
Timah Bagi Dividen Rp 175,84 M
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
16 April 2018 15:06

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Timah (Persero) Tbk (TINS) membagikan dividen sebesar Rp 175,84 miliar atau 35% dari laba bersih tahun 2017. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) hari ini sudah diputuskan pemegang saham akan menerima dividen sebesar Rp 23,61/saham.
Selain itu, RUPST TINS juga memutuskan sekitar 65% atau Rp 326,57 miliar dari total laba bersih tahun 2017 akan digunakan untuk cadangan umum perusahaan.
Dari pendapatan perseroan yang, TINS memberikan kontribusi berupa pajak yang diberikan kepada negara sebesar Rp 409 miliar.
Sedangkan untuk tahun ini, perseroan masih belum berencana untuk menerbitkan obligasi untuk pendanaan berbagai eksplorasi dan proyek pertambangannya.
Kas perusahaan yang ada saat ini diperkirakan masih mencukupi untuk kegiatan usaha hingga dua tahun mendatang. Kas perusahaan tersebut diantaranya Rp 5,5 triliun yang berasal dari fasilitas perbankan, lalu Rp 1,5 triliun yang berasal dari obligasi lewat penawaran umum berkelanjutan (PUB) I Tahap I pada 2017.
"Kalau obligasi masih belumya, intinya kalau untuk kebutuhan internal TINS sampai anak perusahaan itu masih cukup hingga satu atau dua tahun mendatang. Jadi mungkin obligasi tahun ini masih terus dikaji ya", ujar Emil Ermindra, Ddirektur Keuangan PT Timah Persero, di Hotel Borobudur (16/4/2018).
Terkait dengan engembangan usaha pada tahun ini, Emil menyampaikan, akan terus melanjutkan kerjasama patungan (joint venture) dengan perusahaan asal Nigeria yaitu Topwide Ventures sebagai strategi ekspansi internasional bisnis timah perseroan.
Selain itu, pemasaran bisnis hilir timah juga sudah dikembangkan perusahaan melalui kerjasama strategis dengan Yunnan Tin Group pada 14 September 2017 silam.
"Di Nigeria itu potensinya sangat besar sekali, kami perkirakan potensinya seperti Banka Belitung dahulu yang masih belum digarap secara maksimal", tambah Emil.
Sedangkan untuk dana investasi dalam joint venture tersebut, perseroan menganggarkan dana sebesar US$ 26 Juta atau Rp 358,16 miliar dan masih dalam tahap pencairan dana.
Kendala utama kerjasama patungan tersebut yaitu persiapan peralatan yang memadai hingga lokasi pembuatan pabrik di kawasan tersebut. "Dana nya belum keluar ya, tantangannya ya seperti peralatan namun tidak begitu besar. Yang paling bessar itu kan sarana untuk lokasi pabrik, terus kita mau bangun smelther juga", ujar Emil.
(hps) Next Article Adira Finance Bagi Dividen Rp 704,5 M
Selain itu, RUPST TINS juga memutuskan sekitar 65% atau Rp 326,57 miliar dari total laba bersih tahun 2017 akan digunakan untuk cadangan umum perusahaan.
Dari pendapatan perseroan yang, TINS memberikan kontribusi berupa pajak yang diberikan kepada negara sebesar Rp 409 miliar.
Kas perusahaan yang ada saat ini diperkirakan masih mencukupi untuk kegiatan usaha hingga dua tahun mendatang. Kas perusahaan tersebut diantaranya Rp 5,5 triliun yang berasal dari fasilitas perbankan, lalu Rp 1,5 triliun yang berasal dari obligasi lewat penawaran umum berkelanjutan (PUB) I Tahap I pada 2017.
"Kalau obligasi masih belumya, intinya kalau untuk kebutuhan internal TINS sampai anak perusahaan itu masih cukup hingga satu atau dua tahun mendatang. Jadi mungkin obligasi tahun ini masih terus dikaji ya", ujar Emil Ermindra, Ddirektur Keuangan PT Timah Persero, di Hotel Borobudur (16/4/2018).
Terkait dengan engembangan usaha pada tahun ini, Emil menyampaikan, akan terus melanjutkan kerjasama patungan (joint venture) dengan perusahaan asal Nigeria yaitu Topwide Ventures sebagai strategi ekspansi internasional bisnis timah perseroan.
Selain itu, pemasaran bisnis hilir timah juga sudah dikembangkan perusahaan melalui kerjasama strategis dengan Yunnan Tin Group pada 14 September 2017 silam.
"Di Nigeria itu potensinya sangat besar sekali, kami perkirakan potensinya seperti Banka Belitung dahulu yang masih belum digarap secara maksimal", tambah Emil.
Sedangkan untuk dana investasi dalam joint venture tersebut, perseroan menganggarkan dana sebesar US$ 26 Juta atau Rp 358,16 miliar dan masih dalam tahap pencairan dana.
Kendala utama kerjasama patungan tersebut yaitu persiapan peralatan yang memadai hingga lokasi pembuatan pabrik di kawasan tersebut. "Dana nya belum keluar ya, tantangannya ya seperti peralatan namun tidak begitu besar. Yang paling bessar itu kan sarana untuk lokasi pabrik, terus kita mau bangun smelther juga", ujar Emil.
(hps) Next Article Adira Finance Bagi Dividen Rp 704,5 M
Most Popular