
Dolar AS Rp 13.960, IHSG Anjlok 1%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 May 2018 09:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1% ke level 5.951,5, setelah sebelumnya dibuka turun 0,36%. Pelemahan IHSG menyusul bursa saham utama kawasan regional lainnya yang juga terperosok ke zona merah: indeks Strait Times dibuka melemah 0,83% ke level 3.585,3, indeks Shanghai dibuka melemah 0,22% ke level 3.074,52, sementara indeks Hang Seng anjlok 1,04% ke level 30.405,48.
Sentimen eksternal banyak mendominasi laju IHSG pada pagi hari ini. The Federal Reserve pada dini hari tadi (3/5/2018) mengungkapkan bahwa inflasi dan inflasi inti telah bergerak menuju target sebesar 2%. Pernyataan tersebut merupakan sebuah peningkatan dari pernyataan pada bulan maret lalu, dimana kala itu the Fed mengungkapkan bahwa kedua indikator tersebut telah bertengger di bawah 2%.
Tak sampai disitu, the Fed juga seakan mengindikasikan bahwa inflasi bisa meroket di atas 2%. "Inflasi dalam basis 12 bulan (YoY) diharapkan berada di sekitar target simetris 2% dalam jangka waktu menengah," tulis pernyataan The Fed. Penggunaan kata simetris inilah yang menimbulkan persepsi bahwa inflasi nantinya bisa melebihi level 2%. Sebagai catatan, inflasi sebesar 2% dianggap the Fed sebagai level inflasi yang sehat dan merupakan kunci dari kebijakan suku bunganya.
Pelaku pasar pun dibuat gusar oleh hal tersebut. Pasalnya, inflasi yang sudah semakin mendekati target dan bahkan bisa melebihinya kembali membuka ruang bagi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.
Merespon hal tersebut, dolar AS kembali perkasa. Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang uatama dunia lainnya menguat 0,05% ke level 92,558. Di sisi lain, rupiah terkoreksi hingga 0,14% ke level Rp 13.960/dolar AS.
Kemudian, investor juga dipaksa bermain aman menjelang pertemuan delegasi AS dengan pejabat pemerintahan China pada hari ini dan besok (4/5/2018). Pertemuan ini dimaksudkan untuk membicarakan isu-isu terkait perdagangan. Namun, pertemuan ini nampaknya tak akan berlangsung mulus.
Mengutip Bloomberg, seorang pejabat senior dari pemerintahan China mengatakan bahwa Negeri Panda tersebut tak akan mengalah kepada AS. China disebutnya tak akan menerima berbagai kondisi yang disyaratkan oleh AS guna memulai negosiasi, seperti memaksa China untuk mengabaikan program manufaktur jangka panjang ataupun menipiskan surplus neraca perdagangan hingga US$ 100 miliar.
Dari dalam negeri, investor menantikan rilis kinerja keuangan kuartal-I dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Sebagai catatan, BBRI merupakan bank terbesar di Indonesia dari sisi aset. Per akhir 2017, total aset milik bank plat merah tersebut tercatat sebesar Rp 1.126,2 triliun.
Melansir Reuters, secara rata-rata para analis memproyeksikan laba bersih kuartal-I perusahaan sebesar Rp 8,05 triliun. Jika nantinya laba bersih berada di bawah estimasi seperti yang terjadi pada bank-bank BUKU IV lainnya (BBCA, BMRI, dan BBNI), IHSG bisa semakin terpuruk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Sentimen eksternal banyak mendominasi laju IHSG pada pagi hari ini. The Federal Reserve pada dini hari tadi (3/5/2018) mengungkapkan bahwa inflasi dan inflasi inti telah bergerak menuju target sebesar 2%. Pernyataan tersebut merupakan sebuah peningkatan dari pernyataan pada bulan maret lalu, dimana kala itu the Fed mengungkapkan bahwa kedua indikator tersebut telah bertengger di bawah 2%.
Merespon hal tersebut, dolar AS kembali perkasa. Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang uatama dunia lainnya menguat 0,05% ke level 92,558. Di sisi lain, rupiah terkoreksi hingga 0,14% ke level Rp 13.960/dolar AS.
Kemudian, investor juga dipaksa bermain aman menjelang pertemuan delegasi AS dengan pejabat pemerintahan China pada hari ini dan besok (4/5/2018). Pertemuan ini dimaksudkan untuk membicarakan isu-isu terkait perdagangan. Namun, pertemuan ini nampaknya tak akan berlangsung mulus.
Mengutip Bloomberg, seorang pejabat senior dari pemerintahan China mengatakan bahwa Negeri Panda tersebut tak akan mengalah kepada AS. China disebutnya tak akan menerima berbagai kondisi yang disyaratkan oleh AS guna memulai negosiasi, seperti memaksa China untuk mengabaikan program manufaktur jangka panjang ataupun menipiskan surplus neraca perdagangan hingga US$ 100 miliar.
Dari dalam negeri, investor menantikan rilis kinerja keuangan kuartal-I dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Sebagai catatan, BBRI merupakan bank terbesar di Indonesia dari sisi aset. Per akhir 2017, total aset milik bank plat merah tersebut tercatat sebesar Rp 1.126,2 triliun.
Melansir Reuters, secara rata-rata para analis memproyeksikan laba bersih kuartal-I perusahaan sebesar Rp 8,05 triliun. Jika nantinya laba bersih berada di bawah estimasi seperti yang terjadi pada bank-bank BUKU IV lainnya (BBCA, BMRI, dan BBNI), IHSG bisa semakin terpuruk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular