
Risiko Investasi RI Melambung, Ini Kata Kemenkeu
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
09 May 2018 16:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan angkat bicara mengenai Credit Default Swap (CDS) yang meningkat cukup drastis dari 76,56 basis poin (bps) menjadi 129,19 bps pada tahun berjalan 2018. Peningkatan CDS, disebut-sebut hanya bersifat sementara.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan, meningkatkan CDS memang lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global. Namun, pemerintah meyakini peningkatan tersebut tidak akan berpengaruh pada fundamental ekonomi Indonesia.
"CDS ini sesuatu yang lebih frekuen. Dia tidak langsung berimbas kepada struktural kita. Struktural kita masih cukup kuat. Pergerakan CDS akan kami perhatikan, tapi dari sisi growth dan stabilty story kita masih cukup solid," kata Suahasil, Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Kenaikan CDS sejatinya mencerminkan adanya kekhawatiran pasar terkait dengan fundamental ekonomi sebuah negara. Namun, Suahasil menegaskan, kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih relatif lebih stabil dibandingkan dengan negara-negara setara.
Membaiknya fundamental ekonomi domestik, sambung dia, terlihat dari komposisi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mulai mengalami perbaikan, laju inflasi yang terkendali, sampai dengan defisit transaksi berjalan (CAD) yang meskipun diproyeksikan sedikit melebar, namun tetap sehat.
"Kami masih berharap Indonesia dianggap berbeda dari yang lain dari sisi growth, inflasi, dan risiko disini seperti apa. Kami berharap, Indonesia bisa beda dari yang lain," katanya.
Namun, Suahasil menegaskan, bukan berarti pemerintah tidak melakukan apa-apa. Dia mengatakan, pemerintah akan kembali melanjutkan reformasi struktural yang selama ini sudah dilakukan dengan memberikan berbagai macam insentif untuk memudahkan arus investasi masuk ke Indonesia.
"Kami sudah berikan tax holiday untuk industri hulu, kemudian insentif fiskal tax allowance dan insentif untuk pendidikan vokasi. Kalau kita lihat, insentif untuk investasi dan ease of doing business itu adalah variabel yang mencerminkan fundamental," katanya.
"Jadi kuncinya, ketika portofolio internasional itu bergerak, dana jangka pendek itu bergerak, dua akan melihat Indonesia akan lebih beda," tuturnya.
(dru) Next Article Risiko Investasi di RI Sempat Memburuk, Apa yang Terjadi?
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan, meningkatkan CDS memang lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global. Namun, pemerintah meyakini peningkatan tersebut tidak akan berpengaruh pada fundamental ekonomi Indonesia.
"CDS ini sesuatu yang lebih frekuen. Dia tidak langsung berimbas kepada struktural kita. Struktural kita masih cukup kuat. Pergerakan CDS akan kami perhatikan, tapi dari sisi growth dan stabilty story kita masih cukup solid," kata Suahasil, Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Membaiknya fundamental ekonomi domestik, sambung dia, terlihat dari komposisi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mulai mengalami perbaikan, laju inflasi yang terkendali, sampai dengan defisit transaksi berjalan (CAD) yang meskipun diproyeksikan sedikit melebar, namun tetap sehat.
"Kami masih berharap Indonesia dianggap berbeda dari yang lain dari sisi growth, inflasi, dan risiko disini seperti apa. Kami berharap, Indonesia bisa beda dari yang lain," katanya.
Namun, Suahasil menegaskan, bukan berarti pemerintah tidak melakukan apa-apa. Dia mengatakan, pemerintah akan kembali melanjutkan reformasi struktural yang selama ini sudah dilakukan dengan memberikan berbagai macam insentif untuk memudahkan arus investasi masuk ke Indonesia.
"Kami sudah berikan tax holiday untuk industri hulu, kemudian insentif fiskal tax allowance dan insentif untuk pendidikan vokasi. Kalau kita lihat, insentif untuk investasi dan ease of doing business itu adalah variabel yang mencerminkan fundamental," katanya.
"Jadi kuncinya, ketika portofolio internasional itu bergerak, dana jangka pendek itu bergerak, dua akan melihat Indonesia akan lebih beda," tuturnya.
(dru) Next Article Risiko Investasi di RI Sempat Memburuk, Apa yang Terjadi?
Most Popular