untuk lebih gencar membelanjakan pendapatannya.
Ke depannya, pergerakan rupiah yang sudah mulai jinak juga berpotensi memacu konsumsi masyarakat Indonesia, seiring adanya optimisme atas prospek perekonomian Indonesia. Setelah sempat betah berada di kisaran Rp 14.000/dolar Amerika Serikat (AS), rupiah diperdagangkan di level Rp 13.985/dolar AS pada akhir perdagangan kemarin.
Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, investor bisa melirik saham-saham sektor barang konsumsi guna meraup keuntungan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article Penjualan Ritel Mengecewakan, Saham Barang Konsumsi Dilepas
Pada tahun ini, pemerintah menganggarkan dana senilai Rp 35,76 triliun untuk membayar THR dan gaji ke-13 bagi PNS serta pensiunan. Nilai ini membengkak hingga 55,5% jika dibandingkan anggaran penyaluran THR dan gaji ke-13 PNS tahun lalu yang hanya sekitar Rp 23 triliun.
"Sesuai UU 17/2017 dianggarkan THR, pensiunan dan tunjangan ke-13 sebesar Rp 35,76 triliun," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Merdeka, Selasa (23/5/2018).
Besarnya anggaran tersebut tentu memberikan suntikan bagi daya beli bagi masyarakat serta berpotensi mendorong konsumsi mereka. Sebagai catatan, sepanjang tahun ini konsumsi masyrakat terbilang lesu. Padahal, konsumsi diharapkan menjadi motor yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 5,4%.
Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama ekonomi Indonesia, hanya mampu tumbuh 4,95% secara tahunan (year-on-year/ yoy), tak jauh berbeda dengan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94%.
Implikasinya terlihat jelas di pasar modal: saham-saham sektor barang konsumsi dilepas oleh pelaku pasar. Sepanjang tahun ini, sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, Senin, 28/5/2018, indeks saham sektor barang konsumsi telah terkoreksi hingga 12,6%.
Lantas, mampukah penyaluran THR dan gaji ke-13 mendongkrak konsumsi masyarakat Indonesia?
Sepanjang Januari-Maret, dorongan berbelanja memang terasa kurang bagi masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari survei konsumen yang dirilis setiap bulannya oleh Bank Indonesia (BI).
Pada bulan Januari, porsi pendapatan yang disalurkan menjadi konsumsi tercatat hanya sebesar 64,4%, lebih rendah jika dibandingkan posisi Desember 2015 yang sebesar 65%. Memasuki bulan Februari dan Maret, nilainya kembali turun menjadi 63,9%.
Di sisi lain, porsi pendapatan yang ditabung meningkat, dari 20,6% pada Januari, menjadi 21,7% pada Februari, dan naik lagi menjadi 22,4% pada bulan Maret.
Namun, secercah harapan datang pada bulan April lalu. Kala itu, porsi pendapatan yang disalurkan menjadi konsumsi meroket menjadi 66%, di mana ini merupakan peningkatan pertama selama tahun 2018. Sementara itu, porsi pendapatan yang ditabung turun menjadi 20% saja.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sudah mulai menggeliat. Jaminan dari pemerintah untuk tak menaikkan lagi tarif listrik nampak sudah bisa memberikan dampak positif, yakni mendorong masyarakat untuk lebih gencar membelanjakan pendapatannya.
Ke depannya, pergerakan rupiah yang sudah mulai jinak juga berpotensi memacu konsumsi masyarakat Indonesia, seiring adanya optimisme atas prospek perekonomian Indonesia. Setelah sempat betah berada di kisaran Rp 14.000/dolar Amerika Serikat (AS), rupiah diperdagangkan di level Rp 13.985/dolar AS pada akhir perdagangan kemarin.
Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, investor bisa melirik saham-saham sektor barang konsumsi guna meraup keuntungan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article Penjualan Ritel Mengecewakan, Saham Barang Konsumsi Dilepas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular