Perry Warjiyo Janji Stabilkan Rupiah, IHSG Meroket 2,38%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 May 2018 12:38
IHSG meroket hingga 2,38% ke level 5.930,13. Penguatan IHSG terjadi kala mayoritas bursa saham kawasan Asia diperdagangkan di zona merah.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket hingga 2,38% ke level 5.930,13. Penguatan IHSG terjadi kala mayoritas bursa saham kawasan Asia diperdagangkan di zona merah: indeks Nikkei turun 1,26%, indeks Shanghai turun 0,04%, indeks Kospi turun 0,25%, indeks SET (Thailand) turun 0,82%, dan indeks KLCI (Malaysia) turun 1,21%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,9 triliun dengan volume sebanyak 5,05 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 256.518 kali.

Seluruh sektor saham kompak diperdagangkan menguat, dengan sektor jasa keuangan (+2,83%) berkontribusi paling banyak bagi kenaikan IHSG. Sektor ini menyumbang hingga 46,2 poin dari total kenaikan IHSG yang sebesar 138,1 poin.

Penguatan sektor jasa keuangan ditopang oleh kenaikan harga saham-saham bank BUKU IV yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+6,6%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+4,86%), PT Bank CIMB Niaga/BNGA (+4,1%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+2,5%), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+1,48%).

Pelaku pasar nampak mengapresiasi pernyataan Perry Warjiyo selaku Gubernur BI yang baru yang siap meredam gejolak nilai tukar rupiah. Sebelumnya, Perry dipandang sebagai sosok yang pro growth ketimbang pro stability pasca pernyataannya di hadapan anggota DPR saat uji kepatutan dan kelayakan. Hal tersebut membuat pelaku pasar takut. Pasalnya, jika ekonomi dipaksa berlari terlalu kencang, hal ini bisa berbalik menjadi bumerang.

"Prioritas saya di BI dalam jangka pendek ini perkuat langkah stabilitas rupiah dalam jangka pendek," kata Perry di Gedung MA pasca pelantikannya, Kamis (24/5/2018).

Perry pun kini mendeklarasikan dirinya sebagai seseorang yang pro stability dan pro growth.

"Saya adalah pro stability dan pro growth," imbuh Perry.

Ia menyampaikan ada lima instrumen yang diprioritaskan untuk mendukung dua kebijakan pro growth dan pro stability tersebut. Namun, satu instrumen akan difokuskan untuk menjaga stabilitas.

Walaupun tak menjelaskan secara lebih lanjut instrumen apa yang akan difokuskan untuk menjaga stabilitas nilai tukar, hal tersebut telah cukup untuk menenangkan pelaku pasar. Sampai dengan siang hari ini, rupiah menguat 0,3% di pasar spot ke level Rp 14.160/dolar AS.

Seiring dengan penguatan rupiah, investor asing pun membukukan beli bersih senilai Rp 395,6 miliar. Saham-saham yang paling banyak diburu investor asing diantaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 206,73 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 49,14 miliar), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 38,57 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 30,36 miliar), PT M Cash Integrasi Tbk/MCAS (Rp 28,35 miliar).

Sentimen dari dalam negeri tersebut cukup untuk mengalahkan derasnya sentimen perang dagang yang membuat bursa saham Asia berguguran. Kemarin (23/5/2018), Presiden AS Donald Trump kembali menyuarakan pesimismenya terkait dengan perundingan dagang dengan China.

"Kesepakatan dagang kami dengan China berjalan dengan baik. Akan tetapi, pada akhirnya mungkin kita butuh struktur yang baru karena yang sekarang sulit untuk dijalankan," tegas Trump dalam cuitannya melalui akun Twitter @realDonaldTrump.

Sebelumnya pada hari Selasa (22/5/2018), World Trade Organization (WTO) mengumumkan bahwa Jepang, Rusia, dan Turki telah memberitahu AS mengenai potensi penerapan bea masuk bagi produk ekspor asal AS sebagai balasan pengenaan bea masuk atas baja dan aluminium yang terlebih dahulu diberlakukan Negeri Paman Sam.

Secara total, akan ada tambahan bea masuk senilai US$ 3,5 miliar setiap tahunnya yang harus dibayar oleh eksportir asal AS jika aksi balas dendam ini jadi dilakukan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(roy) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular