
Mayoritas Bursa Asia Naik, Namun Hang Seng Terpeleset
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
21 March 2019 17:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia mayoritas ditutup di zona hijau pada perdagangan hari ini: indeks Shanghai naik 0,35%, indeks Straits Times naik 0,19%, dan indeks Kospi naik 0,36%, sedangkan indeks Hang Seng turun 0,85%. Indeks Nikkei tidak diperdagangkan hari ini (21/3/2019) karena tanggal merah.
Pelaku pasar nampaknya bisa bergerak bebas untuk memburu instrumen di Benua Kuning setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) akhirnya memutuskan untuk memilih sikap anteng (dovish), bahkan tak menaikkan bunga acuan hingga akhir tahun.
Dini hari tadi, The Fed telah resmi memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 2,25-2,5% dan level ini diperkirakan akan bertahan hingga akhir tahun 2019, dilansir Reuters. Keputusan ini diambil Jerome Powell, Gubernur The Fed, setelah melihat indikasi perlambatan ekonomi.
Ada perlambatan belanja rumah tangga dan investasi pada kuartal I-2019. Selain itu di tahun 2018, inflasi AS secara keseluruhan turun terutama di sektor energi, dilansir Reuters.
Di AS, produksi industri periode Februari 2019 diumumkan hanya tumbuh tipis 0,1% MoM, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% MoM, seperti dikutip dari Forex Factory.
Kemudian, Indeks perumahan NAHB pada Maret 2019 berada di angka 62, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Pencapaian Maret tersebut berada di bawah konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 63.
"Saya dan rekan saya menganggap bahwa skenario ini sesuai dengan kondisi perekonomian saat ini, dan kami percaya bahwa kami harus bersabar untuk melihat jika ada kebutuhan untuk mengubah kebijakan. Sabar berarti kami tidak perlu terburu-buru untuk mengambil keputusan", ujar Powell, mengutip press release The Fed.
Keputusan ini tentu dimanfaatkan oleh pelaku pasar, karena tanpa backing yang kuat (tidak ada kenaikan suku bunga), tentunya investasi di instrumen berbasis dollar tidak akan menarik. Arus modal pun akhirnya bertebaran ke segala penjuru, termasuk Benua Kuning.
Sayangnya, indeks Hang Seng tidak mampu merespon positif hingga akhir perdagangan, pasalnya Hong Kong merilis data ekonomi yang kurang memuaskan.
Tingkat inflasi tahunan Hong Kong di bulan Februari hanya 2,1% turun 0,3 poin dibandingkan laju inflasi tahunan Januari yang menyentuh 2,4%. Laju inflasi bulan Februari ini adalah yang terendah semenjak Mei 2018, dimana ini berarti perlambatan ekonomi sedang dirasakan tanah kelahiran Andy Lau.
Padahal hari Selasa (19/3/2019), Hong Kong menunjukkan bahwa pemerintahnya mampu menekan tingkat pengangguran untuk tetap di level 2,8%. Sayang, meski tingkat pengangguran rendah, nampaknya perekenomian masih lesu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Pelaku pasar nampaknya bisa bergerak bebas untuk memburu instrumen di Benua Kuning setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) akhirnya memutuskan untuk memilih sikap anteng (dovish), bahkan tak menaikkan bunga acuan hingga akhir tahun.
Dini hari tadi, The Fed telah resmi memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 2,25-2,5% dan level ini diperkirakan akan bertahan hingga akhir tahun 2019, dilansir Reuters. Keputusan ini diambil Jerome Powell, Gubernur The Fed, setelah melihat indikasi perlambatan ekonomi.
Di AS, produksi industri periode Februari 2019 diumumkan hanya tumbuh tipis 0,1% MoM, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% MoM, seperti dikutip dari Forex Factory.
Kemudian, Indeks perumahan NAHB pada Maret 2019 berada di angka 62, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Pencapaian Maret tersebut berada di bawah konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 63.
"Saya dan rekan saya menganggap bahwa skenario ini sesuai dengan kondisi perekonomian saat ini, dan kami percaya bahwa kami harus bersabar untuk melihat jika ada kebutuhan untuk mengubah kebijakan. Sabar berarti kami tidak perlu terburu-buru untuk mengambil keputusan", ujar Powell, mengutip press release The Fed.
Keputusan ini tentu dimanfaatkan oleh pelaku pasar, karena tanpa backing yang kuat (tidak ada kenaikan suku bunga), tentunya investasi di instrumen berbasis dollar tidak akan menarik. Arus modal pun akhirnya bertebaran ke segala penjuru, termasuk Benua Kuning.
Sayangnya, indeks Hang Seng tidak mampu merespon positif hingga akhir perdagangan, pasalnya Hong Kong merilis data ekonomi yang kurang memuaskan.
Tingkat inflasi tahunan Hong Kong di bulan Februari hanya 2,1% turun 0,3 poin dibandingkan laju inflasi tahunan Januari yang menyentuh 2,4%. Laju inflasi bulan Februari ini adalah yang terendah semenjak Mei 2018, dimana ini berarti perlambatan ekonomi sedang dirasakan tanah kelahiran Andy Lau.
Padahal hari Selasa (19/3/2019), Hong Kong menunjukkan bahwa pemerintahnya mampu menekan tingkat pengangguran untuk tetap di level 2,8%. Sayang, meski tingkat pengangguran rendah, nampaknya perekenomian masih lesu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular