Tembus Rp 14.100/US$, Rupiah Terlemah Sejak 2015

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 May 2018 12:59
Faktor Domestik Jadi Beban Buat Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Perkembangan di dalam negeri memang kurang suportif untuk rupiah. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data neraca perdagangan periode April 2018, yang defisit US$ 1,63 miliar. Ini menjadi defisit terdalam sejak April 2014. 


Data ini membuat investor khawatir defisit transaksi berjalan (current account) pada kuartal II-2018 akan semakin dalam. Pada kuartal sebelumnya, defisit transaksi berjalan mencapai US$ 5,5% atau 2,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terparah sejak 2013. 

Ketika defisit ini semakin dalam, maka pasokan devisa dari sisi perdagangan barang dan jasa menjadi seret. Rupiah pun kehilangan pijakan untuk menguat. 


Di sisi lain, investor juga cenderung defensif karena menantikan pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) reverse repo rate esok hari. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan di 4,25%, tetapi tetap ada peluang kenaikan 25 basis poin. 


Investor sudah memiliki harapan BI akan menaikkan suku bunga. Pasalnya, Gubernur BI Agus DW Martowardojo berulang kali menyebut ruang untuk kenaikan cukup besar. 

Pasar kini menunggu realisasi dari janji BI esok hari. Jika janji itu ditepati, maka rupiah akan punya bensin untuk menguat. Namun sambil menunggu kepastian, pasar sepertinya memilih menahan diri. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular