China Siap Intervensi Pasar, Harga Batu Bara Melunak

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
24 May 2018 12:25
Didukung intervensi Pemerintah China untuk menstabilkan harga batu bara domestik, serta perkembangan perang dagang antar Amerika Serikat (AS)-China.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka ditutup melemah 0,43% ke US$104,75/ton pada perdagangan hari Rabu (22/5), didukung intervensi Pemerintah China untuk menstabilkan harga batu bara domestik, serta perkembangan perang dagang antar Amerika Serikat (AS)-China yang kurang positif.

Dengan capaian tersebut, harga batu bara memutus tren penguatan selama 4 hari berturut-turut, dan gagal memperpanjang rekor tertingginya sejak akhir Februari 2018 lalu.

China Siap Intervensi Pasar, Harga Batu Bara MelunakFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Perang dagang AS vs China berpotensi untuk meletus kembali. Presiden AS Donald Trump berulah dengan menyebut dirinya kurang puas dengan perkembangan negosiasi dagang dengan Beijing.

"Tidak, tidak terlalu," ujar Trump menjawab pertanyaan wartawan mengenai apakah dirinya puas terhadap proses negosiasi perdagangan dengan China. Namun, mantan taipan properti tersebut menambahkan bahwa pembicaraan dengan China baru tahap awal sehingga masih ada peluang perbaikan ke depan.

Meski begitu, komentar Trump dianggap sudah merefleksikan bahwa negosiasi antar kedua pihak sejatinya tak berjalan mulus. Ada banyak ketidaksepahaman yang bisa berujung pada pemberlakuan kembali bea masuk yang sebelumnya sudah ditangguhkan.

Situasi diperkeruh dengan sejumlah negara yang kini berpotensi meluncurkan serangan balasan ke AS. Kemarin, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengumumkan bahwa Jepang, Rusia, dan Turki telah memberitahu AS mengenai potensi penerapan bea masuk bagi produk ekspor asal Negeri Paman Sam.

Hal tersebut dilakukan sebagai respons pengenaan bea masuk atas baja dan aluminium yang terlebih dahulu diberlakukan AS. Secara total, akan ada tambahan bea masuk senilai US$3,5 miliar setiap tahunnya yang harus dibayar oleh eksportir asal AS jika aksi balas dendam ini jadi dilakukan.

Perkembangan ini lantas menjadi pemberat bagi harga batu bara. Pasalnya, jika skala perang dagang AS-China memanas lagi, maka dikhawatirkan akan memengaruhi arus perdagangan global (termasuk perdagangan komoditas batu bara), mengingat kedua negara ini adalah perekonomian terbesar di dunia.

Faktor lainnya yang menyuntikkan energi negatif bagi pergerakan harga batu bara adalah kabar bahwa Pemerintah Negeri Tirai Bambu siap menstabilkan harga batu bara domestik dan memperkuat pasokan, seperti dikutip dari laporan konsultan energi Fenwei Energy Information Services.

Pekan lalu, lembaga perencanaan China, National Development and Reform Commission (NDRC) menyatakan akan mengambil setidaknya 9 langkah untuk menggiring harga pasar ke rentang yang rasional, di antaranya menggenjot produksi, meningkatkan kapasitas rel angkutan, pengurangan konsumsi, memastikan kontrak jangka panjang, serta memperkuat supervisi dan operasi bersama antara sektor batu bara dan tenaga listrik.

Harga batu bara China memang meningkat pesat beberapa waktu belakangan, didorong oleh menipisnya stok batu bara di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu. Mengutip data China Coal Resource, stok batu bara per 21 Mei 2018 di 6 pembangkit listrik utama China menurun ke kapasitas 17 hari penggunaan, atau setara dengan 12,88 juta ton. Angka itu merupakan level terendah sejak 9 Februari lalu.

Hal ini disebabkan oleh kuatnya konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik di Negeri Panda seiring datangnya periode heatwave (cuaca panas) ke dataran China, sehingga meningkatkan intensitas penggunaan listrik untuk alat pendingin ruangan.

Kuatnya konsumsi China ini lantas menyebabkan permintaan impor melonjak, meski ada kebijakan pembatasan impor di sejumlah pelabuhan utama. Sebagai informasi, impor batu bara China meningkat 8,3% week to-week (WtW) ke angka 3,02 juta ton, dalam sepekan hingga tanggal 21 Mei. Sementara itu, ekspor batu bara dari Australia juga menguat 9,7% WtW di periode yang sama.

Meski demikian, momentum ini nampaknya akan hilang kala 9 langkah yang disiapkan Pemerintah China dapat berjalan dengan efektif. Sentimen ini lantas mendorong harga batu bara bergerak melemah kemarin.

Dari bursa domestik, pergerakan emiten sub-sektor batu bara mayoritas masih berada di zona hijau. Pada penutupan perdagangan IHSG sesi I hari ini, harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menguat 1,57% ke level 258, dan PT. United Tractors Tbk (UNTR) naik 1,85% ke 37.100, PT. Indika Energy Tbk (INDY) tumbuh 0,54% ke 3.750, dan PT. Adaro Energy Tbk (ADRO) melambung 0,55% ke level 1.835.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(hps) Next Article China Serap Batu Bara Australia, Harga Berangsur Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular