Newsletter

Celetukan Trump Bikin Pasar Gugup

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 May 2018 05:51
Celetukan Trump Bikin Pasar Gugup
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat pada perdagangan kemarin. Maraknya sentimen positif membuat IHSG bisa berbalik arah setelah terkoreksi pada awal pekan.

Kemarin, IHSG ditutup menguat 0,3%. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,3 triliun dengan volume sebanyak 11,6 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah 404.904 kali.

IHSG sempat mencapai titik tertingginya di 5.813,43 (+1,39%) sebelum kemudian berangsur-angsur turun. Aksi jual investor asing yang masih deras merupakan faktor utama yang membuat IHSG harus merelakan sebagian besar penguatan yang sudah diraih. Kemarin, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 354 miliar.

Dari sisi eksternal, kondisi terbilang kondusif bagi IHSG untuk membukukan penguatan. Amerika Serikat (AS) dan China dikabarkan sedang mendekati kesepakatan untuk mencabut sanksi bagi ZTE, seperti dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, ZTE dilarang membeli komponen dari perusahaan asal AS selama 7 tahun karena mengirimkan produknya ke Iran dan Korea Utara secara ilegal. Sebagai imbalan penghapusan larangan tersebut, ZTE akan membuat perubahan besar dalam manajemen, susunan pengurus perusahaan, dan harus membayar denda.

Di sisi lain, Kementerian Keuangan China juga mengatakan akan memotong bea masuk untuk beberapa kendaraan menjadi 15%. Turun sekitar 25% dari tarif saat ini.

AS dan China yang sudah saling membuka diri menjadi tonggak penting untuk mengakhiri perang dagang antara dua kekuatan ekonomi raksasa ini. Jika kesepakatan terus terjadi, maka sentimen perang dagang akan punah dan pelaku pasar bisa menghembuskan nafas lega. Setidaknya satu risiko besar akan hilang.

Sementara bursa regional berakhir variatif. Indeks Shanghai Composite naik 0,02%, Kospi menguat 0,2%, tetapi Nikkei 225 0,18% dan Straits Times melemah 0,14%.

Dari Wall Street, tiga indeks saham utama mengalami koreksi. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,72%, S&P 500 melemah 0,31%, dan Nasdaq berkurang 0,21%. 

Setelah kemarin menjadi sentimen positif, hari ini perkembangan dialog perdagangan AS-China justru menjadi penyebab koreksi di Wall Street. Hal ini dipicu oleh komentar Presiden AS Donald Trump yang menyatakan kurang puas dengan perkembangan negosiasi tersebut.

“Tidak, tidak terlalu,” ujar Trump menjawab pertanyaan wartawan mengenai apakah dirinya puas terhadap perkembangan negosiasi perdagangan dengan Beijing. Namun eks pembawa acara reality show The Apprentice itu menambahkan bahwa pembicaraan dengan China baru tahap awal sehingga masih ada peluang perbaikan ke depan.

Meski begitu, komentar Trump sudah cukup untuk menimbulkan kekhawatiran di pasar. Ternyata perundingan dagang AS-China tidak semulus yang diduga, karena masih banyak kerikil yang menjadi penghalang.

Tidak hanya soal perdagangan, komentar Trump soal perkembangan pembicaraan dengan Korea Utara pun membuat pasar cemas. Trump dijadwalkan untuk bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura pada 12 Juni mendatang, tetapi ada kemungkinan dibatalkan.

“Ada peluang besar itu tidak akan terjadi (pertemuan dengan Kim), dan itu tidak masalah. Mungkin ini tidak akan terjadi pada 12 Juni, tetapi bukan berarti tidak akan pernah. Tetap ada peluang kami akan bertemu,” tutur Trump.

Trump menambahkan, keputusan pasti soal pertemuan dengan Korea Utara akan dikeluarkan secepatnya. “Korea Utara punya peluang untuk menjadi negara besar, dan mereka seharusnya mengambil peluang itu,” ujarnya.

Pernyataan ini lagi-lagi menimbulkan ketidakpastian. Pelaku pasar yang sudah punya harapan tinggi terhadap perdamaian di Semenanjung Korea kini harus menelan pil pahit. Ternyata potensi gesekan di kawasan tersebut masih ada, karena ketegangan dengan Korea Utara belum terselesaikan.

“Kami mendapatkan sinyal yang bervariasi (mixed) dari pemerintah, semua orang menjadi sedikit cemas. Investor sedang dalam kondisi menerima kabar apa pun, meski belum jelas, dan menambahkannya dengan sedikit garam sehingga menjadi dramatis,” ujar Michael O'Rourke, Chief Market Strategist di JonesTrading yang berbasis di Connecticut, seperti dikutip Reuters.

Selain api perang dagang  dan Korea Utara yang belum sepenuhnya padam, Wall Street juga terbeban oleh koreksi saham Facebook. Penyebabnya adalah pasar merespons negatif testimoni CEO Facebook Mark Zuckerberg di depan parlemen Eropa untuk meminta maaf atas kebocoran data beberapa waktu lalu.


Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mewaspadai koreksi Wall Street. Biasanya performa Wall Street akan memberi warna kepada bursa Asia, termasuk Indonesia.

Pelaku pasar juga perlu mencermati perkembangan pembicaraan dagang AS-China. Dikhawatirkan komentar Trump yang kurang puas dengan perkembangan negosiasi bisa memantik emosi pihak China. Jika situasi kembali memanas, maka ‘gencatan senjata’ dalam perang dagang akan selesai dan kedua negara kembali saling serang dengan menaikkan tarif bea masuk.

Perang dagang adalah salah satu risiko besar yang dipantau oleh investor. Oleh karena itu, arah negosiasi yang sedang kurang bagus bisa menjadi pemberat bagi penguatan bursa saham Asia, yang bisa saja menular sampai ke Indonesia.

Perkembangan kurang enak di seputar rencana pertemuan AS-Korea Utara juga bisa menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Apalagi kemudian isu ini juga menyeret nama China. Trump menduga sikap Kim Jong Un yang kembali keras kepada AS terjadi setelah Sang Pemimpin Tercinta bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.

“Presiden Xi adalah pemain poker kelas dunia,” ujar Trump dengan nada menyindir.

Bukan tidak mungkin Beijing juga akan panas mendengar celetukan Trump tersebut. Apabila China kemudian ikut campur dengan nada emosi, maka situasi bisa dipastikan semakin runyam. Pertaruhannya adalah perdamaian di Semenanjung Korea.

Sementara dari dalam negeri, belum ada sentimen atau rilis data yang bisa menggerakkan pasar. Namun masih patut dicermati bagaimana respons pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 days reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5%.

Meski kenaikan ini sudah dieksekusi Kamis pekan lalu, tetapi dampaknya sangat minim (bila tidak mau dibilang hampir nihil). Suku bunga acuan selalu tidak mampu memberi warna dominan di pasar, selalu tertutup oleh sentimen eksternal.

Bahkan ada anggapan bahwa pasar agak merespons negatif kenaikan suku bunga acuan. Pasalnya, kebijakan ini ditempuh di tengah perekonomian Indonesia yang sebenarnya masih membutuhkan dukungan suku bunga.

Dalam kondisi suku bunga acuan yang lebih rendah seperti kemarin saja, pertumbuhan kredit baru di kisaran 8%. Jika suku bunga kredit naik akibat kenaikan suku bunga acuan, maka konsumen dan pelaku usaha akan berpikir ribuan kali sebelum mengajukan pinjaman ke bank. Akibatnya, profitabilitas bank dipertaruhkan.

Bisa jadi persepsi itu yang mendorong aksi jual investor asing terhadap saham-saham perbankan pada perdagangan kemarin. BBRI dilepas Rp 186,4 miliar, BMRI Rp 66,8 miliar, dan BBNI Rp 55,1 miliar.

Faktor domestik yang bisa diharapkan menjadi penyokong penguatan IHSG adalah harga aset yang sepertinya sudah murah. Sejak awal tahun, IHSG sudah anjlok 9,51% sehingga membuat harga aset semakin terjangkau dan siap diborong. Bila aksi borong terjadi, maka ada harapan IHSG bergerak ke zona hijau.


Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:

  • Pidato Gubernur Reserve Bank of Australia Philip Lowe (15:00).
  • Rilis data inflasi Inggris periode April 2018 (15:30).
  • Rilis data cadangan minyak mentah AS dalam sepekan hingga tanggal 18 Mei (21:30).

Investor juga perlu mencermati agenda perusahaan yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:

Perusahaan

Jenis Kegiatan

Waktu

PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST)

RUPS Tahunan

09:00

PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST)

RUPS Tahunan

09:00

PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI)

RUPS Tahunan

09:30

PT Betonjaya Manunggal Tbk (BTON)

RUPS Tahunan

09:30

PT Trans Power Marine Tbk (TPMA)

RUPS Tahunan

09:30

PT Buana Finance Tbk (BBLD)

RUPS Tahunan

10:00

PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA)

RUPS tahunan

10:00

PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR)

RUPS Tahunan

10:00

PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR)

RUPS Tahunan

10:00

PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI)

RUPS Tahunan

10:00

PT Ever Shine Tex Tbk (ESTI)

RUPS Tahunan

11:00

PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS)

RUPS Tahunan

11:00

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

RUPS Tahunan

11:30

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)

RUPS Tahunan

13:00

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

RUPS Tahunan

14:00

PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA)

RUPS Tahunan

14:00

PT Bumi Citra Permai Tbk (BCIP)

RUPS Tahunan

14:00

PT Harum Energy Tbk (HRUM)

RUPS Tahunan

15:30


Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama: 

Indeks

Close

% Change

% YTD

IHSG

5,751.12

0.30

(9.51)

LQ45

911.84

0.54

(15.52)

DJIA

24,834.41

(0.72)

0.47

CSI300

3,906.48

(0.38)

(3.09)

Hang Seng

31,234.35

0.60

4.40

Nikkei 225

22,960.34

(0.18)

0.86

Straits Times

3,543.18

(0.14)

4.12


Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang: 

Mata Uang

 Close

% Change

 % YoY

USD/IDR

14,133.00

(0.33)

6.65

EUR/USD

1.18

(0.07)

5.42

GBP/USD

1.34

0.06

3.70

USD/CHF

0.99

(0.49)

1.63

USD/CAD

1.28

0.25

(5.22)

USD/JPY

110.81

(0.20)

(1.00)

AUD/USD

0.76

(0.01)

1.48


Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:  

Komoditas

 Close

 % Change

 % YoY

Minyak WTI (USD/barel)

72.07

(0.21)

40.03

Minyak Brent (USD/barel)

79.46

0.28

46.74

Emas (USD/troy ons)

1,292.18

(0.03)

3.31

CPO (MYR/ton)

2,460.00

1.11

(14.49)

Batu bara (USD/ton)

103.35

(0.72)

39.00

Tembaga (USD/pound)

3.10

0.76

19.53

Nikel (USD/ton)

14,688.50

0.00

57.92

Timah (USD/ton)

20,700.00

(0.39)

0.98

Karet (JPY/kg)

183.50

0.00

(43.19)

Kakao (USD/ton)

2,615.00

(2.35)

29.39


Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara: 
 

Tenor

 Yield (%)

 5Y

7.05

10Y

7.49

15Y

7.96

20Y

8.03

30Y

7.95

 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: 
 

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q I-2018 YoY)

5.06%

Inflasi (April 2018 YoY)

3.41%

Defisit anggaran (APBN 2018)

-2.19% PDB

Transaksi berjalan (Q I-2018)

-2.15% PDB

Neraca pembayaran (Q I-2018)

-US$ 3.85 miliar

Cadangan devisa (April 2018)

US$ 124.9 miliar


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular