
Ikuti Jejak Bursa Saham Regional, IHSG Dibuka Naik 0,18%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 May 2018 09:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 0,18% pada perdagangan awal pekan ke level 5.986,38. IHSG mampu mengekor bursa saham utama kawasan regional yang sebelumnya sudah terlebih dahulu dibuka di zona hijau: Indeks Nikkei dibuka menguat 0,17%, indeks Kospi dibuka menguat 0,17%, indeks Strait Times dibuka menguat 0,12%, dan indeks Hang Seng dibuka menguat 0,56%.
Sentimen domestik dan eksternal memang mendukung bagi IHSG. Dari dalam negeri, rencana Bank Indonesia (BI) untuk mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) insidentil pada 30 Mei mendatang nampak mendapat respon positif dari pelaku pasar. Hingga berita ini diturunkan, rupiah menguat 0,35% di pasar spot ke level Rp 14.065/dolar AS.
Terdapat ekspektasi bahwa BI akan bergerak cepat dengan kembali menaikkan suku bunga acuan pada akhir bulan ini. Apalagi, Gubernur BI yang baru Perry Warjiyo sempat mengungkapkan bahwa menjaga stabilitas rupiah merupakan fokus utamanya pada saat ini.
"Prioritas saya di BI dalam jangka pendek ini perkuat langkah stabilitas rupiah dalam jangka pendek," kata Perry di Gedung MA pasca pelantikannya, Kamis (24/5/2018).
Sebelumnya, BI sudah menaikkan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate pada 17 Mei lalu. Namun kenaikan 25 basis poin menjadi 4,5% itu kurang manjur untuk meredam pelemahan rupiah.
Dari sisi eksternal, kembali terbukanya kemungkinan pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang di Singapura telah mendorong investor untuk terus berburu aset-aset berisiko seperti saham.
"Kami sedang melakukan pembicaraan yang produktif untuk mengadakan kembali pertemuan (dengan Korea Utara). Bila terwujud, maka kemungkinan masih diadakan di Singapura pada tanggal yang sama, 12 Juni, dan jika perlu diperpanjang melampaui tanggal tersebut," cuit Trump di akun Twitter @realDonaldTrump.
Sebelumnya pada hari Kamis waktu setempat (24/5/2018), Gedung Putih merilis surat resmi dari Presiden Trump yang ditujukkan bagi Kim Jong Un. Setelah memuji Kim Jong Un atas waktu, kesabaran, dan usaha yang sudah ditujukan dalam negosiasi baru-baru ini dan juga dalam perbincangan mengenai pertemuan antar kedua negara, Trump mengungkapkan bahwa saat ini bukan merupakan waktu yang tepat untuk bertemu.
"Sayangnya, berdasarkan kemarahan yang luar biasa dan permusuhan yang telah anda (Kim Jong Un) tunjukkan dalam dalam pernyataan terbaru anda, saya merasa bahwa tidak pantas untuk melakukan pertemuan yang sudah lama direncanakan pada saat ini," tulis Trump dalam suratnya.
AS pun diketahui telah mengirimkan delegasinya ke Korea Utara untuk mendiskusikan pertemuan bersejarah tersebut.
"Tim kami sudah tiiba di Korea Utara untuk mengatur pertemuan antara Kim Joung Un dan saya. Saya sungguh percaya bahwa Korea Utara punya potensi luar biasa dan akan menjadi bangsa dengan kekuatan ekonomi dan keuangan yang besar. Kim Jong Un sepakat dengan saya mengenai hal ini. Ini akan terjadi!" cuit Trump 6 jam yang lalu.
Kemudian, isu perang dagang antara AS dan China bisa dikesampingkan untuk sementara waktu. Pasalnya, pencabutan sanksi bagi raksasa teknologi asal China yakni ZTE sudah semakin nyata.
Mengutip Reuters, Presiden Trump bersedia menghapus sanksi bagi ZTE dengan sejumlah syarat. Dengan begitu, nantinya ZTE akan kembali bisa membeli komponen-komponen yang diperlukan dari perusahaan asal AS. Sebagai catatan, memang pencabutan sanksi bagi ZTE merupakan salah satu permintaan dari pihak China sebelum melakukan perbincangan lebih lanjut dalam hal perdagangan.
Jika pada akhirnya dua perekonomian terbesar di dunia itu bisa mencapai titik temu dalam hal perdagangan, tentunya perekonomian Indonesia bisa terbebas dari salah satu risiko yang ditakutkan oleh pelaku pasar, yaitu menurunnya ekspor ke AS dan China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah
Sentimen domestik dan eksternal memang mendukung bagi IHSG. Dari dalam negeri, rencana Bank Indonesia (BI) untuk mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) insidentil pada 30 Mei mendatang nampak mendapat respon positif dari pelaku pasar. Hingga berita ini diturunkan, rupiah menguat 0,35% di pasar spot ke level Rp 14.065/dolar AS.
Sebelumnya, BI sudah menaikkan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate pada 17 Mei lalu. Namun kenaikan 25 basis poin menjadi 4,5% itu kurang manjur untuk meredam pelemahan rupiah.
Dari sisi eksternal, kembali terbukanya kemungkinan pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada 12 Juni mendatang di Singapura telah mendorong investor untuk terus berburu aset-aset berisiko seperti saham.
"Kami sedang melakukan pembicaraan yang produktif untuk mengadakan kembali pertemuan (dengan Korea Utara). Bila terwujud, maka kemungkinan masih diadakan di Singapura pada tanggal yang sama, 12 Juni, dan jika perlu diperpanjang melampaui tanggal tersebut," cuit Trump di akun Twitter @realDonaldTrump.
Sebelumnya pada hari Kamis waktu setempat (24/5/2018), Gedung Putih merilis surat resmi dari Presiden Trump yang ditujukkan bagi Kim Jong Un. Setelah memuji Kim Jong Un atas waktu, kesabaran, dan usaha yang sudah ditujukan dalam negosiasi baru-baru ini dan juga dalam perbincangan mengenai pertemuan antar kedua negara, Trump mengungkapkan bahwa saat ini bukan merupakan waktu yang tepat untuk bertemu.
"Sayangnya, berdasarkan kemarahan yang luar biasa dan permusuhan yang telah anda (Kim Jong Un) tunjukkan dalam dalam pernyataan terbaru anda, saya merasa bahwa tidak pantas untuk melakukan pertemuan yang sudah lama direncanakan pada saat ini," tulis Trump dalam suratnya.
AS pun diketahui telah mengirimkan delegasinya ke Korea Utara untuk mendiskusikan pertemuan bersejarah tersebut.
"Tim kami sudah tiiba di Korea Utara untuk mengatur pertemuan antara Kim Joung Un dan saya. Saya sungguh percaya bahwa Korea Utara punya potensi luar biasa dan akan menjadi bangsa dengan kekuatan ekonomi dan keuangan yang besar. Kim Jong Un sepakat dengan saya mengenai hal ini. Ini akan terjadi!" cuit Trump 6 jam yang lalu.
Kemudian, isu perang dagang antara AS dan China bisa dikesampingkan untuk sementara waktu. Pasalnya, pencabutan sanksi bagi raksasa teknologi asal China yakni ZTE sudah semakin nyata.
Mengutip Reuters, Presiden Trump bersedia menghapus sanksi bagi ZTE dengan sejumlah syarat. Dengan begitu, nantinya ZTE akan kembali bisa membeli komponen-komponen yang diperlukan dari perusahaan asal AS. Sebagai catatan, memang pencabutan sanksi bagi ZTE merupakan salah satu permintaan dari pihak China sebelum melakukan perbincangan lebih lanjut dalam hal perdagangan.
Jika pada akhirnya dua perekonomian terbesar di dunia itu bisa mencapai titik temu dalam hal perdagangan, tentunya perekonomian Indonesia bisa terbebas dari salah satu risiko yang ditakutkan oleh pelaku pasar, yaitu menurunnya ekspor ke AS dan China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular