Naik Nyaris 2%, Harga Batu Bara Tembus US$104/ton

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
16 May 2018 11:19
Harga batu bara sudah mencapai titik tertingginya sejak akhir Februari 2018.
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka ditutup menguat 1,71% ke US$104,25/ton pada perdagangan kemarin, didukung oleh kuatnya konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik utama di China dan melambungnya harga minyak dunia. Dengan catatan itu, harga batu bara sudah mencapai titik tertingginya sejak akhir Februari 2018.

Mengutip situs China Coal Resource oleh Shanxi Fenwei Energy, konsumsi batu bara harian di 6 pembangkit listrik utama di Negeri Tirai Bambu meningkat menjadi 705.000 ton pada 9 Mei, atau mencapai level tertingginya sejak 10 Februari 2018 lalu. Secara month-to-month (MtM), level tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 11%.

Dari data ekonomi, produksi sektor industri China juga tumbuh 7% secara year-on-year (YoY) pada bulan April 2018, mampu melebihi konsensus yang dihimpun Reuters sebesar 6,3% YoY. Hal ini lantas mengindikasikan momentum yang masih kuat di sektor industri Negeri Panda, meski penjualan ritel dan investasi modal tetap cenderung melambat.

Naik Nyaris 2%, Harga Batu Bara Tembus US$104/tonFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung


Data-data tersebut lantas mengonfirmasi sentimen masih kuatnya permintaan batu bara Negeri Tirai Bambu, bahkan dengan kebijakan pembatasan impor serta rencana untuk mengalihkan sumber energi ke energi bersih. Sebagai informasi, impor batu bara China periode Januari-April 2018 sudah meningkat 9,3% year-on-year (YoY) ke level 97,68 juta ton.

Nampaknya, masih banyak pembangkit listrik dan fasilitas industri di China yang bergantung pada si batu hitam. Sebagai catatan, meskipun menyandang status sebagai "sumber energi kotor", batu bara tetap menjadi bahan bakar yang paling banyak digunakan di dunia, khususnya di Benua Asia yang mengutilisasi 70% batu bara termal dunia saat ini.

Sentimen lainnya bagi penguatan harga batu bara adalah melambungnya harga minyak dunia didorong oleh sentimen pasokan minyak global yang semakin ketat, ditambah kesepakatakan AS untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran.  

Kemarin, brent bahkan sempat menguat lebih dari 1% hingga nyaris menyentuh US$80/barel, sebelum akhirnya bergerak turun dan hanya ditutup menguat di kisaran 0,5% ke US$78,43/barel.

Sebagai tambahan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga memproyeksikan adanya peningkatan permintaan minyak global pada tahun ini, mengacu pada pertumbuhan yang kuat di negara-negara maju pada kuartal I-2018. Konsumsi minyak dunia di sepanjang tahun 2018 diprediksi mencapai 98,85 juta barel per hari (bph), atau naik 1,65 juta bph dari tahun lalu.

Kuatnya ekspektasi permintaan untuk komoditas minyak mentah pada umumnya diikuti persepsi adanya peningkatan permintaan batu bara, khususnya apabila didorong oleh faktor makroekonomi seperti pertumbuhan ekonomi negara-negara maju yang diestimasikan masih kuat.

Selain itu, naiknya harga minyak juga berpengaruh pada meningkatnya harga minyak diesel yang merupakan bahan baku penting untuk pertambangan batu bara. Alhasil, biaya produksi batu bara pun akan melonjak, dan akhirnya mengerek harga batu bara.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(hps) Next Article China Serap Batu Bara Australia, Harga Berangsur Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular