
Harga CPO Pengiriman Juli 2018 Rp 8,45 Juta/Ton
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
23 April 2018 10:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk kontrak pengiriman Juli 2018 di bursa derivatif Malaysia, ditutup menguat 0,46% ke MYR 2.414 atau Rp 8,45 juta per ton pada penutupan perdagangan hari Jumat (20/4/2018).
Dengan catatan tersebut, harga CPO mampu menguat 0,62% selama sepekan lalu, membalikkan pelemahan sebesar 4,23% pada pekan sebelumnya.
Seperti diketahui, harga sempat tertekan karena sejumlah tekanan antara lain bea masuk yang dinaikkan dari 30% menjadi 44% oleh negara pengimpor CPO terbesar yakni India.
India juga menaikkan tarif impor produk minyak sawit dari semula 40% menjadi 54%.
Di sisi lain, stok minyak sawit di Malaysia masih melimpah hingga 2,32 juta ton pada Maret meskipun volume tersebut turun 6,45% dari bulan sebelumnya.
Volume pada Maret itu juga masih di atas consensus yang dihimpun Reuters, di mana diperkirakan anjlok 8,6% ke 2,27 juta ton.
Pekan lalu, harga CPO mampu pulih didukung oleh beberapa sentimen positif.
Pertama, melonjaknya harga minyak dunia turut mengerek harga CPO.
Kedua, pelemahan Ringgit terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan yang mencapai 0,4% juga turut menjadi sentimen positit, seiring hagra CPO menjadi relatif lebih murah di pasaran.
Ketiga, Amspec Agri Malaysia melaporkan bahwa ekspor CPO Malaysia meningkat 2% pada periode 1-20 April, dibandingkan periode yang sama bulan lalu.
Seperti diketahui, pemerintah Malayasia memperpanjang pembebasan tarif ekspor hingga akhir April 2018, dengan tujuan mendorong permintaan sekaligus mengurangi stok dalam negeri.
Keempat, peningkatan harga CPO juga didukung oleh naiknya harga sang rival minyak kedelai di akhir pekan. Sebagai catatan, harga minyak kedelai kontrak pengiriman Juli 2018 di Chicago Board of Trade, tercatat menguat tipis 0,03% pada perdagangan hari Jumat (20/4/2018).
Meski demikian, peluang koreksi harga CPO ke depan masih terbuka lebar. Pemerintah Malaysia dijadwalkan akan kembali memberlakukan tarif ekspor 5% pada bulan Mei.
Padahal, produksi CPO di Indonesia dan Malaysia juga diproyeksikan meningkat pesat pada bulan April ini, sesuai dengan pola musiman.
Sebagai catatan, produksi CPO Malaysia pada bulan Maret lalu sudah tercatat sebesar 1,57 juta ton, atau meningkat 17,16% secara month-to-month (MtM), mengutip data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Angka itu merupakan rekor terkuat sejak tahun 2000
(ray/ray) Next Article Meroket tapi Tetap Waspada! Harga CPO Level Tertinggi 7 Bulan
Dengan catatan tersebut, harga CPO mampu menguat 0,62% selama sepekan lalu, membalikkan pelemahan sebesar 4,23% pada pekan sebelumnya.
![]() |
India juga menaikkan tarif impor produk minyak sawit dari semula 40% menjadi 54%.
Di sisi lain, stok minyak sawit di Malaysia masih melimpah hingga 2,32 juta ton pada Maret meskipun volume tersebut turun 6,45% dari bulan sebelumnya.
Volume pada Maret itu juga masih di atas consensus yang dihimpun Reuters, di mana diperkirakan anjlok 8,6% ke 2,27 juta ton.
Pekan lalu, harga CPO mampu pulih didukung oleh beberapa sentimen positif.
Pertama, melonjaknya harga minyak dunia turut mengerek harga CPO.
Kedua, pelemahan Ringgit terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan yang mencapai 0,4% juga turut menjadi sentimen positit, seiring hagra CPO menjadi relatif lebih murah di pasaran.
Ketiga, Amspec Agri Malaysia melaporkan bahwa ekspor CPO Malaysia meningkat 2% pada periode 1-20 April, dibandingkan periode yang sama bulan lalu.
Seperti diketahui, pemerintah Malayasia memperpanjang pembebasan tarif ekspor hingga akhir April 2018, dengan tujuan mendorong permintaan sekaligus mengurangi stok dalam negeri.
Keempat, peningkatan harga CPO juga didukung oleh naiknya harga sang rival minyak kedelai di akhir pekan. Sebagai catatan, harga minyak kedelai kontrak pengiriman Juli 2018 di Chicago Board of Trade, tercatat menguat tipis 0,03% pada perdagangan hari Jumat (20/4/2018).
Meski demikian, peluang koreksi harga CPO ke depan masih terbuka lebar. Pemerintah Malaysia dijadwalkan akan kembali memberlakukan tarif ekspor 5% pada bulan Mei.
Padahal, produksi CPO di Indonesia dan Malaysia juga diproyeksikan meningkat pesat pada bulan April ini, sesuai dengan pola musiman.
Sebagai catatan, produksi CPO Malaysia pada bulan Maret lalu sudah tercatat sebesar 1,57 juta ton, atau meningkat 17,16% secara month-to-month (MtM), mengutip data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Angka itu merupakan rekor terkuat sejak tahun 2000
(ray/ray) Next Article Meroket tapi Tetap Waspada! Harga CPO Level Tertinggi 7 Bulan
Most Popular