
Harga Batu Bara Flat, Kuatnya Impor China Jadi Kabar Baik
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
08 May 2018 11:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka ditutup stagnan pada penutupan perdagangan kemarin di US$100,55/ton. Catatan positifnya, harga batu bara masih bisa bergerak stabil di atas level US$100/ton. Padahal sejak awal Maret 2018, harga batu bara terus menerus tertekan, dan hanya mampu bergerak di harga rata-rata US$95/ton hingga awal Mei 2018.
Stagnasi harga batu bara nampaknya didorong oleh investor yang mewaspadai perkembangan perundingan perdagangan antara Washington dan Beijing. Delegasi dari AS mengunjungi China pada Kamis-Jumat waktu setempat di pekan lalu, untuk memulai negosiasi perdagangan. Sebelum ada kesepakatan yang substansial, sepertinya investor masih akan memasang mode defensif karena risiko perang dagang bisa muncul kapan saja.
Meski demikian, peluang penguatan harga batu bara ke depan masih terbuka, seiring angin positif berhembus dari Negeri Tirai Bambu. Seperti dikutip Bloomberg, impor batu bara China periode Januari-April 2018 meningkat 9,3% year-on-year (YoY) ke level 97,68 juta ton.
Data ini lantas mengonfirmasi sentimen masih kuatnya permintaan batu bara China, bahkan dengan rencana negara tersebut untuk mengalihkan sumber energi ke energi bersih. Pasalnya, masih banyak pembangkit listrik dan fasilitas industri di Negeri Panda yang bergantung pada si batu hitam.
Sebagai informasi, meskipun menyandang status sebagai "sumber energi kotor", batu bara tetap menjadi bahan bakar yang paling banyak digunakan di dunia, khususnya di Benua Asia yang mengutilisasi 73,78% batu bara termal dunia saat ini.
Di sisi lain, investor juga perlu mewaspadai perkembangan tensi geopolitik antara AS dan Iran. Perkembangan terbaru, pelaku pasar dikejutkan oleh cuitan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di media sosial Twitter, yang menyatakan akan segera mengumumkan sikapnya terkait kesepakatan nuklir Iran, lebih cepat dari rencana awal pada 12 Mei.
Apabila Trump memutuskan untuk kembali menerapkan sanksi bagi Iran, ekspor minyak Negeri Persia tersebut dipastikan terpukul, dan ujung-ujungnya menganggu pasokan minyak mentah global yang saat ini sudah dalam kondisi yang cukup ketat. Harga minyak pun akan terkerek naik, dan dapat menjadi energi positif bagi pergeraka harga batu bara.
(RHG/RHG) Next Article China Serap Batu Bara Australia, Harga Berangsur Naik
![]() |
Stagnasi harga batu bara nampaknya didorong oleh investor yang mewaspadai perkembangan perundingan perdagangan antara Washington dan Beijing. Delegasi dari AS mengunjungi China pada Kamis-Jumat waktu setempat di pekan lalu, untuk memulai negosiasi perdagangan. Sebelum ada kesepakatan yang substansial, sepertinya investor masih akan memasang mode defensif karena risiko perang dagang bisa muncul kapan saja.
Data ini lantas mengonfirmasi sentimen masih kuatnya permintaan batu bara China, bahkan dengan rencana negara tersebut untuk mengalihkan sumber energi ke energi bersih. Pasalnya, masih banyak pembangkit listrik dan fasilitas industri di Negeri Panda yang bergantung pada si batu hitam.
Sebagai informasi, meskipun menyandang status sebagai "sumber energi kotor", batu bara tetap menjadi bahan bakar yang paling banyak digunakan di dunia, khususnya di Benua Asia yang mengutilisasi 73,78% batu bara termal dunia saat ini.
Di sisi lain, investor juga perlu mewaspadai perkembangan tensi geopolitik antara AS dan Iran. Perkembangan terbaru, pelaku pasar dikejutkan oleh cuitan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di media sosial Twitter, yang menyatakan akan segera mengumumkan sikapnya terkait kesepakatan nuklir Iran, lebih cepat dari rencana awal pada 12 Mei.
Apabila Trump memutuskan untuk kembali menerapkan sanksi bagi Iran, ekspor minyak Negeri Persia tersebut dipastikan terpukul, dan ujung-ujungnya menganggu pasokan minyak mentah global yang saat ini sudah dalam kondisi yang cukup ketat. Harga minyak pun akan terkerek naik, dan dapat menjadi energi positif bagi pergeraka harga batu bara.
(RHG/RHG) Next Article China Serap Batu Bara Australia, Harga Berangsur Naik
Most Popular