
Bisi International Bagi Dividen Rp 300 M
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
28 May 2018 16:48

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bisi International Tbk (BISI), produsen bibit hibrida dan pestisida, membagikan 74,41% laba bersih sebagai dividen kepada para pemegang saham. Nilainya mencapai Rp 300 miliar dari total laba bersih perseroan tahun buku 2017 yaitu sebesar Rp 403,3 miliar.
Pembagian dividen diputuskan berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan hari ini, setiap pemegang saham berhak mendapatkan dividen tunai sebesar Rp 100 per saham. Sedangkan sisa dari laba bersih yaitu Rp 103,3 miliar akan digunakan sebagai laba ditahan.
Selain membagi dividen, perseroan juga menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 105 miliar, turun dibandingkan dengan capex 2017 sebesar Rp 220 miliar.
"Capex itu sekitar 75% nya akan kami gunakan untuk meningkatkan lahan untuk riset maupun lahan untuk memproduksi jadi kami akan buka pabrik lagi. Lalu sekitar 10% akan kami gunakan untuk peningkatan kapasitas laboratorium untuk riset dan 15% untuk maintanance," ujar Jemmy Eka Putra, Presiden Direktur BISI di Hotel Mulia, Senin (28/5/2018).
Sedangkan untuk anggaran capex seeluruhnya berasal dari kas internal perseroan.
Untuk mendorong produksi jagung, tahun ini perseroan akan melakukan kerjasama produksi benih dan bagi hasil jagung dengan para petani yang akan menggarap lahan seluas 72.967 hektar dari sebelumnya 34.994 hektar.
"Kalau kerjasama benih dan induk kami berikan sarana produksi pertanian hingga cara menanam, nanti hasilnya seluruh hasilnya kami akan beli lagi," tambah Jemmy.
Produksi jagung BISI ditargetkan meningkat hingga 20% tahun ini dari sebelum 26.674 ton yang dihasilkan pada 2017. Diharapkan musim tanam yang dimulai pada pertengahan tahun hingga akhir tahun, bisa lebih baik dibandingkan dengan kuartal-I 2018.
Pada kuartal I-2018, perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp 483,19 miliar atau naik tipis 0,61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 480,53 miliar. Sedangkan laba bersih perseroan pada kuartal-I turun 56,9% menjadi Rp 32,84 miliar.
"Karena bisnis yang fokusnya di benih kami lakukan di awal tahun namun hujannya cukup lebat sehingga mengakibatkan produksinya cukup kecil dibandingkan yang kami harapkan, jadi buahnya ga jadi atau busuk padahal biaya cost tetap," ujar tambah Jemmy.
Pendapatan Tumbuh
Bisi International tahun ini menargetkan pertumbuhan pendapatan naik 20% menjadi Rp 2,77 triliun dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp 2,31 triliun. Selain itu, perseroan menargetkan kenaikan laba bersih menjadi Rp 488 miliar atau meningkat hingga 20%..
Salah satu pendorong pertumbuhan tersebut ialah dengan akuisisi perseroan atas PT Branita Sandhini yang mempunyai kapasitas produksi jagung sebesar 13.500 ton per tahun nya serta dapat berkontribusi pada pendapatan penjualan tahun ini.
"Ada enam produk yang dipasarkan oleh PT Branita dan diperkirakan berkontribusi menambah 14% produksi jagung secara keseluruhan. Serta secara total kepada penjualan 2018 akan ada 30 ribu ton jagung atau Rp 380 miliar, kemudian pada 2019 meningkat lagi dengan penjualan 60 ribu ton," ujar Jemmy.
Selain pertumbuhan pendapatan dari akuisisi tersebut, pertumbuhan pendapatan perseroan juga didorong dengan meningkatnya pendapatan penjualan pada kuartal-II 2018 dibandingkan tiga bulan pertama 2018.
Hal tersebut didorong seiring dengan membaiknya musim dalam meningkatkan panen jagung, serta produk pestisida perseroan yang telah diluncurkan pada kuartal-I tahun ini. Pada kuartal-I 2018, perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp 483,19 miliar atau naik tipis 0,61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 480,53 miliar.
"Di awal tahun kami mulai mengenalkan produk-produk yang baru lalu stok dari jagung juga terbatas. Mulai kuartal-II dan penen nanti bulan Juni hujan juga berkurang, penyakit (hama) pada tanaman juga berkurang jadi mulai kuartal-II mulai ada kompensasi kekurangan pada kuartal-I," tambah Jemmy.
Sementara itu, hingga saat ini pihaknya belum berencana melakukan akuisisi di tahun ini bahkan menambah kapasitas ekspor produk perseroan.
Menurut perseroan, akuisisi terbaru telah dilakukan BISI kepad PT Branita Sandhini, sedangkan untuk pasar ekspor diniliai masih sangat ketat karena harus bersaing dengan produsen jagung dan benih dari negara lainnya.
"Untuk potensi ekspor sangat kurang karena negara-negara lain memproteksi marketnya, sehingga kami hanya ekspor per tahun nya yaitu 50 ton ke Srilanka. Sedangkan benih holtikultura itu ekspor ke 10 negara di Asia, namun kontribusi ke total penjualan pada 2017 itu kecil sekali hanya 1,8%," ujar Jemmy.
(hps) Next Article Timah Bagi Dividen Rp 175,84 M
Pembagian dividen diputuskan berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan hari ini, setiap pemegang saham berhak mendapatkan dividen tunai sebesar Rp 100 per saham. Sedangkan sisa dari laba bersih yaitu Rp 103,3 miliar akan digunakan sebagai laba ditahan.
Selain membagi dividen, perseroan juga menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 105 miliar, turun dibandingkan dengan capex 2017 sebesar Rp 220 miliar.
Sedangkan untuk anggaran capex seeluruhnya berasal dari kas internal perseroan.
Untuk mendorong produksi jagung, tahun ini perseroan akan melakukan kerjasama produksi benih dan bagi hasil jagung dengan para petani yang akan menggarap lahan seluas 72.967 hektar dari sebelumnya 34.994 hektar.
"Kalau kerjasama benih dan induk kami berikan sarana produksi pertanian hingga cara menanam, nanti hasilnya seluruh hasilnya kami akan beli lagi," tambah Jemmy.
Produksi jagung BISI ditargetkan meningkat hingga 20% tahun ini dari sebelum 26.674 ton yang dihasilkan pada 2017. Diharapkan musim tanam yang dimulai pada pertengahan tahun hingga akhir tahun, bisa lebih baik dibandingkan dengan kuartal-I 2018.
Pada kuartal I-2018, perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp 483,19 miliar atau naik tipis 0,61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 480,53 miliar. Sedangkan laba bersih perseroan pada kuartal-I turun 56,9% menjadi Rp 32,84 miliar.
"Karena bisnis yang fokusnya di benih kami lakukan di awal tahun namun hujannya cukup lebat sehingga mengakibatkan produksinya cukup kecil dibandingkan yang kami harapkan, jadi buahnya ga jadi atau busuk padahal biaya cost tetap," ujar tambah Jemmy.
Pendapatan Tumbuh
Bisi International tahun ini menargetkan pertumbuhan pendapatan naik 20% menjadi Rp 2,77 triliun dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp 2,31 triliun. Selain itu, perseroan menargetkan kenaikan laba bersih menjadi Rp 488 miliar atau meningkat hingga 20%..
Salah satu pendorong pertumbuhan tersebut ialah dengan akuisisi perseroan atas PT Branita Sandhini yang mempunyai kapasitas produksi jagung sebesar 13.500 ton per tahun nya serta dapat berkontribusi pada pendapatan penjualan tahun ini.
"Ada enam produk yang dipasarkan oleh PT Branita dan diperkirakan berkontribusi menambah 14% produksi jagung secara keseluruhan. Serta secara total kepada penjualan 2018 akan ada 30 ribu ton jagung atau Rp 380 miliar, kemudian pada 2019 meningkat lagi dengan penjualan 60 ribu ton," ujar Jemmy.
Selain pertumbuhan pendapatan dari akuisisi tersebut, pertumbuhan pendapatan perseroan juga didorong dengan meningkatnya pendapatan penjualan pada kuartal-II 2018 dibandingkan tiga bulan pertama 2018.
Hal tersebut didorong seiring dengan membaiknya musim dalam meningkatkan panen jagung, serta produk pestisida perseroan yang telah diluncurkan pada kuartal-I tahun ini. Pada kuartal-I 2018, perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp 483,19 miliar atau naik tipis 0,61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 480,53 miliar.
"Di awal tahun kami mulai mengenalkan produk-produk yang baru lalu stok dari jagung juga terbatas. Mulai kuartal-II dan penen nanti bulan Juni hujan juga berkurang, penyakit (hama) pada tanaman juga berkurang jadi mulai kuartal-II mulai ada kompensasi kekurangan pada kuartal-I," tambah Jemmy.
Sementara itu, hingga saat ini pihaknya belum berencana melakukan akuisisi di tahun ini bahkan menambah kapasitas ekspor produk perseroan.
Menurut perseroan, akuisisi terbaru telah dilakukan BISI kepad PT Branita Sandhini, sedangkan untuk pasar ekspor diniliai masih sangat ketat karena harus bersaing dengan produsen jagung dan benih dari negara lainnya.
"Untuk potensi ekspor sangat kurang karena negara-negara lain memproteksi marketnya, sehingga kami hanya ekspor per tahun nya yaitu 50 ton ke Srilanka. Sedangkan benih holtikultura itu ekspor ke 10 negara di Asia, namun kontribusi ke total penjualan pada 2017 itu kecil sekali hanya 1,8%," ujar Jemmy.
(hps) Next Article Timah Bagi Dividen Rp 175,84 M
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular