BI Naikkan Bunga Acuan, Terganggukah Pertumbuhan Ekonomi?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
28 May 2018 11:12
Langkah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuannya di bulan Mei 2018 semata-mata bukan reaksi berlebihan
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuannya di Mei 2018 semata-mata bukan reaksi berlebihan atas indikator pelemahan ekonomi saat ini. BI mengaku langkah kebijakan moneter yang ditempuh merupakan langkah ke depan atau 'forward looking'.

Asumsi yang menuturkan kenaikan bunga acuan BI bisa menghambat pertumbuhan tidaklah benar. Efek dari kenaikan bunga acuan dampaknya baru terasa di tahun berikutnya.

"Kawan-kawan jangan kemudian suku bunga [acuan BI] naik, growth (pertumbuhan ekonomi) triwulan II-20018 turun. Ini analisis yang mohon maaf, dampak kenaikan suku bunga kebijakan BI itu rata-rata baru berdampak pada growth 1,5 tahun yang akan datang. Kurang lebih empat sampai delapan kuartal atau rata-rata enam kuartal dan tidak harus linier," ungkap Perry di Gedung Kemenkeu usai Rapat KSSK, Senin (28/5/2018).

Menurut Perry, saat ini langkah kebijakan moneter lebih mengarahkan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Untuk itu, suku bunga yang dinaikkan, menurut Perry merupakan pertimbangan yang segera demi 'mengamankan' nilai tukar rupiah.

"Sementara dampak dari nilai tukar, lebih cepat. Nah ini pertimbangan yang kita desain respons kebijakan suku bunga," terang Perry.

Sementara, Pemerintah juga menyatakan siap mengambil kebijakan yang tujuannya untuk menjaga stabilitas perekonomian, meskipun harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

"Kami siap melakukan policy (kebijakan) apa saja untuk jaga ekonomi Indonesia. Kalo dalam jangka pendek harus lakukan adjustment (penyesuaian), dan konsekuensi pertumbuhan ekonomi lebih rendah sedikit, ini konsekuensi yang akan kita terima," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani

Sri Mulyani menambahkan pertumbuhan ekonomi tidak hanya berasal dari kebijakan makro ekonomi pemerintah tetapi kebijakan fiskal-moneter dan kebijakan mikroprudential dari OJK, yang ditentukan oleh reformasi struktural.

"Makro [prudential] fokus stabilisasi, dan akan sedkit menekan pertmbuhan ekonomi. Pak Perry (Gubernur BI) katakan 5,2%, dan kami sudah kalkulasi. Pengaruh kenaikan suku bunga [acuan] tidak tahun ini, tapi ini bagian tidak terpisahkan bagi pertumbuhan investasi dan ekspor," terang Sri Mulyani.
(wed) Next Article Hidup Tenang Gubernur BI Tanpa Utang & Harta Miliaran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular