Bunga Acuan BI Perlu Naik Lagi untuk Kuatkan Rupiah

Gita Rossiana, CNBC Indonesia
21 May 2018 13:07
Sudah empat hari setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps).
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah empat hari setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Sayangnya, nilai tukar rupiah belum menunjukkan tanda-tanda penguatan bahkan melemah terhadap dolar AS hingga mendekati Rp 14.200/US$ pada pembukaan perdagangan pekan ini.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja mengungkapkan dirinya memang memiliki kekhawatiran nilai tukar rupiah belum bisa menguat dengan peningkatan 25 bps tersebut.

"Saya khawatir, kurs belum cukup bisa dijinakkan," ujar dia kepada CNBC Indonesia seperti dikutip Senin, (21/5/2018).

Jahja menilai, suku bunga acuan BI perlu meningkat lagi seiring dengan adanya peningkatan risiko global. "Juni, kalau Fed Rate naik, maka bunga (acuan) juga harus naik lagi," ucap dia.

Adapun besaran peningkatan suku bunga acuan tersebut adalah 25 bps lagi sehingga BI 7 days reverse repo rate akan berada di angka 4,75%.

Di sisi lain, Presiden Direktur PT Bank Mayapada International Tbk Hariyono Tjahjarijadi mengungkapkan, pelemahan rupiah yang ada saat ini terjadi karena permasalahan global. Sehingga seharusnya tidak menjadi permasalahan.

"Kita harusnya berpikir positif dan berharap ini (kondisi) akan settle down," ujar dia. Hariyono melanjutkan, dampak dari peningkatan suku bunga acuan ini tidak bisa terlihat hari ini, namun harus menunggu setidaknya satu minggu ke depan.

"(Dampaknya) sekitar seminggu ke depan. Harus percaya apapun yang dilakukan BI dan OJK sudah tepat, tinggal bagaimana respons pasar," terang dia.

Kemudian, Direktur Treasury dan International Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi menjelaskan, faktor nilai tukar saat ini sangat dipengaruhi kondisi global yang membuat rupiah melemah. Pasalnya, mata uang beberapa negara lain juga mengalami hal yang sama.

Untuk pasar domestik, menurut Darmawan, perlu juga dilihat stabilitas dengan terjaganya likuiditas rupiah. Bahkan BI sudah merencanakan untuk menambah frekuensi swap untuk menjaga kecukupan supply rupiah.

"Saat ini belum ada concern terhadap suku bunga acuan mengingat keputusan RDG sudah cukup RDG membuat pasar domestik tenang," ucap dia.

Sementara itu, Chief Economist Bank Mandiri Anton Gunawan mengungkapkan, peningkatan suku bunga acuan diprediksi akan naik dua kali sampai akhir 2018. Setelah peningkatan pada RDG 17 Mei lalu, maka ada peluang peningkatan 25 bps lagi pada kuartal berikutnya.

"Perkirakan kami di kuartal berikutnya, akan naik 25 bps lagi, sehingga 50 bps karena upiah sendiri masih sekarang ini undervalued banget," ucap dia.

(dru) Next Article Tahan Bunga Acuan 6%, BI Keluarkan 6 Kebijakan 'Akomodatif'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular