
Dolar AS Nyaris Rp 14.000, Bos BCA : Semua Tergantung BI
Monica Wareza, CNBC Indonesia
23 April 2018 20:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) yang merupakan satu-satunya pengendali dari stabilitas rupiah menjadi kunci dari pelemahan yang terjadi terhadap dolar AS. Apakah akan mengorbankan cadangan devisa atau membiarkan rupiah terus melemah, semua ada di tangan bank sentral.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaadmadja mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar yang terjadi diakibatkan oleh kondisi global.
"Kalau dilihat secara global kan dolar AS sudah jelas market sudah mengantisipasi [bunga acuan AS] naik. Nah kemarin satu kali [kenaikan bunga acuan AS], katanya bisa 3-4 kali, kita tidak tahu nantinya seperti apa," kata Jahja usai paparan kinerja BCA, di Jakarta, Senin (23/4/2018).
Dengan pelemahan tersebut, Jahja mengatakan kuncinya saat ini ada di Bank Indonesia yang memiliki cadangan devisa untuk menjaga stabilitas rupiah. Karena, sambung Jahja seperti saat ini saat rupiah per dolar AS dari Rp 13.750 bergerak ke Rp 13.900 tidak banyak yang tahu apakah sudah ada intervensi dari BI.
"Apakah ada intervensi dari BI kita tak tahu. Ya mungkin tresuri bisa mengetahui tapi ini bukan sesuatu yang bisa di-disclose. Yang bisa kita lihat nanti adalah pada akhir bulan jumlah cadangan dari BI turun atau naik, kalau mereka intervensi cukup besar pasti cadangannya turun kalau itu tidak termasuk dari ekspor dan lain-lain," terangnya.
"Jadi ini bergantung sekali kebijakan moneter dari BI apakah memang kurs di bawah Rp 14.000 akan terus dipertahankan dengan cara misalnya dalam kurun waktu delapan bulan itu tidak ada lagi kenaikan rupiah padahal Fed menaikkan lagi dua atau tiga kali lagi. Pasti secara psikologis itu akan menyebabkan kurs rupiah kita tertantang, ter-challenge," imbuh Jahja.
Lebih jauh Jahja mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS baik itu melemah atau menguat memang BI yang lebih tahu baiknya. Apakah akan dibiarkan melemah terus, sambungnya juga BI yang mengerti kekuatannya sendiri.
"Nah tinggal kemauan BI apakah mau mengintervensi dengan mengurangi cadangan devisa atau dia terpaksa memberikan tanda ke market bahwa kita mengikuti kenaikan suku bunga global. Mungkin kalau itu terjadi, intervensi akan lebih sedikit, itu kan inter-related dengan asumsi ekspor-impor itu seimbang," paparnya.
"Untuk itu saya mohon maaf hanya bisa menjelaskan mekanisme yang bisa terjadi. Namun apa yang akan ditempuh BI karena saya bukan BI saya tidak tahu, apalah mau habiskan devisa, apakah bunga akan disesuaikan, atau memang ekspor mau digalakkan saya belum tahu," tutup Jahja.
(dru/roy) Next Article Gubernur BI Akhirnya Blak-blakan! Rupiah Anjlok Karena Berita Ini
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaadmadja mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar yang terjadi diakibatkan oleh kondisi global.
"Kalau dilihat secara global kan dolar AS sudah jelas market sudah mengantisipasi [bunga acuan AS] naik. Nah kemarin satu kali [kenaikan bunga acuan AS], katanya bisa 3-4 kali, kita tidak tahu nantinya seperti apa," kata Jahja usai paparan kinerja BCA, di Jakarta, Senin (23/4/2018).
"Apakah ada intervensi dari BI kita tak tahu. Ya mungkin tresuri bisa mengetahui tapi ini bukan sesuatu yang bisa di-disclose. Yang bisa kita lihat nanti adalah pada akhir bulan jumlah cadangan dari BI turun atau naik, kalau mereka intervensi cukup besar pasti cadangannya turun kalau itu tidak termasuk dari ekspor dan lain-lain," terangnya.
"Jadi ini bergantung sekali kebijakan moneter dari BI apakah memang kurs di bawah Rp 14.000 akan terus dipertahankan dengan cara misalnya dalam kurun waktu delapan bulan itu tidak ada lagi kenaikan rupiah padahal Fed menaikkan lagi dua atau tiga kali lagi. Pasti secara psikologis itu akan menyebabkan kurs rupiah kita tertantang, ter-challenge," imbuh Jahja.
"Nah tinggal kemauan BI apakah mau mengintervensi dengan mengurangi cadangan devisa atau dia terpaksa memberikan tanda ke market bahwa kita mengikuti kenaikan suku bunga global. Mungkin kalau itu terjadi, intervensi akan lebih sedikit, itu kan inter-related dengan asumsi ekspor-impor itu seimbang," paparnya.
"Untuk itu saya mohon maaf hanya bisa menjelaskan mekanisme yang bisa terjadi. Namun apa yang akan ditempuh BI karena saya bukan BI saya tidak tahu, apalah mau habiskan devisa, apakah bunga akan disesuaikan, atau memang ekspor mau digalakkan saya belum tahu," tutup Jahja.
(dru/roy) Next Article Gubernur BI Akhirnya Blak-blakan! Rupiah Anjlok Karena Berita Ini
Most Popular