
Pekan Lalu, Rupiah Juga Keok di Hadapan Mata Uang Tetangga
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
20 May 2018 17:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sedang mengalami masa yang cukup berat sepekan terakhir. Bagaimana tidak, setelah terpuruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah pun terpuruk di hadapan mata uang negara-negara di kawasan Asia hingga Eropa.
Selain sentimen global terutama dari AS, kondisi domestik dari masing-masing negara juga ikut menjadi sebab penting kalahnya rupiah terhadap mata uang negara-negara mitra dagang tersebut.
Keterangan: (+): Apresiasi, (-): Depresiasi
Pekan lalu, rupiah paling keok terhadap dolar Australia, disusul dolar Singapura serta ringgit Malaysia. Tidak hanya di kawasan Asia Pasifik, rupiah pun terseok-seok sampai daratan Eropa. Nasib rupiah hanya lebih baik di hadapan mata uang euro, itu pun ditunjang kondisi perekonomian di kawasan tersebut yang sedang lesu sehingga mendorong mata uang domestik ikut melemah.
Selain faktor dari kuatnya ekonomi AS, faktor domestik juga memiliki peran besar yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara-negara tersebut. Pekan ini, rupiah menghadapi cobaan bertubi-tubi, mulai dari situasi keamanan Indonesia yang kurang stabil seiring adanya peristiwa pengeboman di Surabaya hingga rilis data terbaru Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) yang mencatatkan defisit terdalam sejak April 2014.
Jika dibandingkan dengan negara-negara tertangga seperti Singapura, sentimen penguatan mata uangnya dibantu oleh rilis data terbaru pertumbuhan ekspor non-migas mereka yang tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya secara tahunan (year-on-year/ yoy). Adanya peningkatan ekspor artinya aliran devisa yang masuk semakin besar sehingga mendorong dolar Singapura menguat.
Lain Singapura, lain lagi di Australia. Sentimen penguatan mata uang negara tersebut datang dari naiknya harga komoditas ekspor andalan mereka, yaitu bijih besi. Data Kementerian Perdagangan Australia tahun 2016-2017 merilis data bahwa bijih besi memiliki pangsa pasar ekspor mencapai 16% dari total keseluruhan ekspor negeri kangguru. Naiknya harga komoditas tersebut artinya menambah pundi-pundi devisa yang menjadi sentimen penguatan dolar Australia.
Contoh lain adalah ringgit Malaysia. Penguatan mata uang Negeri Jiran tersebut tidak lepas dari kondisi perekonomian dalam negeri pasca-pemilihan umum awal pekan lalu. Terpilihnya Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri yang baru menggantikan Najib Razak memang sempat membawa kekhawatiran bagi investor, terutama setelah Mahathir mengungkapkan rencana mengurangi kerja sama dengan negara-negara tertentu, seperti China.
Namun, ketakutan tersebut mereda seiring dengan kemungkinan rencana tersebut tidak jadi dilakukan. Akibatnya ringgit pun bergerak menguat terhadap rupiah.
Di kawasan Eropa, sentimen penguatan poundsterling datang dari pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Inggris. Pergerakan imbal hasil negara terrsebut dalam beberapa hari terakhir mengalami penurunan. Sampai hari Jumat kemarin, tingkat imbal hasil berada di kisaran 1,552% atau turun 0,01% dibandingkan hari sebelumnya. Adanya penurunan tersebut berarti aliran modal yang masuk semakin tinggi.
Berbeda dengan Indonesia yang dalam beberapa hari terakhir pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah terus bergerak naik. Sampai Jumat kemarin, yield obligasi negara berada di kisaran 7,260% atau naik 0,26% dibandingkan hari sebelumnya. Kenaikan ini berarti minat investor untuk membeli obligasi tersebut sedang lesu. Situasi yang saling kontradiktif ini membuat poundsterling jauh lebih perkasa dibanding rupiah.
Satu-satunya berita baik adalah kemenangan rupiah di hadapan euro. Keperkasaan tersebut tidak lepas dari kondisi perekonomian di kawasan Uni Eropa yang sedang lesu. Setidaknya ini tergambar dari rilis data produk domestik bruto (PDB) di kuartal I-2018 secara yoy tumbuh 2,5% atau sama seperti periode sebelumnya.
Stagnansi ini mencerminkan kondisi perekonomian di kawasan tersebut sedang lesu sehingga mendorong sentimen negatif bagi mata uang euro. Pelemahan yang terjadi menjadi berkah bagi penguatan rupiah di hadapan euro.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article Dolar Tembus Rp 14.410, Ini Situasi Money Changer di Jakarta
Selain sentimen global terutama dari AS, kondisi domestik dari masing-masing negara juga ikut menjadi sebab penting kalahnya rupiah terhadap mata uang negara-negara mitra dagang tersebut.
Mata Uang | Bid terakhir | Change (%) |
Ringgit Malaysisa | 3.556,87 | -0,71 |
Dolar Singapura | 10.535,33 | -0,79 |
Yuan China | 2.216,76 | -0,67 |
Dolar Australia | 10.628,07 | -1,13 |
Yen | 127,74 | -0,31 |
Poundsterling | 19.061,47 | -0,70 |
Euro | 16.630,00 | +0,23 |
Pekan lalu, rupiah paling keok terhadap dolar Australia, disusul dolar Singapura serta ringgit Malaysia. Tidak hanya di kawasan Asia Pasifik, rupiah pun terseok-seok sampai daratan Eropa. Nasib rupiah hanya lebih baik di hadapan mata uang euro, itu pun ditunjang kondisi perekonomian di kawasan tersebut yang sedang lesu sehingga mendorong mata uang domestik ikut melemah.
Selain faktor dari kuatnya ekonomi AS, faktor domestik juga memiliki peran besar yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara-negara tersebut. Pekan ini, rupiah menghadapi cobaan bertubi-tubi, mulai dari situasi keamanan Indonesia yang kurang stabil seiring adanya peristiwa pengeboman di Surabaya hingga rilis data terbaru Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) yang mencatatkan defisit terdalam sejak April 2014.
Jika dibandingkan dengan negara-negara tertangga seperti Singapura, sentimen penguatan mata uangnya dibantu oleh rilis data terbaru pertumbuhan ekspor non-migas mereka yang tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya secara tahunan (year-on-year/ yoy). Adanya peningkatan ekspor artinya aliran devisa yang masuk semakin besar sehingga mendorong dolar Singapura menguat.
Lain Singapura, lain lagi di Australia. Sentimen penguatan mata uang negara tersebut datang dari naiknya harga komoditas ekspor andalan mereka, yaitu bijih besi. Data Kementerian Perdagangan Australia tahun 2016-2017 merilis data bahwa bijih besi memiliki pangsa pasar ekspor mencapai 16% dari total keseluruhan ekspor negeri kangguru. Naiknya harga komoditas tersebut artinya menambah pundi-pundi devisa yang menjadi sentimen penguatan dolar Australia.
Contoh lain adalah ringgit Malaysia. Penguatan mata uang Negeri Jiran tersebut tidak lepas dari kondisi perekonomian dalam negeri pasca-pemilihan umum awal pekan lalu. Terpilihnya Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri yang baru menggantikan Najib Razak memang sempat membawa kekhawatiran bagi investor, terutama setelah Mahathir mengungkapkan rencana mengurangi kerja sama dengan negara-negara tertentu, seperti China.
Namun, ketakutan tersebut mereda seiring dengan kemungkinan rencana tersebut tidak jadi dilakukan. Akibatnya ringgit pun bergerak menguat terhadap rupiah.
Di kawasan Eropa, sentimen penguatan poundsterling datang dari pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Inggris. Pergerakan imbal hasil negara terrsebut dalam beberapa hari terakhir mengalami penurunan. Sampai hari Jumat kemarin, tingkat imbal hasil berada di kisaran 1,552% atau turun 0,01% dibandingkan hari sebelumnya. Adanya penurunan tersebut berarti aliran modal yang masuk semakin tinggi.
Berbeda dengan Indonesia yang dalam beberapa hari terakhir pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah terus bergerak naik. Sampai Jumat kemarin, yield obligasi negara berada di kisaran 7,260% atau naik 0,26% dibandingkan hari sebelumnya. Kenaikan ini berarti minat investor untuk membeli obligasi tersebut sedang lesu. Situasi yang saling kontradiktif ini membuat poundsterling jauh lebih perkasa dibanding rupiah.
Satu-satunya berita baik adalah kemenangan rupiah di hadapan euro. Keperkasaan tersebut tidak lepas dari kondisi perekonomian di kawasan Uni Eropa yang sedang lesu. Setidaknya ini tergambar dari rilis data produk domestik bruto (PDB) di kuartal I-2018 secara yoy tumbuh 2,5% atau sama seperti periode sebelumnya.
Stagnansi ini mencerminkan kondisi perekonomian di kawasan tersebut sedang lesu sehingga mendorong sentimen negatif bagi mata uang euro. Pelemahan yang terjadi menjadi berkah bagi penguatan rupiah di hadapan euro.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article Dolar Tembus Rp 14.410, Ini Situasi Money Changer di Jakarta
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular