
Investor Pemula Sebaiknya Pilih Saham Barang Konsumsi & Bank
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
19 May 2018 15:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor pemula seperti milenial sebaiknya memulai bermain saham dengan memilih sektor yang berisiko rendah.
Itu yang dikatakan Rya Filbert, praktisi pasar saham, usai dirinya berbicara kepada ratusan milenial dalam program Capital Market Internship 2018 yang digelar Bursa Efek Indonesia.
Ryan mengatakan saat ini ada banyak investor saham pemula yang tidak mau bersabar akhirnya memperoleh kerugian yang besar.
"Untuk pemula, pilih sektor yang defensif, seperti consumer [barang konsumsi] dan perbankan. Jangan langsung pilih sektor seperti pertambangan yang high risk," ujar Ryan pada seminar Capital Market Internship Program, di Bursa Efek Indonesia, Sabtu (19/5/2018).
Ryan mengatakan sektor defensif adalah hal yang bagus bagi investor pemula. Dia kemudian menganalogikannya dengan mengajari orang mengendarai mobil pertama kali.
Menurutnya, tidak mungkin orang yang baru belajar mengendarai mobil langsung belajar di turunan, tikungan, atau di tempat yang sangat ramai.
"Nah sama, ketika kita belajar saham, kita tidak bisa tiba-tiba langsung di tempat yang berbahaya, yaitu di second liner, yang volumenya kecil pula. Jadi ambil saja yang gampang, saham-saham bank besar, manufaktur yang besar, consumer yang besar, itu dulu. Seiring dia sudah bisa, terserah dia mau ngegas, itu suka-suka dia. Tapi pertama kali mencoba jangan ngebut supaya nggak nabrak. Karena [banyak investor] yang sudah pengalaman pun, kalau disertai keserakahan, nabrak juga," jelasnya kepada CNBC Indonesia.
Ryan juga menekankan pentingnya investor saham pemula memiliki ilmu teori yang cukup mengenai fundamental pasar, sebelum terjun ke lantai bursa.
"Fundamental harus tetap menggunakan percentage of winning. Kalau anda masuk ke pasar tanpa dasar ilmu yang jelas, tidak paham dengan apa yang anda lakukan, anda pasti rugi," tambahnya.
Dia juga mengatakan bahwa trading style dan pola investasi setiap orang berbeda-beda. Fluktuasi harga yang ada dalam pasar modal disebabkan ada orang-orang yang memiliki pandangan berbeda dalam satu wadah yang sama.
"Banyak yang rugi karena tidak mempelajari statistik trading. Orang yang panik saat harga sedang jatuh sebenarnya tidak paham trading mereka dan tidak paham apa yang mereka lakukan," katanya kepada peserta seminar.
(ray/ray) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Itu yang dikatakan Rya Filbert, praktisi pasar saham, usai dirinya berbicara kepada ratusan milenial dalam program Capital Market Internship 2018 yang digelar Bursa Efek Indonesia.
Ryan mengatakan saat ini ada banyak investor saham pemula yang tidak mau bersabar akhirnya memperoleh kerugian yang besar.
Ryan mengatakan sektor defensif adalah hal yang bagus bagi investor pemula. Dia kemudian menganalogikannya dengan mengajari orang mengendarai mobil pertama kali.
Menurutnya, tidak mungkin orang yang baru belajar mengendarai mobil langsung belajar di turunan, tikungan, atau di tempat yang sangat ramai.
"Nah sama, ketika kita belajar saham, kita tidak bisa tiba-tiba langsung di tempat yang berbahaya, yaitu di second liner, yang volumenya kecil pula. Jadi ambil saja yang gampang, saham-saham bank besar, manufaktur yang besar, consumer yang besar, itu dulu. Seiring dia sudah bisa, terserah dia mau ngegas, itu suka-suka dia. Tapi pertama kali mencoba jangan ngebut supaya nggak nabrak. Karena [banyak investor] yang sudah pengalaman pun, kalau disertai keserakahan, nabrak juga," jelasnya kepada CNBC Indonesia.
Ryan juga menekankan pentingnya investor saham pemula memiliki ilmu teori yang cukup mengenai fundamental pasar, sebelum terjun ke lantai bursa.
"Fundamental harus tetap menggunakan percentage of winning. Kalau anda masuk ke pasar tanpa dasar ilmu yang jelas, tidak paham dengan apa yang anda lakukan, anda pasti rugi," tambahnya.
Dia juga mengatakan bahwa trading style dan pola investasi setiap orang berbeda-beda. Fluktuasi harga yang ada dalam pasar modal disebabkan ada orang-orang yang memiliki pandangan berbeda dalam satu wadah yang sama.
"Banyak yang rugi karena tidak mempelajari statistik trading. Orang yang panik saat harga sedang jatuh sebenarnya tidak paham trading mereka dan tidak paham apa yang mereka lakukan," katanya kepada peserta seminar.
(ray/ray) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular