Neraca Dagang Defisit, Rupiah Jadi yang Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 May 2018 16:41
Sentimen domestik yaitu defisit neraca perdagangan berkontribusi pada depresiasi rupiah.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan hari ini. Dolar AS pun betah berada di kisaran Rp 14.000. 

Pada Selasa (15/5/2018) pukul 16:00 WIB, US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.032. Rupiah melemah 0,48% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 

Dolar AS dibuka di Rp 13.979. Namun seiring waktu, rupiah terus bergerak melemah. Dolar AS di Rp 14.032 merupakan titik terkuat greenback untuk perdagangan hari ini. 

Neraca Dagang Defisit, Rupiah Jadi yang Terlemah di AsiaReuters
 
Seperti halnya rupiah, mata uang Asia juga cenderung melemah terhadap dolar AS. Namun rupiah masuk jajaran mata uang dengan depresiasi terdalam.  

Rupiah bahkan lagi-lagi menjadi yang terlemah di Asia. Di bawah rupiah ada rupee India yang melemah 0,43%. 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang109,87-0,20
Yuan China6,35-0,30
Won Korsel1.073,53-0,32
Dolar Taiwan29,84-0,13
Rupee India67,84-0,43
Dolar Singapura1,34-0,06
Ringgit Malaysia3,96-0,20
Peso Filipina52,41+0,09
Baht Thailand31,91-0,09
 
Keperkasaan dolar AS sulit terbendung. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama dunia, masih menguat. Saat ini penguatan indeks tersebut adalah 0,19%. 

Neraca Dagang Defisit, Rupiah Jadi yang Terlemah di AsiaReuters

Penguatan dolar AS dipicu oleh meredanya sentimen perang dagang antara Washington dan Beijing. Setelah kedatangan delegasi AS yang dipimpin Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin ke China, kedua negara intens melakukan pembahasan. Wakil Perdana Menteri China Liu He akan melakukan kunjungan balasan ke AS pada 15-19 Mei mendatang guna melakukan negosiasi perdagangan.   

Presiden AS Donald Trump juga menegaskan akan mencabut sanksi bagi ZTE, perusahaan telekomunikasi asal China. Sebelumnya, ZTE divonis bersalah oleh pengadilan Texas karena terbukti mengirimkan barang secara ilegal ke Iran dan Korea Utara. Hukuman untuk ZTE adalah tidak boleh menjual barang di AS selama 7 tahun. 

"Presiden Xi (Jinping) dan saya sedang berusaha bersama untuk membuka kembali akses bisnis bagi perusahaan pembuat ponsel pintar raksasa asal China, ZTE, dengan cepat. Terlalu banyak pekerjaan yang hilang di China. Kementerian Perdagangan sudah diinstruksikan untuk menyelesaikannya!" tegas Trump melalui akun Twitter pribadinya. 

Jika hubungan dagang kedua raksasa ini pulih, maka perbaikan ekonomi global dimungkinkan untuk berlanjut. Kekhawatiran perang dagang pun akan sirna. 

Ketika arus perdagangan lancar, maka pertumbuhan ekonomi AS pun akan membaik. Pertumbuhan ekonomi AS yang terakselerasi tentu melahirkan tekanan inflasi.  

Peningkatan ekspektasi inflasi ini membuat The Federal Reserve/The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan 13 Juni. Menurut CME Federal Funds Futures, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan The Fed 13 Juni mencapai 100%. Sebanyak 95% probabilitas untuk kenaikan 25 basis poin menjadi 1,75-2%, dan 5% kemungkinan untuk kenaikan 50 basis poin menjadi 2-2,25 basis poin. 

Perkembangan ini membuat dolar AS menguat secara global. Mata uang Asia pun tidak luput dari amukan greenback, termasuk rupiah. 

Sementara dari dalam negeri, sentimen negatif datang dari rilis data perdagangan internasional. Pada April 2018, Indonesia mengalami defisit perdagangan mencapai US$ 1,63 miliar, terdalam sejak April 2014. Ini jauh dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan surplus US$ 672 juta. 


Defisit neraca perdagangan membuat pelaku pasar menyoroti fundamental ekonomi Indonesia. Ketika defisit neraca perdagangan berlanjut, maka kemungkinan defisit di transaksi berjalan akan semakin lebar pada kuartal II-2018. Dikhawatirkan kemudian Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ikut terseret ke zona negatif, seperti yang terjadi pada kuartal I. 


Ketika NPI terus-menerus defisit, maka rupiah akan kehilangan pijakan penguatannya. Sentimen inilah yang kemudian membuat investor berbalik arah dan membuat rupiah semakin tertekan. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular