
Manfaatkan THR Buat Investasi Saham, Ini Tips Bagi Para Pemula

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pegawai sebentar lagi akan mendapatkan pendapatan tambahan berupa Tunjangan Hari Raya (THR). Menurut data dari Perilaku Belanja Masyarakat Indonesia pada Ramadan 2024 yang dirilis oleh perusahaan periklanan global, The Trade Desk, sebanyak 67% orang dari total 1.000 responden online Indonesia berencana menggunakan seperempat dari THR mereka untuk meningkatkan belanja.
Padahal, THR sebenarnya dapat digunakan untuk hal yang produktif, seperti berinvestasi saham. Ceo THINk Sumadi Surianto memberikan tips bagi investor pemula.
Menurutnya, kegagalan yang sering dilakukan oleh investor pemula yaitu kurangnya prinsip investasi, framework yang salah dalam pengambilan keputusan, dan lingkungan yang tidak mendukung.
"Banyak di umur 25 up bahkan 30 up. Ini menunjukkan bahwa semua orang itu punya kesempatan kemampuan yang sama belajar investment. Bukan hanya milenial atau gen z, tapi semua orang punya waktu asal komitmen untuk belajar. Jadi umur itu bukan masalah tapi karakternya mau komit atau tidak," ujarnya dikutip Selasa (26/3).
Padahal, hal yang terpenting untul menjadi investor yang berhasil adalah bijaksana dalam menentukan saham. Saham yang dipilih sebaiknya saham yang berkinerja baik sehingga dapat membukukan laba. Jika membukukan laba, maka dapat memberikan keuntungan bagi para investornya.
Selain memilih saham yang berkinerja bagus, investor sebaiknya tidak memasang mindset ingin cepat kaya atau cepat untung. Sebab, berinvestasi merupakan aset yang harus terus dipelajari.
"Paham dulu jangan mau cepat kaya, jangan mau cepat pensiun, jangan mau tergiur dengan orang yang posting lamborghini, ferrari karena kehidupan dia belum seindah instagramnya dan kita harus belajar segala sesuatu itu butuh uang tapi uang itu hanya akan memberikan kita kebahagiaan di titik tertentu," tuturnya.
Perlu diingat, kata dia, jangan takut terhadap penurunan harga saham. Sebab, fluktuasi harga saham terkadang bersifat sementara. Menurutnya, selama saham yang dibeli merupakan perusahaan yang bagus, maka harga saham dapat kembali naik.
Ia menyebut, kualitas saham dapat dilihat dari komitemen perusahaan dalam membagikan dividen. Artinya, manajamennya bekerja keras untuk memberikan kepercayaan kepada para investornya.
"Ketika perusahaan bisa memberikan kita dividen dalam jumlah yang cukup siginifikan berarti manajamennya bekerja keras untuk memakmurkan penaikan saham," ungkapnya.
Sementara, SEVP Retail Markets & IT BNI Sekuritas Teddy Wishadi mengungkapkan sebaiknya sebelum memulai berinvestasi, penting untuk memiliki pemahaman dasar tentang investasi saham, termasuk analisis fundamental dan teknikal yaitu kemampuan membaca grafik harga saham, menganalisis laporan keuangan perusahaan, dan memahami risiko investasi.
Gunakan sumber daya edukasi tentang investasi saham yang tersedia secara online atau melalui platform investasi yang digunakan.
Kemudian, pilih saham blue-chip yang merupakan saham dari perusahaan dengan reputasi baik dan memiliki kinerja yang stabil. Salah satu indeks yang terdiri dari saham blue-chip adalah LQ45.
Saham-saham ini cenderung lebih aman bagi pemula karena memiliki likuiditas tinggi dan terbiasa dengan volatilitas pasar. Contoh saham-saham yang masuk dalam Indeks LQ45 antara lain, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
"Ada hal yang perlu diperhatikan juga, meskipun saham blue-chip dianggap lebih aman dan memiliki fundamental yang baik, Nasabah diharapkan tidak tergesa-gesa dalam membeli pada harga tertinggi. Sebaiknya sebelum membeli, Nasabah melihat terlebih dahulu pergerakan harga saham dalam beberapa waktu terakhir," jelas Teddy.
Pilihlah platform investasi yang menyediakan informasi dan edukasi tentang investasi saham, serta fitur-fitur analisis yang dapat membantu memaksimalkan kegiatan investasinya.
Untuk mengurangi risiko dan memanfaatkan konsep rata-rata biaya perolehan (dollar-cost averaging), Nasabah disarankan untuk memulai dengan investasi periodik. Nasabah dapat mengalokasikan sebagian THRnya untuk membeli saham secara berkala dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap bulan.
"Meskipun pemula, Nasabah disarankan untuk memiliki fokus investasi untuk jangka panjang. Berinvestasi jangka panjang berarti melakukan transaksi secara berkala dan tidak secara panik menjual di saat adanya penurunan harga saham. Selama periode transaksi secara berkala ini, Nasabah dapat menggunakan waktunya untuk lebih dalam mempelajari tentang investasi dan informasi kinerja perusahaan," tutur Teddy.
Terakhir, harus mengetahui pentingnya diversifikasi portofolio. Nasabah bisa mengalokasi THR yang dimiliki ke beberapa instrumen investasi untuk membantu mengurangi risiko secara keseluruhan dalam portofolio investasi Nasabah.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sama-sama Punya Risiko, Apa Beda Investasi Saham & Kripto?