
Yield Obligasi AS 3%, Bursa China dan Singapura Terkoreksi
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 April 2018 08:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Strait Times, Shanghai, dan Hang Seng dibuka melemah masing-masing sebesar 0,62%, 0,53%, dan 0,49% pada pagi hari ini.
Pelemahan tersebut dimotori oleh kembali naiknya imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun yang kini sudah menyentuh 3,0014%. Sebagai catatan, terakhir kali imbal hasil menyentuh angka 3% adalah pada tahun 2014 silam.
Kenaikan imbal hasil ini dipicu oleh positifnya data-data ekonomi AS. The Conference Board merilis data proyeksi indeks keyakinan konsumen yang pada April 2018 diperkirakan sebesar 128,7, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 127.
Kemudian, Kementerian Perdagangan AS merilis penjualan rumah baru meningkat 4% pada Maret 2018 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, jauh lebih baik jika dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters (1,9%).
Konsumsi masyarakat AS yang semakin solid tentunya memunculkan ekspektasi percepatan laju inflasi. Oleh karena itu, muncul bayangan di benak pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan secara lebih agresif untuk menetralisir inflasi.
Tingginya imbal hasil obligasi terbitan pemerintahan Negeri Paman Sam membuat dolar AS kembali perkasa. Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya menguat sebesar 0,12% ke level 90,872.
Investor kini menantikan saat yang tepat untuk mulai memburu obligasi AS. DI sisi lain, aset beresiko seperti saham menjadi ditinggalkan. Tak hanya di Asia, di AS sendiri pun pasar sahamnya ikut ditinggal investor. Pada perdagangan kemarin (24/4/2018), indeks Dow Jones melemah 1,74%, S&P 500 melemah 1,34%, dan Nasdaq melemah 1,7%.
Sepanjang hari ini, imbal hasil obligasi AS akan terus dimonitor oleh investor.
Next Article AS Jalin Komunikasi Dengan Korut, Bursa Saham Asia Menguat
Pelemahan tersebut dimotori oleh kembali naiknya imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun yang kini sudah menyentuh 3,0014%. Sebagai catatan, terakhir kali imbal hasil menyentuh angka 3% adalah pada tahun 2014 silam.
Kenaikan imbal hasil ini dipicu oleh positifnya data-data ekonomi AS. The Conference Board merilis data proyeksi indeks keyakinan konsumen yang pada April 2018 diperkirakan sebesar 128,7, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 127.
Konsumsi masyarakat AS yang semakin solid tentunya memunculkan ekspektasi percepatan laju inflasi. Oleh karena itu, muncul bayangan di benak pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan secara lebih agresif untuk menetralisir inflasi.
Tingginya imbal hasil obligasi terbitan pemerintahan Negeri Paman Sam membuat dolar AS kembali perkasa. Sampai dengan berita ini diturunkan, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia lainnya menguat sebesar 0,12% ke level 90,872.
Investor kini menantikan saat yang tepat untuk mulai memburu obligasi AS. DI sisi lain, aset beresiko seperti saham menjadi ditinggalkan. Tak hanya di Asia, di AS sendiri pun pasar sahamnya ikut ditinggal investor. Pada perdagangan kemarin (24/4/2018), indeks Dow Jones melemah 1,74%, S&P 500 melemah 1,34%, dan Nasdaq melemah 1,7%.
Sepanjang hari ini, imbal hasil obligasi AS akan terus dimonitor oleh investor.
Next Article AS Jalin Komunikasi Dengan Korut, Bursa Saham Asia Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular