Analis Ini Sarankan BI Naikkan Suku Bunga Acuan 50 Bps
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
09 May 2018 17:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Days (Reverse) Repo Rate (7DRRR) harus segera dilakukan. Bank Indonesia tidak lagi bisa menerapkan era suku bunga rendah. Bahkan, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) minggu mendatang, BI sudah seharusnya mempertimbangkan kenaikan suku bunga tersebut.
Hal ini merupakan pernyataan dari Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono, yang mengungkapkan hampir semua negara di dunia sudah meninggalkan era suku bunga rendah.
"Kalau tidak respons dengan cepatnya, jadinya costly (berbiaya tinggi), cadangan devisa pasti terkuras lagi sehingga pasar jadi grogi. Jadi BI harus cepat naikkan suku bunganya, suku bunga rendah tidak bisa dilanjutkan lagi," ujarnya di Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Dampak negatif lain yang bisa diakibatkan dari penundaan kenaikan suku bunga acuan adalah makin derasnya arus dana lari ke instrumen dolar. Pasalnya, apabila suku bunga acuan tidak dinaikkan, maka suku bunga simpanan juga tidak menarik sehingga investor lebih memilih untuk membeli dolar.
Adapun persentase peningkatan suku bunga acuan BI tersebut, menurut Tony seharusnya membutuhkan 50 bps. Namun, apabila kenaikannya terlalu tinggi bisa menimbulkan respon negatif. "Secara bertahap peningkatan 25 bps jadi lebih baik,"kata dia.
Sementara untuk mekanisme lain yang bisa digunakan BI adalah Inisiatif Chiang Mai dengan melibatkan negara seperti China, Hongkong, Jepang dan Korsel yang memiliki cadangan devisa tinggi. Namun, mekanisme tersebut belum pernah diaktivasi sehingga belum bisa dilihat seberapa besar dampaknya.
"
Chiang Mai Inisiatif memang lebih powerful, tapi belum pernah dilakukan jadi tidak tahu dampaknya. Apakah dengan disuntik Korea atau Jepang respon jadi positif? Jadi, sebaiknya gunakan peluru yang sudah ada, yakni kenaikan suku bunga," terang dia.
(roy) Next Article Breaking News! Dolar AS Tembus Rp 15.000
Hal ini merupakan pernyataan dari Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono, yang mengungkapkan hampir semua negara di dunia sudah meninggalkan era suku bunga rendah.
Adapun persentase peningkatan suku bunga acuan BI tersebut, menurut Tony seharusnya membutuhkan 50 bps. Namun, apabila kenaikannya terlalu tinggi bisa menimbulkan respon negatif. "Secara bertahap peningkatan 25 bps jadi lebih baik,"kata dia.
Sementara untuk mekanisme lain yang bisa digunakan BI adalah Inisiatif Chiang Mai dengan melibatkan negara seperti China, Hongkong, Jepang dan Korsel yang memiliki cadangan devisa tinggi. Namun, mekanisme tersebut belum pernah diaktivasi sehingga belum bisa dilihat seberapa besar dampaknya.
"
Chiang Mai Inisiatif memang lebih powerful, tapi belum pernah dilakukan jadi tidak tahu dampaknya. Apakah dengan disuntik Korea atau Jepang respon jadi positif? Jadi, sebaiknya gunakan peluru yang sudah ada, yakni kenaikan suku bunga," terang dia.
(roy) Next Article Breaking News! Dolar AS Tembus Rp 15.000
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular