Dolar AS Dekati Rp 14.000, Indonesia Kehilangan Kepercayaan

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
24 April 2018 13:40
Selain faktor global, pelemahan rupiah juga karena beberapa kebijakan pemerintah yang membuat khawatir. contohnya,
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Chatib Basri, mantan Menteri Keuangan era SBY mengaku tak terkejut dengan penguatan dolar AS yang nyaris menembus level Rp 14.000/US$. Namun dia melihat, kondisi global bukan satu-satunya yang akan memengaruhi pergerakan rupiah.

Dikutip melalui akun Twitter resminya, Selasa (24/4/2018), Chatib memandang, pelaku pasar saat ini tidak hanya dikhawatirkan dari ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang semakin agresif, melainkan juga dari berbagai kombinasi faktor domestik.

"Selama tidak ada kepanikan di domestik, pelemahan rupiah terhadap US$ ini normal. Tapi bisa dikombinasikan dengan berbagai policy yang bisa membuat investor khawatir, seperti price control [batu bara, premium], risiko over leverage BUMN, contingent liabilities, pressure terhadap rupiah akan semakin kuat," kata Chatib.

Menurut Chatib, BI sebagai stabilitator pun harus segera melakukan tindakan, di tengah proyeksi defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) yang melebar pada tahun ini, serta ekspektasi kenaikan FFR oleh bank sentral Paman Sam.

"Bila CAD terus meningkat, dan The Fed mempercepat kenaikan bunga, maka stability over growth menjadi penting. Implikasinya tidak bisa berharap ekspansi moneter," katanya.

Apalagi, sambung dia, pelonggaran kebijakan yang selama ini dilakukan BI tidak cukup efektif untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan. Terlebih, fasilitas kredit yang beum dicairkan debitur (undisbursed loan) perbankan saat ini masih relatif tinggi.

"Ini menunjukan soal kita adalah permintaan yang lemah dan confidence. Karena itu role fiscal menjadi penting," katanya.


(roy/roy) Next Article Rupiah Loyo, BI: Hanya Sementara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular