
Rating Utang Turun, Intiland Akui Miliki Banyak Utang
Exist In Exist, CNBC Indonesia
20 April 2018 19:40

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Peringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat surat utang obligasi II PT Intiland Development Tbk (DILD) tahun 2016 dari idA- menjadi idBBB+ dan mengubah outlook dari negatif menjadi stabil.
Penurunan tersebut terjadi karena Pefindo menilai tingkat leverage keuangan perseroan makin agresif dengan rasio utang terhadap EBITDA sebesar 8,4 kali pada 2017.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono memang mengakui perusahaan saat ini masih memiliki banyak utang karena masih membutuhkan banyak pendanaan dari pinjaman bank.
"Jadi utang kita belum bisa turun, karena komitmen kita itu kan pre-sales, dan kebanyakan pembangunan kita high rise (gedung tinggi), mau tidak mau pilihan kita harus menambah utang atau me-maintain (mengelola) utang kita. Mereka mengharapkan ada penurunan. Tapi penurunan utang kita memang belum bisa langsung berjalan cepat," tuturnya dalam konferensi pers di Intiland Tower, Jumat (20/4/2018).
Archied mengatakan Intiland saat ini memang masih memiliki tingkat backlog senilai Rp 4,4 triliun, artinya perseroan telah mengantongi pesanan pembelian tetapi belum direalisasikan sebagai penjualan karena proyek belum selesai dibangun dan diserahterimakan.
Untuk menyelesaikan hal tersebut, pihaknya membutuhkan pendanaan yang besar. Oleh karena itu, lanjutnya, salah satu alternatif yang dilakukan untuk membayar utang tersebut adalah dengan menerbitkan obligasi global dengan nilai maksimal US$ 250 juta.
"Kita optimis bisa menurunkan utang ini dengan harapan rating kita akan membaik. Saat ini DER (debt to equity ratio) 58%. Tahun ini kita bisa bukukan backlog sekitar 45%," ujarnya.
(roy/roy) Next Article Permintaan Properti Tumbuh, Penjualan DILD Naik Jadi Rp 966 M
Penurunan tersebut terjadi karena Pefindo menilai tingkat leverage keuangan perseroan makin agresif dengan rasio utang terhadap EBITDA sebesar 8,4 kali pada 2017.
Archied mengatakan Intiland saat ini memang masih memiliki tingkat backlog senilai Rp 4,4 triliun, artinya perseroan telah mengantongi pesanan pembelian tetapi belum direalisasikan sebagai penjualan karena proyek belum selesai dibangun dan diserahterimakan.
Untuk menyelesaikan hal tersebut, pihaknya membutuhkan pendanaan yang besar. Oleh karena itu, lanjutnya, salah satu alternatif yang dilakukan untuk membayar utang tersebut adalah dengan menerbitkan obligasi global dengan nilai maksimal US$ 250 juta.
"Kita optimis bisa menurunkan utang ini dengan harapan rating kita akan membaik. Saat ini DER (debt to equity ratio) 58%. Tahun ini kita bisa bukukan backlog sekitar 45%," ujarnya.
(roy/roy) Next Article Permintaan Properti Tumbuh, Penjualan DILD Naik Jadi Rp 966 M
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular