
BI: The Fed Bisa Naikkan Bunga 4 Kali Tahun Ini
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
22 May 2018 14:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunganya lebih cepat dari perkiraan tahun ini.
Banyak pelaku pasar begitu juga bank sentral berbagai negara di dunia memprediksikan The Fed akan menaikkan suku bunganya tiga kali hingga akhir tahun.
Ketika menanggapi pertanyaan wartawan mengenai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat menembus Rp 14.200/US$, Agus masih optimistis perekonomian Indonesia tetap baik bila dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang dicatatkan di kuartal I-2018.
"Kalau ada defisit, ada faktor di Lebaran. Dan ada perubahan dari The Fed, mungkin AS akan naikkanya rate-nya tiga kali lagi. Jadi, bukan dua kali lagi, tapi empat kali [secara total hingga akhir tahun]," ujar Agus usai menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (22/5/2018).
Kenaikan suku bunga acuan The Fed itu, menurut Agus, akan membuat instrumen investasi di AS menjadi lebih menarik bagi investor.
Hal ini dikhawatirkan oleh banyak pengamat akan menyebabkan arus keluar modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Data BI menunjukkan rupiah telah melemah 4,53% terhadap dolar AS hingga 21 Mei. Namun, rupiah tidak melemah sendirian. Rupee India tercatat melemah 6,7%, lira Turki terdepresiasi 20%, sementara real Brasil anjlok 12,8% di periode yang sama.
"Ini adalah dinamika tapi kita lihat ekonomi Indonesia, khususnya konsumsi dan investasi semuanya menunjukkan perbaikan, tapi impornya lebih tinggi," kata Agus.
Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan defisit US$1,63 miliar di bulan April, terdalam sejak April 2014.
Nilai impor selama periode tersebut mencapai US$16,09 miliar, atau tumbuh 34,68% dari periode sama tahun lalu. Sementara itu, nilai ekspor tercatat hanya US$14,47 miliar sehingga tidak mampu mengkompensasi lonjakan impor di April 2018.
(prm/dru) Next Article Gubernur BI : Fluktuasi Rupiah Masih Dalam Tahap Wajar
Banyak pelaku pasar begitu juga bank sentral berbagai negara di dunia memprediksikan The Fed akan menaikkan suku bunganya tiga kali hingga akhir tahun.
Ketika menanggapi pertanyaan wartawan mengenai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat menembus Rp 14.200/US$, Agus masih optimistis perekonomian Indonesia tetap baik bila dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang dicatatkan di kuartal I-2018.
Kenaikan suku bunga acuan The Fed itu, menurut Agus, akan membuat instrumen investasi di AS menjadi lebih menarik bagi investor.
Hal ini dikhawatirkan oleh banyak pengamat akan menyebabkan arus keluar modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Data BI menunjukkan rupiah telah melemah 4,53% terhadap dolar AS hingga 21 Mei. Namun, rupiah tidak melemah sendirian. Rupee India tercatat melemah 6,7%, lira Turki terdepresiasi 20%, sementara real Brasil anjlok 12,8% di periode yang sama.
"Ini adalah dinamika tapi kita lihat ekonomi Indonesia, khususnya konsumsi dan investasi semuanya menunjukkan perbaikan, tapi impornya lebih tinggi," kata Agus.
Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan defisit US$1,63 miliar di bulan April, terdalam sejak April 2014.
Nilai impor selama periode tersebut mencapai US$16,09 miliar, atau tumbuh 34,68% dari periode sama tahun lalu. Sementara itu, nilai ekspor tercatat hanya US$14,47 miliar sehingga tidak mampu mengkompensasi lonjakan impor di April 2018.
(prm/dru) Next Article Gubernur BI : Fluktuasi Rupiah Masih Dalam Tahap Wajar
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular